Siswa SPN Kemiling Asal Nias Tewas Jasad Penuh Luka dan Memar Keluarga Minta Diungkap

Bandar Lampung (SL)-Siswa Sekolah Bintara di Sekolah Pendidikan Polisi Negara (SPN) Kemiling, Lampung Advent Pratama Telaumbanua yang baru menjalani pendidikan selama 21 hari diduga tewas saat melaksanakan apel siang. Polda Lampung menyebut korban diduga tewas akibat kelelahan.

Namun, keluarga yang curiga dengan kematian Advent kemudian memutuskan untuk melakukan autopsi ulang jasad korban di Rumah Sakit Ada Malik Medan. Dan hasil autopsi terhadap jenazah Advent Pratama Telaumbanua ditemukan luka-luka tidak wajar di sekujur tubuhnya.

Seperti luka sayatan di bagian jari tangan kanannya bahkan sejumlah luka lebam di bagian tubuhnya. “Dari keterangan pihak SPN Polda Lampung atas kematian siswa Bintara Polri, Advent Pratama Telambanua dikarenakan jatuh saat apel,” kata paman korban, Rahmat Telaumbanua.

Namun, kata Rahmat, merujuk pada hasil autopsi yang dilakukan di RSUP Adam Malik Medan, pihak keluarga akan menempuh jalur hukum. “Justru di tubuh korban ditemukan sejumlah luka mencurigakan,” kata Rahmat.

Atas temuan tersebut membuat pihak keluarga yakin jika dalam kematian anak mereka ada kejanggalan bahkan diduga adanya tindakan kekerasan atau penyiksaan yang dialami Advent Pratama Telaumbanua sebelum meninggal dunia.

Keluarga sempat mengabadikan sejumlah luka tidak wajar di tubuh jenazah sebelum autopsi dilakukan tim forensik RSUP Adam Malik Medan.

Atas kematian tidak wajar yang dialami siswa SPN Lampung Advent Pratama Telaumbanua kini pihak keluarga telah membuat laporan di Polda Lampung dan menuntut keadilan atas kematian anggota keluarganya.

Sejak awal kabar kematia Advent Pratama Telaumbauna, keluarga terkejut melihat kondisi jenazah siswa Seba SPN Kemiling, Polda Lampung, itu. Pasalnya, terdapat sejumlah luka pada tubuh Pratama yang meninggal usai mengikuti pembinaan fisik di SPN, Selasa 15 Agustus 2023 lalu.

Ayah kandung Pratama, Ifon, menjelaskan jenazah anak kandungnya tiba di Rumah Sakit Umum Pusat Hi Adam Malik, Medan, Rabu 16 Agustus 2023 malam. “Jenazah disambut isak tangis keluarga dan langsung dilakukan autopsi. Setelah itu diantar ke Nias melalui Pelabuhan Sibolga,” paparnya, Kamis 17 Agustus 2023.

Dia merasa sedikit terkejut karena melihat kondisi jenazah anaknya yang penuh dengan luka. Yakni luka panjang di pelipis dan dagu, luka di bibir atas, dua memar membiru di bawah dada, dan luka bergaris sebelah kanan.

Lambungnya juga terlihat membusung, ditambah luka memanjang di jari telunjuk tangan dan luka membulat di atas pinggang. “Lalu, memar menghitam bulat di tulang ekor dan luka-luka di jari dan siku,” ujarnya kepada wartawan via telepon.

Kondisi ini menurut dia agak berbeda dengan yang disampaikan Kepala SPN Polda Lampung Kombes Frenky Yusandhy. Saat itu kepada dirinya, Frenky menyatakan anaknya meninggal dunia karena diduga mengalami kelelahan.

“Karenanya, kami menolak kronologis kematian seperti yang disampaikan pihak Polda Lampung. Sebab, dia meninggal bukan karena terjatuh, tetapi mengalami penganiayaan berat,” tegasnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Umi Fadilah Astutik, menjelaskan kronologis meninggalnya Pratama.

Usai pembinaan fisik, kata Kabid Humas, Pratama berbaris ke ruang makan bersama rekan-rekannya. Namun dia terjatuh sehingga dahi, bibir, dagu, dan tangannya terluka.

Kemudian, rekannya langsung membawanya ke tempat teduh. Saat itu, korban masih bisa berkomunikasi dan sempat mengeluhkan pusing.

Ketika diperiksa tim medis, kondisinya menurun sehingga ia dibawa ke RS Bhayangkara pukul 14.05 WIB. Tapi, setelah pengobatan selama 40 menit dia meninggal dunia. (Red/*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *