Bandar Lampung, sinarlampung.co-Oknum Ustaz Pondok Pesantren Thoriqul Ibad Kemiling Bandar Lampung, Sepriyadi, dilaporkan ke polisi atas dugaan melakukan pelecehan sekseual terhadap salah satu santriwatinya yang masih di bawah umur korban (13), warga asal Kabupaten Pesawaran.
Modus pelaku mengajak korban berbelanja, lalu meminta korban membawa motor. Pelaku yang dibonceng dibelakang santri lalu beraksi dengan meraba dan menyentuh bagian sensitif dan aurat korban. Oleh orang tua korban, kasus itu kemudian dilaporkan ke Polresta Bandar Lampung, Rabu 10 Januari 2024. Korban mengaku sudah keluar pondok karena trahuma, dan takut untuk kembali menimba ilmu di Ponpes itu.
Kepada wartawan dilangsir lampungbarometer.id, Senin 15 Januari 2024 malam, korban yang didampingi ayahnya, menceritakan kejadian tidak pantas yang dialaminya pada Kamis 28 Desember 2023 lalu. Malam ba’da sholat isya, pelaku mengajak korban untuk berbelanja sayur dan ikan yang akan dimasak untuk penghuni pondok pesantren tersebut.
Pelaku, Sepriyadi, mengajak korban membeli sayuran di seputaran Kota Karang. Karena sudah malam dan merasa canggung jika hanya berjalan berdua, korban kemudian mengajak keponakannya yang masih berusia 9 tahun. “Waktu itu abis Isya, Abi (panggilan korban kepada pelaku) mengajak saya untuk beli sayuran di Kota Karang. Waktu itu saya ajak keponakan saya karena sudah malam. Ustaz bawa motor, saya dan ponakan saya dibonceng di belakang,” ujar korban.
Usai membeli sayuran, pelaku tidak langsung mengajak mereka pulang, melainkan mengajak membeli ikan di Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Lempasing. Di pusat pelelangan ikan itu mereka menunggu hingga hampir pukul 00.00 WIB tengah malam sebelum mendapatkan ikan.
Usai membeli ikan, tersangka mengajak korban pulang ke Pondok pesantren. Saat itu korban kaget karena pelaku meminta korban untuk mengemudikan motor. Korban sempat menolak karena merasa risih, selain itu korban juga takut karena hari sudah larut malam. “Habis beli sayuran, kata ustaz-nya ngambil ikan dulu yuk ke PPI. Terus kami ngambil ikan ke PPI nunggu sampai sekitar jam 12.00 WIB malam,” ujar korban.
“Habis itu sudah dapat ikan kami pulang. Waktu mau pulang itu saya disuruh bawa motor di depan. Kata Pak Ustaz, ini bawa motor. Saya bilang nggak lah Bi sudah malam, takut. Terus kata Abi, ya udah nggak apa-apa kok. Jadi saya yang bawa motor di depan. Saya kaget, setelah saya duduk di depan, saya kira ponakan saya yang duduk di tengah di belakang saya, tahunya Abinya yang duduk di tengah, ponakan saya duduk paling belakang,” ungkap Korban.
Korban menceriakan saat dalam perjalanan pulang itu, Pelaku Sepriyadi melakukan pelecehan dengan memeluk korban, meraba-raba dada dan memegang alat vital korban. Korban sangat terkejut dan mengaku sangat ketakutan dan shock atas peristiwa tersebut.
“Waktu di motor itu, Abi mulai meluk dan megang-megang bagian vital. Saya bilang Bi jangan, tapi dia cuma ketawa-tawa. Dia malah meluk sama ngelus-ngelus paha. Ke ponakan saya dia bilang agar jangan bilang-bilang ke abah dan emak,” ujarnya.
Akibat peristiwa tersebut, korban mengaku trauma telah keluar dari Pondok Pesantren Thoriqul Ibad. Korban juga tidak mau kembali belajar di pondok akibat trauma dengan perlakuan oknum Ustaz cabul.
Sementara itu, ayah korban (47) mengatakan tidak terima atas kejadian yang dialami anaknya dan sudah melaporkan peristiwa pencabulan tersebut ke Polresta Bandar Lampung pada Rabu 10 Januari 2024. Menurut Ayah Korban, diriany baru mengetahui peristiwa yang dialami putrinya dari adik perempuannya (bibi korban). Korban hanya berani cerita dengan Bibinya.
Ayah Korban menyebutkan putrinya masuk ke Pondok Pesantren Thoriqul Ibad Kemiling Bandar Lampung selepas lulus sekolah dasar sekitar pertengahan tahun 2023. Ayah Korban menyatakan memang beberapa waktu lalu korban pulang dari pondok dan terkesan seperti enggan untuk kembali ke pondok.
Namun saat itu, Ayah Korban tidak berpikir tentang hal negatif. Apalagi waktu itu Ayanya mengaku tidak punya uang. “Anak saya pulang dari pondok beberapa hari, terus kok sepertinya dia tidak bersemangat kembali ke pondok. Padahal seharusnya dia sudah kembali. Jadi waktu itu saya tanya anak saya kenapa kamu nggak ke pondok? Dia bilang nanti, gitu jawabnya. Saat itu, saya betul-betul nggak punya duit. Jadi saya gadai motor saya Rp500 ribu untuk dia pulang ke pondok Ini juga atas saran istri saya,” kata ayah korban.
Selanjutnya, uang hasil menggadai motor tersebut sebagian diserahkan kepada anaknya untuk bayar uang pondok dan untuk simpanan sang anak. “Saya panggil anak saya, lalu saya kasih uang Rp300 ribu. Saya bilang ke anak saya Rp200 ribu kasih ke ustaz. Yang Rp100 ribu pegangan. Waktu itu berangkatlah anak saya ke pondok, dengan ponakannya malam-malam, hujan-hujan. Tapi baru satu malam, sudah pulang, besoknya sore sekitar jam 03.00 dia sudah pulang lagi,” katanya.
Ayah korban juga menyampaikan, saat itu putrinya tidak langsung pulang ke rumahnya tapi ke rumah bibinya. “Mereka kabur dari pondok karena takut. Itupun tidak langsung pulang ke sini tapi ke tempat pamannya, pamannya itulah yang nelepon meminta saya ke sana. Di rumah adek saya itulah, anak saya baru cerita kalau ustaz-nya sudah berbuat tidak senonoh dengan anak saya. Saya bilang kenapa baru cerita sekarang kenapa kemarin nggak cerita, kalau gitukan bapak nggak menggadaikan motor satu-satunya yang memang saya pakai setiap hari,” kata ayah korban.
Karean itu, Ayah Korban meminta polisi dan aparatur penegak hukum untuk memproses kasus ini sesuai dengan hukum yang berlaku. “Saya sebagai ayahnya tidak terima dan sudah lapor ke Polresta Bandar Lampung. Saya minta kasus ini diproses secara hukum dan minta tersangka ditindak sesuai hukum yang berlaku. Sebagai ustaz pondok, seharusnya dia menjaga santrinya, bukan malah seperti ini. Kalau ini didiemin ini bisa menular ke mana-mana kasihan nanti siswi yang lain,” katanya.
Belum ada keterangan resmi dari Ustaz Pondok Pesantren Thoriqul Ibad Kemiling Bandar Lampung, Sepriyadi, atas tuduhan tersebut. Dikonfirmasi di Pondok Pesantrenya, Sepriyadi dikatakan sedang tidak ditempat. “Abi sedang keluar pak. Dari mana nanti kami sampaikan,” kata salah seorang santri. (lbm/red)
Tinggalkan Balasan