Tanggamus, Sinarlampung.co – Warga masyarakat Pekon Dadimulyo, kecamatan Wonosobo, Tanggamus mengeluhkan kepemimpinan Karyono sebagai kepala Pekon setempat, pasalnya sudah 2 tahun ini Karyono dinyatakan sakit dan tidak dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal.
Diketahui selama 2 tahun terakhir Karyono sudah tidak dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakatnya baik secara lisan maupun tulisan.
” Jelas secara fakta dan nyata selama 2 tahun ini Karyono sudah tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan kami warganya, apalagi kewenangannya sebagai seorang pemimpin jelas beliau tidak dapat mengambil keputusan, hal ini yang membuat kami kecewa, sementara BHP wakil kami terkesan diam saja, terus kami harus mengadu kepada siapa,” terang salah warga yang tidak mau di sebut namanya.
Menurutnya hal ini yang menjadikan jalannya roda pemerintahan di Pekon Dadimulyo menjadi tidak jelas terutama di administrasi dan kelembagaan.
“Gimana tidak carut marut Kaur Perencanaan menangkap jadi bendahara, sementara kaur keuangan hanya bertugas mengambil uang pencairan ADD di bank setelah itu oleh kakon uang di serahkan oleh kaur perencanaan sehingga segala sesuatu terkait pendanaan harus melalui kaur perencanaan dari pencairan dana publikasi hingga belanja barang, bahkan untuk intensif Linmas sampai TPK.” Tuturnya
Dikatakan laporan pertanggungjawaban realisasi penggunaan dana desa tahun 2023 belum rampung di kerjakan karena ada tunggakan pajak ke Pemda.
“Untuk Linmas intensifnya dikeluarkan setelah Kaur perencanaan di datangi dan dipaksa 4 orang Linmas, sempat bersitegang antara mereka namun akhirnya dibayarkan juga sebesar Rp 1,6 juta, namun belakangan para Linmas harus menandatangani kwitansi penerimaan intensif sebesar Rp 2 juta sampai hari ini mereka tidak tanda tangan, untuk bangunan pisik berupa drainase dengan pagu anggaran 208 juta itu juga ribut antara TPK dan kaur perencanaan, dimana dengan dana sebesar 146 juta TPK sudah dapat menyelesaikan bangunan itu sesuai dengan RAB, kemudian TPK menanyakan sisa dana pagu timbullah kericuhan antara mereka, akhirnya setelah kaur perencanaan memberikan dana sebesar Rp 20 juta permasalahan selesai dan kaur perencanaan berjanji sisa dana yang ada akan di pergunakan untuk menimbun jalan-jalan yang berlubang, tapi faktanya nol, selain itu mobil ambulance pekon setiap mau di gunakan warga mobil harus di dorong dorong karena accu soak dan minyak selalu habis, sehingga pernah terjadi warga pasien iuran untuk membeli minyak agar mobil bisa di gunakan bawa pasien.” imbuhnya
“Kejadian-kejadian tersebut kemungkinan yang menjadi salah satu faktor keterlambatan penyusunan laporan pertanggungjawaban, bahkan lebih miris lagi ternyata pekon kami masih menunggak uang pajak kepada negara besarannya kira-kira Rp 26 jutaan. Anehnya ADD tahun 2024 dapat di cairkan sementara SPJ dan pajak belum di selesaikan. Ini bukti bahwa kepala pekon kami sudah tidak layak lagi sebagai seorang pemangku jabatan, kami tidak benci dengan Karyono tapi apakah pemerintah daerah Tanggamus tutup mata dengan hal ini sementara masih banyak pemuda -pemudi di Pekon kami yang lebih potensial, apakah di kemudian hari jika tetap mempertahankan Karyono stelah purna tugas dapat memberikan pertanggungjawaban kepada pemerintah dengan kondisi yang saat ini,” pungkasnya.
Sementara Ajun Winarko sekdes setempat membantah jika di katakan roda pemerintahan pekon Dadimulyo tidak berjalan dengan sebagai mana mestinya.
“Alhamdulillah pak Karyono saat ini sudah membaik beliau sudah dapat berjalan walupun perlahan, memang benar untuk berbicara belum bisa dan semua itu tidak menggangu aktifitas kami dalam melayani masyarakat karena kami selalu musyawarah sebelum mengambil keputusan, untuk pelayan masyarakat kami ada tugas masing-masing dan untuk penandatanganan berkas yang sifatnya resmi beliau masih bisa walaupun tangannya ngewel (bergetar), jadi menurut saya pemerintahan di Pekon kami tidak ada masalah,” terangnya.
Saat di tanya bagaimana cara penyampaian Kakon dalam rapat resmi dan dalam mengambil keputusan Arjun mejelaskan sembari memperagakan.
“Beliau didampingi Bu Kakon menyampaikan sambutan dan masukan kepada peserta rapat menggunakan bahasa isyarat (gini-gini sambil memperagakan) kemudian Bu Kakon yang menterjemahkan, Alhamdulillah warga memahami hal tersebut, ya jadi tidak ada masalah, sementara untuk saya pribadi karena saya bawahan serba salah, dikatakan nyaman ya tidak dan dikatakan tidak beliau pimpinan saya bahkan pilihan warga,” katanya
Dikatakan kondisi kesehatan Karyono sudah di sampaikan pihak BHP ke kecamatan dan hanya diberikan cuti sebulan dengan surat keterangan dokter.
“BHP sudah pernah menyampaikan hal ini ke kecamatan diawal pak Kakon sakit, kemudian di perbolehkan cuti selama sebulan, dan itu berjalan hingga kini, jika sakitnya kambuh Kakon mengambil cuti, sampai masa bakti BHP selesai saat ini, tidak ada tindakan lagi” pungkasnya.
Yatno mantan ketua BHP Dadimulyo saat ditemui memberikan keterangan berbanding terbalik dengan keterangan Ajun.
“Setiap kali rapat yang mimpin ya Ajun itu bukan Karyono dan istrinya paling memberi sambutan untuk ibu-ibu PKK dan tidak pernah duduk di samping pak Kakon apalagi mau menterjemahkan bahasa tubuhnya. Karyono jika dia hadir dalam rapat ya hanya duduk diam ga ngapa-ngapa. Di akhir sambutan Ajun memberikan pernyataan ini pesan pak Kakon, saya sering nyeletuk kapan pesan sama kamu bicara aja susah, Ajun nya hanya senyum.” Terangnya
Dikatakan jika ada rapat Karyono jarang hadir sementara pengundangnya atas nama kepala pekon.
“Saya sudah sampai PMD melaporkan hal ini namun dengan surat keterangan cuti di perbolehkan melanjutkan ya sudah saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kemaren salah satu anggota BHP sempat walkout saat rapat karena sering kali kami diundang oleh Kakon tapi pengundangnya tidak ada kan parah, dalam rapat itu tidak ada kata sepakat, namun karena ini menyangkut hajat orang nanya sewaktu Ajun bersama salah satu pegawai kecamatan datang kerumah minta penandatanganan berkas terpaksa saya tandatangani toh ini akhir jabatan saya,” pungkasnya.
Salah satu ketua RT mengeluhkan kepemilikan Karyono sebagai kepala pekon, hal ini menyangkut pengalaman yang di alaminya secara pribadi.
“Beberapa waktu lalu beliau punya hajat, saya sebagai warga sekaligus aparatnya membantu mati-matian supaya acara berjalan lancar, tapi begitu saya punya keperluan beliau tidak nampak batang hidungnya bahkan tidak memberikan keterangan, sementara sebelumnya saya sudah sowan Kakon dan ibu bersedia tapi nyatanya nol, saya hanya berharap pak Karyono dapat di ganti karena keadaannya sudah tidak memungkinkan jadi pengayom masyarakat masi banyak putra- putri pekon kami yang sehat dan mampu menjadi pemimpin,”ujarnya
Sampai berita ini di terbitkan kaur perencanaan dan instansi terkait belum dapat di konfirmasi karena yang bersangkutan masih ada kesibukan lain. (Wisnu)
Tinggalkan Balasan