Polda Lampung Sidak Limbah PT Juang Jaya Abadi, Humas Langsung Respon Wartawan

Lampung Selatan, sinarlampung.co-Polda Lampung mencium Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) PT Juang Jaya Abdi Alam bermasalah. Polda menerjunkan tim untuk mengecek IPAL perusahaan penggemukan sapi itu milik perusahaan Australia itu pada Kamis 15 Agustus 2024 lalu. Polda merespon banyak keluhan masyarakat ihwal bau busuk kotoran sapi, dugaan pencemaran air sungai di sekitar perusahaan dan banyak lalat di rumah warga.

Baca: Walhi Soroti Pencemaran Limbah PT Juang Jaya, Ramai Protes DLH Baru Turun?

Baca: Puluhan Tahun PT Juang Jaya Abdi Alam Beroperasi Dan Cemari Sungai Way Bungur, DLH Baru Ambil Sampel?

Pihak manajemen perusahaan membenarkan pihaknya telah didatangi im Polda Lampung. “Kami apresiasi atas khttp://Walhiunjungan Polda, pada Kamis lalu. Kami berharap ini kasus terakhir, bisa langsung melihat (IPAL) Juang Jaya,” kata Humas PT Juang Jaya Abdi Alam, Thamaroni Usman usai mendampingi tim Dinas Lingkungan Hingga Provinsi Lampung (DLH) dan DLH Lampung Selatan mengecek IPAL perusahaan dan mengambil sampel air di sekitar perusahaan, Senin 19 Agustus 2024.

Thamaroni Usman mengaku, selama ini PT Juang Jaya berkomitmen menciptakan perusahaan yang ramah lingkungan dengan menerapkan standar perusahaan sehat ihwal IPAL dan lingkungan. Pun sebisa mungkin meminimalisir lalat yang menjadi pemandangan sehari-hari warga di sekitar perusahaan. “Kami sangat serius tangani lalat. Karena banyak virus yang jadi pemicu dari lalat,” ucapnya.

Ia juga mengaku memberdayakan aparatur setempat untuk menanggulangi lalat dengan cara melakukan penyemprotan setiap bulan di sekitar rumah warga dengan melibatkan kepala dusun. “Kami berdayakan kadus tiap bulan dikasih obat dan biaya operasional, tiap hari disemprot di dalam (perusahaan),” ujar dia.

Thamaroni menuturkan, pihaknya sudah membangun pembuangan limbah dengan layak. Kemudian soal lalat, saat ini seluruh Indonesia peternakan sapi memiliki beban atau masalah yang dihadapi seperti virus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang berasal dari tanah, udara dan debu.

“Ada aturan ketat perusahaan. Belum lagi penyakit bentol sapi. Kami sangat serius tangani (lalat) ini. Kami berupaya menyemprot, kasih obat serangga, termasuk mobil dicuci saat masuk lokasi perusahaan. Kita akan rugi jika lalat banyak, kita banyak upaya dengan maksimal,” ucap dia.

Kemudian untuk tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) perusahaan yang dalam aturan memiliki suatu tanggung jawab terhadap lingkungan, banyak dikeluhkan warga di sekitar perusahaan, Thamaroni mengaku sudah mengikuti aturan dengan rutin memberikan CSR.

“Keluhan masyarakat CSR kami banyak kontribusi melalui aparat desa. Mungkin dipilih (warga tidak kebagian), setiap bulan dikasih CSR, berupa sembako, beras, minyak, indomie, kami juga berikan tunjangan guru ngaji, TPA kami juga ikut program pengentasan stunting dengan memberikan makanan bergizi,” paparnya.

Ia mengaku, penyaluran CSR di warga sekitar ada yang langsung diberikan pada warga, ada juga yang melalui kades karena permintaan kades. “Untuk berikan seluruh warga kami tidak mampu, nanti kami komunikasi lagi,” dalihnya. (Red)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *