LBH Curiga Kasus Penembakan Siswa SMK di Semarang Direkayasa, Ombudsman Minta Penyelidikan Transparan

Semarang, sinarlampung.co-Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang menemukan sejumlah kejanggalan atas kematian Gamma Rizkynata Oktafandy (17), siswa SMKN 4 Semarang, yang tewas ditembak polisi, Selasa, 26 November 2024 itu. Pasalnya aksi penembakan yang dilakukan Aipda RZ dianggap bagian dari perlindungan diri oleh penyidik. Dengan narasi korban dituding sebagai anggota gangster dan ditembak hingga tewas.

Baca: Siswa SMK Paskibraka Semarang Tewas Ditembak Polisi, Menham Natalius Pigai Turunkan Tim

Direktur LBH Semarang, Syamsuddin Arief, menegaskan tindakan Aipda RZ termasuk extra judicial killing atau pembunuhan di luar hukum. “Betul, polisi melakukan rekayasa dan kronologi yang kemudian seolah-olah extra judicial killing yang kemudian dibenarkan padahal tidak boleh polisi serta merta melakukan penembakan,” katanya, dilangsir media Jawa Tengah.

Menurut Syamsuddin, tak ada bukti GRO merupakan anggota gangster sehingga muncul dugaan penyidik merekayasa kasus ini. “Kasus diarahkan ke tawuran tentu ini sebagai cuci tangan polisi yang kemudian mengangkat bahwa ini kasus gangster yang meresahkan di Semarang,” ujarnya.

CCTV

Keluarga Gamma, menyebut sudah kantongi video rekaman CCTV yang memperlihatkan aksi penembakan yang dilakukan oleh Aipda Robig Zaenudin (38). Dalam rekaman tersebut, terlihat Robig menembak korban persis di depan minimarket di Jalan Candi Penataran Raya, Ngaliyan, Kota Semarang. Video tersebut juga menunjukkan waktu penembakan pada Minggu 24 November 2024 pukul 00.19 WIB.

Seorang anggota keluarga korban yang enggan disebut namanya pun menunjukkan video tersebut ke wartawan. Namun, video tersebut diminta untuk tak ditunjukkan ke publik supaya tidak disalahgunakan. Anggota keluarga korban menyebut bahwa tak ada perlawanan dari korban seperti yang disebutkan oleh Kapolres Semarang beberapa waktu lalu. “Kalau dari Polrestabes bilangnya korban melawan lalu ditembak. Nah ini ada videonya melawan apa ndak?,” ujarnya

Tudingan tersebut dibantah Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto yang menjelaskan proses penyelidikan dilakukan secara transparan dan penyidik selalu melibatkan media. “Tidak ada rekayasa kasus. Kami tidak menutupi,” ucapnya.

Ketua Ombudsman Jawa Tengah, Siti Farida, berharap Pemkot Semarang serta Polrestabes Semarang menyampaikan informasi secara akurat agar masyarakat tak berspekulasi. “Mendesak agar proses penyelidikan dilakukan secara transparan, akuntabel, dan profesional, dengan memberikan pendampingan hukum serta psikologis bagi para korban dan keluarga,” katanya.

Artanto, mengaku masih mendalami kasus penembakan siswa SMK yang melibatkan anggota Polrestabes Semarang. Jika Aipda RZ terbukti melakukan penembakan, sanksi berat akan dijatuhkan. “Tentunya anggota yang melakukan upaya tindakan kepolisian harus bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ini nanti dilakukan pendalaman Propam. Sedang dilakukan pemeriksaan,” tegasnya.

Artanto juga membantah kabar Aipda RZ sempat mengonsumsi narkoba sebelum melakukan penembakan. Ia menegaskan, hasil tes kesehatan Aipda RZ negatif narkoba dan alkohol. “Ditahan, lagi diperiksa Paminal, dia anggota Polrestabes Semarang,” katanya.

Kata Teman Korban

Korban tewas usai mengalami luka tembak di pinggul, sedangkan temannya, AD (17) dan SA (16) selamat. AD dihadirkan dalam proses pra rekonstruksi yang digelar pada Selasa 26 November 2024. AD membenarkan dirinya terlibat tawuran dan membawa senjata tajam.

Saat kejadian, AD, SA serta GRO berboncengan sepeda motor bertiga untuk melakukan tawuran. Awalnya, GRO enggan terlibat tawuran, namun nyalinya terbakar saat mengetahui lawan tawuran membawa senjata. “Tempat ngumpul di PLN Krapyak itu tidak tahu (kamar kos) siapa. Akhirnya mereka mundur,” ujar AD.

AD membantah GRO merupakan anggota gangster, justru jadi korban penembakan oknum polisi. “Saya malah kena tembak. Kena bagian dada. Saya lihatin tapi sekilas saja. Itu cuma meleset dan akhirnya masuk ke (tangan) Satria. Saya puter balik ada orang nodong pistol,” tukasnya.

Saat menjelaskan kronologi kejadian, AD ditarik anggota polisi dan memintanya masuk ke mobil. Proses pra rekonstruksi digelar di tiga tempat mulai tempat kumpul anggota gangster, lokasi kejar-kejaran hingga TKP penembakan. (Red)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *