Jakarta, sinarlampung.co-Innalilahi wa Inna ilaihi rojiun. Kabar duka datang dari dunia pers Indonesia. Tokoh pers Wina Armada Sukardi meninggal dunia pada Kamis 3 Juli 2025 sekira pukul 15:59 WIB. Sebelum meninggal dunia, Wina Armada sempat dirawat di RS Jantung di kawasan Jakarta Selatan.
“Telah wafat dengan tenang, kawan dan guru baik kami Wina Armada Sukardi. Akan di makamkan pada Jumat 4 Juli 2025 di pemakaman Tanah Kusir, Jakarta, baqdo sholat Jum’at,” bunyi pesan Whatsapp jurnalis senior Benny Bengke, Kamis 3 Juli 2025.
Jenazah Wina Armada Sukardi yang juga Presiden Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) akan dibawa dari RS Jantung, Blok S, menuju kediaman di Rumah duka di Jalan Mawar No1, Bintaro, Jakarta Selatan.
Wina Armada Sukardi lahir di Jakarta 17 Oktober 1959. Mengenyam pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Wina Armada punya perjalanan panjang sebagai jurnalis. Tulisan-tulisannya tentang hukum dan pers mewarnai perjalanan dunia pers Indonesia.
Pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PWI Pusat periode 2003-2008. Pernah pula menjadi anggota Dewan Pers selama dua periode sejak 2004 sampai 2010. Selama beberapa tahun terakhir Wina Armada dipercaya sebagai Presiden Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI).
Wina Armada Sukardi, juga anggota Steering Committee Kongres Persatuan PWI 2025. Wina Armada Sukardi wafat dalam usia 65 tahun. Semasa hidupnya, Wina Armada dikenal sebagai sosok wartawan senior, pemikir, dan pakar hukum pers yang memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan dunia jurnalistik dan kebebasan pers di Indonesia.
Lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1959, Wina Armada menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kariernya di Bidang Pers sangat panjang dan produktif. Di Dewan Pers, almarhum dipercaya sebagai Ketua Komisi Hukum dan Perundang-Undangan.
Selain aktif dalam organisasi, Wina Armada juga dikenal luas sebagai penulis dan pemikir Hukum Pers. Ia menulis sejumlah buku penting, di antaranya Wajah Hukum Pidana Pers dan Menggugat Kebebasan Pers. Ia juga menjadi editor dalam berbagai penerbitan buku bertema hukum dan jurnalisme.
Sepanjang hidupnya, Wina tak pernah lepas dari dunia tulis-menulis. Sejak masa SMP, ia telah menekuni dunia kepenulisan dan dalam satu dekade terakhir bahkan rutin menulis setiap hari. Salah satu gagasan terakhirnya adalah menyusun antologi puisi untuk anak-anak, sebuah proyek literasi yang jarang disentuh secara khusus. Kumpulan puisi bertajuk Pacul Berdarah menjadi bagian dari upaya itu.
Sekretaris Panitia Kongres Persatuan PWI 2025 Tubagus Adhi, menyampaikan belasungkawa mendalam atas kepergian almarhum. “Beliau adalah salah satu wartawan senior yang pemikirannya sangat saya kagumi. Kontribusinya terhadap dunia pers nasional, baik melalui karya tulis maupun pemikiran hukum dan etika jurnalistik, sangat luar biasa dan akan terus dikenang,” ujarnya.
Kehilangan ini menjadi duka mendalam bagi dunia pers Indonesia. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan segala amal ibadah serta dedikasinya selama hidup menjadi amal jariyah yang terus mengalir.. (Red)
Tinggalkan Balasan