Biaya Study Tour MAN 1 Metro Mencekik, Siswa Diancam Tak Bisa Ujian?

Kota Metro, sinarlampung.co – Program studi wisata ilmiah yang digelar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Metro menuai sorotan. Sejumlah wali murid mengeluhkan besarnya biaya yang dibebankan kepada siswa, yang dinilai tidak rasional dan menyesakkan di tengah tekanan ekonomi yang belum pulih.

Seorang wali murid mengungkapkan, anaknya diminta membayar Rp3,5 juta untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut. Meski pihak sekolah memperbolehkan sistem cicilan, nominal itu tetap dianggap memberatkan, terutama bagi keluarga berpenghasilan pas-pasan.

Tak hanya mahal, pihak sekolah juga diduga menggunakan tekanan psikologis agar siswa ikut, dengan ancaman tak mendapat nomor peserta ujian bila menolak.

“Ada intimidasi dari pihak sekolah kalau tidak mengikuti kegiatan tersebut. Siswa tidak bisa mengikuti ulangan, tidak dapat nomor peserta ulangan, kok kayak gini. Wali murid yang lain juga mengeluhkan karena memang kondisi mereka juga kesulitan,” ujarnya, Sabtu (19/7/2025).

Berdasarkan informasi yang diperoleh, program ini dikemas sebagai bagian dari pengembangan pola pikir ilmiah siswa, dengan dua paket destinasi:

– Pilihan A: Yogyakarta – Dieng (6 hari, 15–20 September 2025) seharga Rp3 juta 

– Pilihan B: Bali – Malang – Yogyakarta (9 hari, 15–23 September 2025) seharga Rp3,5 juta

Kegiatan tersebut bekerja sama dengan PT Tampia Star Life Tour & Travel. Pembayaran dilakukan dalam tiga tahap selama Juni hingga Agustus 2025. Destinasi yang ditawarkan meliputi Lava Tour Merapi, Candi Prambanan, Kawah Sikidang, hingga Tanah Lot dan Gunung Bromo.

Kendati diklaim menunjang penyusunan karya tulis ilmiah, siswa disebut belum bisa mengajukan judul tulisan sebelum ada ketetapan resmi dari pihak sekolah. Ini memperkuat kesan bahwa kegiatan bersifat top-down dan minim ruang negosiasi.

Sejumlah wali murid menilai program ini dipaksakan dan tidak peka terhadap kondisi ekonomi keluarga peserta didik.

“Mungkin harapan semua orang tua sama ya, janganlah dibebankan seperti itu. Apalagi kan Pak Gubernur kalau tidak salah melarang sekolah untuk mengadakan study tour apalagi memberatkan,” katanya.

Ia menegaskan tidak menolak kegiatan semacam itu, asalkan digelar dengan biaya yang masuk akal.

“Kami tidak bisa mengeluarkan biaya sebesar itu, terlebih melihat kondisi saat ini yang susah dengan penghasilan yang enggak menentu. Ya kalaupun mau study tour yang di sini-sini ajalah, yang biayanya murah-murah, yang bisa dikejar,” tambahnya.

Saat dikonfirmasi, Ketua Panitia Study Tour MAN 1 Metro, Sudriyatmoko, menyebut kegiatan itu sudah mendapat izin.

“Study tour adalah program madrasah dari zaman dulu. Tapi pernah memang ada edaran (SE) dari Kanwil, itu (study tour) dipending dulu lah, tapi itu tahun lalu. Dan itu (sekarang) sudah ada lampu hijau, boleh lagi,” jelasnya.

Ia juga membantah adanya unsur paksaan atau sanksi bagi siswa yang tidak ikut.

“Mengenai surat edaran, di situ tidak disampaikan anak (siswa) dipaksakan. Silakan kalau mau mengikuti dan tidak ada sanksinya sama sekali. Kalau ada yang mengatakan bahwa tidak boleh ulangan itu salah besar, tidak benar. Kalau ada oknum guru yang ngomong seperti itu, itu bukan tanggung jawab ketua. Sama sekali ketua tidak pernah menyampaikan bahwa program study tour tersebut harus dipaksakan,” tandasnya.

Sebagai catatan, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal sebelumnya telah menegaskan larangan terhadap penyelenggaraan study tour yang bersifat wajib dan membebani orang tua siswa. Meski kebijakan itu berlaku untuk sekolah di bawah Dinas Pendidikan dan bukan madrasah di bawah Kementerian Agama, prinsip dasarnya serupa: kegiatan di luar sekolah tidak boleh memaksa dan harus mempertimbangkan kemampuan ekonomi peserta didik. (Robby/Red)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *