Kategori: Bandarlampung

  • Komisi III ‘Tumpul” Bahas Soal Pembangunan Flyover

    Komisi III ‘Tumpul” Bahas Soal Pembangunan Flyover

    proyek banguna flayover Bandarlampung

    Bandarlampung (SL)-Kasus temuan pembangunan proyek flayover di depan Mall Boemi Kedaton, oleh DPRD Bandar Lampung seperti tak berdaya menghadapi rekanan Flyover, Kristian Chandra. Dari temuan Komisi III yang menyatakan adanya keretakan pada bagian Flyover hingga ditindaklanjuti dengan inspeksi mendadak tidak menghasilkan keputusan yang tidak jelas. Kabar lain menyebutkan, ada “penyelesaian” tertutup antara pengembang dan komisi III DPRD Kota Bandarlampung.

    Munculnya anggapan bahwa DPRD Bandar Lampung terkesan tak bernyali menghadapi pengusaha jelas kakap itu diungkapkan maasyarakat. “DPRD Bandar Lampung mentalnya ayam sayur, kalau berani jangan takut-takut, kalau tidak jangan sok berani ngomong adanya Retak Flyover,” kata LSM L Jef, Jumat (17/11/2017), dilangsir fajarsumatera.co.

    Praktisi Hukum Gindha Anshori Wayka. Menyebutkan bahwa temuan retaknya Flyover MBK ruas Jalan Zainal Abidin Pagar Alam–Teuku Umar itu harus dilakukan pengecekan serius oleh tim teknis agar diketahui penyebab retaknya bangunan tersebut.

    “Pasalnya temuan Komisi III DPRD Bandar Lampung yang diawali rapat dengar pendapat dengan Dinas PU yang begitu garang kini setelah sidak terkesan lebih sejuk.“temuan Komisi III tersebut harusnya tidak berhenti sampai disitu dan harusnya tidak sejuk-sejuk amatlah karena belum dicek serius hanya sidak lihat-lihat sekilas, jadi masih menjadi ancaman ya bagi kita dan ini jelas membahayakan karena kalau hanya ditambal tidak ada jaminan,” kata Gindha.

    Anshori berharap Komisi III tidak melulu bicara normatif mengenai pembangunan dan kepentingan masyarakat yang menggunakan anggaran besar. Menurutnya pengawasan menyeluruh sudah harus dilakukan saat ini sebab bersama-sama mengawal pembangunan lebih baik daripada sudah menjadi permasalahan.

    “Kalau flyover itu sudah jadi terus kemudian jadi masalah kan agak kesulitan makanya mumpung belum jadi harus diawasi sama-sama, sudah pas itu Komisi III, Elemen masyarakat, harusnya juga ada pihak Kejaksaan, ini mana Jaksa kok gak ada,” terang Ansori.

    Ansori menambahkan, selain masyarakat, pemerintah dan penegak hukum bersama-sama melakukan pengawasan sebagai control sosial, Kejari Bandar Lampung juga diharapkan melanjutkan penyelidikan dugaan penyimpangan Pembangunan Flyover Kimaja-Ratudibalai 35Miliar APBD Bandar Lampung 2015.

    Ketua Komisi III DPRD Bandar Lampung Wahyu Lesmono mengatakan pihaknya sudah menjalankan tugasnya dengan baik yakni terkait fungsi pengawasan. Sidak yang dilakukan telah menjawab temuan retaknya bangunan. “Iya kita sidak kemarin sudah jelas semuanya jadi retak itu sudah diketahui penyebabkan dan diperbaiki jadi sudah tidak ada persoalan,” kata Wahyu Lesmono

    Politisi PAN tersebut juga mendukung dilakukan pengawasan secara bersama guna mengantisipasi adanya penyimpangan serta sebagai langkah preventif. Selanjutnya mengenai adanya permintaan penyelidikan dugaan penyimpangan dalam pembangunan flyover kimaja-ratudibalau dirinya pun mendukung.

    “iya pengawasan memang harus ya dilakukan dan kalau ada temuan perbuatan melawan hukum kita juga dukung untuk diproses. Nah terkait penyelidikan flyover kimaja supaya dilanjutkan Kejari kalau memang harus dilanjut ya itupun kita dukung,” katanya.

    Sementara Kasi Intelijen Kejari Bandar Lampung Andre W Setiawan menerangkan, pihaknya belum dapat menanggapi terkait Flyover Kimaja. Namun untuk Flyover MBK memang tidak dilakukan pendampingan karena kurangnya administrasi pihak Pemkot pada saat mengajukan permohonan pendampingan.“Jadi kalau Flyover MBK itu sebenarnya kita lakukan pendampingan pendapat hukum saja melalui bagian perdata dan tata usaha negara (Datun),” kata Andre W Setiawan. (fs/nt/jun)

  • Awasi Calon Gubernur Lakukan Money Politik

    Awasi Calon Gubernur Lakukan Money Politik

    Bandarlampung (SL)-Perlu dilakukan pengaturan terhadap proses sosialisasi para bakal calon kepala daerah, menjelang tahapan pilkada. Pasalnya banyak bakal calon yang sudah melakukan curi star kampanye. Dan memperkuat pengawasan anti money politik

    Hal itu terungkap dalam workshop KPU Provinsi Lampung bertema Kampanye Setara dan Damai Dalam Pilgub 2018 di Hotel Emersia, Rabu siang (15/11/2017).

    Dalam acara itu, Komisioner KPU RI Divisi Sosialisasi dan Parmas Wahyu Setiawan mengajak stakeholder dan masyarakat wujudkan pilkada bersih. “Mari, kita ciptakan pilkada yang sehat. Jangan halalkan segala cara yang menyimpang dari aturan,” ujar Wahyu pada acara yang dihadiri Rektor Universitas Bandar Lampung (UBL) Yusuf Sulfarano Barusman, Ketua KPU Provinsi Lampung Dr.Nanang Trenggono, Komisioner KPU Lampung Handi Mulyaningsih.

    Pembicara lainnya, Penerima Bintang Penegak Demokrasi Hadar Nafis, Kapolda Lampung Irjen (Pol) Suroso Hadi Siswoyo, Rektor UIN Muhamamad Mukri serta Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lampung Chairudin Tahmid.

    Dalam sambutannya, Dr. Nanang Trenggono meminta masyarakat ikut mengawasi pelaksanaan Pilgub Lampung 2018, terutama soal  money politic. “Saya minta kepada seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan pilgub dan pilkada yang bersih dari beragam praktek money politic.

    Ketua MUI Lampung Chairudin Tahmid mengatakan segera akan mengeluarkan fatwa money politic itu haram. Chairudin Tahmid menyebutkan, maraknya money politik menjadi pemikiran khusus bagi MUI Lampung.

    “Nanti, saya minta semua tempat ibadah untuk menyampaikan khotbah money politic,” katanya. Menurut dia, dengan cara seperti iti, demokrasi jadi kotor dan melahirkan pemimpin yang pastinya kotor juga,” kata Chairudin. (sl/nt/jun)

  • Dirgahayu Pahlawan, Mengenang Pertempuran Surabaya

    Dirgahayu Pahlawan, Mengenang Pertempuran Surabaya

    Bandarlampung (SL)-Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Britania Raya. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur.

    Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

    Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.

    Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara.

    Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.

    Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan. Pasukan sekutu mendapatkan perlawanan dari pasukan dan milisi Indonesia.

    Selain Bung Tomo terdapat pula tokoh-tokoh berpengaruh lain dalam menggerakkan rakyat Surabaya pada masa itu, beberapa datang dari latar belakang agama seperti KH.

    Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai/ulama) sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung alot, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya.

    Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran ini mencapai waktu sekitar tiga minggu. Setidaknya 6,000 – 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 – 2000 tentara.

    Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk melakukan perlawanan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang. (sumber : wikipedia)

  • Lampung Fair Akan Tanpa Festival Budaya Lampung?

    Lampung Fair Akan Tanpa Festival Budaya Lampung?

    ilustrasi, pembukaan Lampung Fair tahun 2015 lalu.

    Bandarlampung (SL)-Even Organizer (EO) Lampung Fair 2017, PT Grandmodern dinilai lebih mengutamakan budaya luar, dari pada mengangkat kebudayaan Lampung, dalam perhelatan Lampung Fair 2017 di PKOR Way Halim, Desember 2017 mendatang.

    Pasalnya, pada perhelatan itu, even yang banyak digelar adalah festival Reog Ponorogo dan Festival Kuda Lumping, sementara tidak terlihat eksposes akan adanya festival kebudayaan khas daerah Lampung.

    Ketua I Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) Provinsi Lampung Rahmad Darmansyah Yusie mengatakan, seharusnya pihak penyelenggara Lampung Fair 2017 lebih mengedepankan kebudayaan Lampung yang mulai tertinggal, disamping juga menggelar festival kebudayaan daerah lain.

    “Seharusnya menampilkan juga budaya lokal. Jadi saya meminta kalau masih bisa disusun dimasukan lah budaya Lampung. Kalau reog kan budaya Indonesia tapi bukan budaya lokal. Jadi kita ketengahkan budaya-budaya lokal seperti sastra ataupun tarian-tarian adat Lampung,” kata Darmansyah, melalui sambungan celuller pribadinya, Rabu (8/11),.

    Darmansyah melihat, gelaran Lampung Fair sebelumnya dianggap sudah baik karena memasukan kebudayaan daerah pada even yang semula bernama Pameran Pembangunan. Maka dari itu, pihak penyelenggara tahun ini, jangan menghapus kebudayaan lokal di even Lampung Fair. “Kalau tadi-tadinya sudah bagus, tapi kalau saat ini memang agak lain, kita (MPAL) saja tidak ada didalamnya, selama ini memang MPAL kurang dilibatkan,” katanya.

    MPAL Lampung berharap, bidang kebudayaan penyelenggera Lampung Fair 2017  lebih menengahkan budaya lokal yang tidak kalah menarik dibandingkan Reog Ponorogo dan Kuda Lumpung. Seperti Festival Tuping dari Lampung selatan atau Festival Topeng (Sakura) dari Lampung Barat.

    “Kalau reog bukan kita tidak mengindahkan, tapi budaya lokal kan harus diketegahkan. Nanti orang-orang akan bertanya mengapa reog dan kuda lumping. Sementara reog kan ponorogo, jadi saya meminta kepada penyelenggara agar diketengahkan budaya lampung. Ya minimal Cupping, itu kan bisa meminta kepada Lampung Selatan, Lampung Barat, Pesisir barat. Tidak usah besar-besar, kalau bisa murah meriah,” katanya..

    Sementara itu, pihak PT Grandmodern selaku Even Organizer (EO) Lampung Fair 2017 Sukaryadi tampak tidak ingin memberikan tanggapan terkait tidak dimasukannya kebudayaan daerah dalam Lampung Fair 2017, dengan alasan sedang berada diperjalanan. “Sabar ya, saya sedang dalam pesawat,” singkatnya Sukaryadi, ditulis lampungcenter.com. (sep/nt/jun)

  • Anggaran ATK Sekwan Kota Rp848 Juta, 80% Untuk Kegiatan ATK Reses

    Anggaran ATK Sekwan Kota Rp848 Juta, 80% Untuk Kegiatan ATK Reses

    Sekwan DPRD Bandar Lampung, Nettylia Syukrie. (foto/net)

    Bandarlampung (SL)-Anggaran Kegiatan Pengadaan Alat Tulis Kantor (ATK) di Sekretariat DPRD Bandar Lampung Rp848.676.080, tahun anggaran 2017. Jumlah tersebut total dari 14 item kegiatan yang seluruhnya untuk belanja ATK. Besarnya anggaran yang dialokasikan hanya untuk Alat Tulis Kantor (ATK) menjadi tanggung jawab Sekretariat DPRD Bandar Lampung selaku pengguna anggaran.

    Dari total angaran, nilai tertinggi untuk belanja ATK kegiatan Penjaringan dan Penyampaian Aspirasi Masyarakat (Reses) senilai Rp570 juta. diperuntukkan pembelian map, plastik, note, bsok dan ballpoint. Kemudian kegiatan penyediaan alat tulis kantor senilai Rp252 juta lebih, (atau Rp252.440.180,-).

    Lalu ATK pembahasan rancangan peraturan daerah Rp5,9 juta lebih. Untuk ATK Peningkatan kapasitas dan pimpinan anggota DPRD Rp2,3 juta dan ATK Bimtek Evaluasi Kerja Eksekutif oleh legislatif Kepemimpinan Komunikasi dan Motivasi Rp 2.399.100, Kegiatan monitoring pembangunan fisik dan non fisik DPRD Bandar Lampung Rp 3.931.750,-. Kunjungan Kerja Komisi senilai Rp 2.399.650,-.

    Lalu, ATK Peningkatan Kualitas Kesejahteraan Masyarakat senilai Rp 9.626.650,. Penyusunan dan Pelajaran Keuangan Rp 5.626.650,-. Penyusunan Rencana Kerja Rancangan Peraturan Perundang-undangan senilai Rp 2.077.500, dan ATK Kajian peraturan Perundang-undangan daerah senilai Rp 1.553.500,-,. Publikasi dan Dokumentasi senilai Rp 3.148.250 dan sosialisasi perda senilai Rp 3.057.500,- APBD 2017.

    Pengamat Kebijakan Publik Universitas Lampung Deddy Hermawan mengatakan, anggaran dengan jumlah tersebut untuk penunjang kinerja DPRD Bandar Lampung dalam hal sarana dan prasarana alat tulis kantor. Namun terkait hal itu juga harus ada rasionalisasi yang jelas berkenaan dengan penggunaan anggaran.

    “Perlu dikemukakan oleh Sekretariat Dewan dan DPRD Bandar Lampung adalah soal transparan. Itu terkait penentuan besaran anggaran ATK dengan nilai tersebut. Nah peruntukannya untuk apa, menunjang kinerja dewan yang seperti apa, dan kenapa besarnya seperti itu. Hal ini sebenarnya yang harus diinformasikan ke Publik,” ujar Deddy Hermawan, Minggu (2/4)

    Kemudian, sambungnya, dilihat juga apakah pada tahun sebelumnya anggaran tersebut memiliki catatan di BPK atau punya catatan pada saat evaluasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Lampung. “Makanya yang paling clear adalah anggaran ini sudah melewati hasil pemeriksaan internal, BPK dan evaluasi provinsi. Cuma kan selama ini masyarakat tidak pernah tahu anggaran seperti itu rasionalisasinya seperti apa. Itu yang kemudian sering menimbulkan persepsi kok besar amat, apa tidak pemborosan,” papar dia

    Atas hal itu, Deddy meminta supaya penggunaan anggaran ATK senilai Rp 848.676.080,- disampaikan ke masyarakat sebagai pertanggung jawaban anggaran. “Saya lihat pejabat informasi di Pemkot Bandar Lampung dan Sekwan DPRD tidak menjalankan transparansi informasi,” katanya.

    Padahal lanjut Dedi, jika ingin menjalankan open goverment maka terkait penggunaan anggaran harus diumumkan melalui websitenya. “Melalui DPRD, atau media sehingga komitmen terhadap keterbukaan anggaran akan mendapatkan kepercayaan publik. Selama ini belum sampai kesana kan, itu menjadi Pr,” jelasnya. (fs/nt/jun)

  • Presiden Dijadwalkan Resmikan Dua Titik Tol Lampung

    Presiden Dijadwalkan Resmikan Dua Titik Tol Lampung

    ilustrasi, Presiden RI dan JTTS Lampung

    Bandarlampung (SL)-Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan meresmikan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) 15 Desember 2017 menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2018, pada titik ruas kilometer 0,00 hingga kilometer 8,9 dari Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni- Sidomulyo, Lampung Selatan. Lalu, Tol ruas kilometer 72,0 hingga kilometer 80,0 di Institut Teknologi Sumarera (Itera) Kotabaru, Jati Agung, Lampung Selatan.

    Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Sutono, mengatakan opening dan pemakai jalan tol digratiskan selama dua bulan. “Pemerintah memberi kesempatan kepada masyarakat mencoba jalan tol ini secara gratis selama dua bulan,” kata Sutono, usai rapat Tim Evaluasi Tol Lampung, di Jakarta, Kamis (9/11/sore).

    Rapat dipimpin tiga menteri yakni Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Menteri Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofjan Djalil.

    Dari Lampung, selain Sutono rapat juga dihadiri Bupati Mesuji Khamami, Assiten I Sekdakab Tulangbawang Barat Agus Subagyo, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Lampung Budhi Darmawan, dan Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Zainal Abidin.

    Sekda Lampung dan beberapa pejabat rapat JTTS di Jakarta

    Rapat juga sepakat target pembangunan JTTS Lampung ruas Bakauheni-Pematang Panggang Mesuji, beroperasio Juni 2018 untuk mendukung Asian Games yang berlangsung mulai 18 Agustus 2018. Penyelesaian tanah ditargetkan rampung November 2017.

    Menurut Zainal Abidin, ruas jalan tol Bakauheni-Sidomulyo sepanjang 38 km dapat dilalui pengendara saat keluar dari Dermaga 6. “Kalau keluar dari areal pelabuhan, ada dua petunjuk jalan. Satu ke jalan yang ada sekarang, jalur yang kedua masuk jalan tol,” kata Zainal Abidin.

    Pengendara yang memilih lewat jalan tol, kata Zainal, akan keluar di tol exit Sidomulyo. Dari Bakauheni hingga Sidomulyo ada tiga pintu tol yakni di km 9 Bakauheni, km 23 Kalianda, dan km 38 Sidomulyo. “Hingga kini tol yang siap operasi tembus hingga 23 km pintu tol Kalianda,” kata Zainal. (rls/nt/jun)

  • Proyek Rigit Beton Rp1,2 Miliar di Jalan Pramuka Tak Berkualitas?

    Proyek Rigit Beton Rp1,2 Miliar di Jalan Pramuka Tak Berkualitas?

    Rigit beton jalan Parmuka (foto/dok/lampost)

    Bandarlampung (Sl)-Pembangunan jalan beton di ruas jalan Pramuka, Bandar Lampung yang menelan anggaran mencapai Rp1,2miliar kembali bermasalah. Kondisi rigit beton yang belum lama dikerjakan itu, mulai muncul guratan retak di sepanjang jalan, mulai dari depan SPBU Pertamina 24.351.73- Hingga Pramuka, Bandar Lampung, Jumat, 10 September 2017.

    Pemantauan wartawan dilangsir lampost.co pada lajur jalan dari arah Kemiling menuju Rajabasa tersebut, terdapat retakan retakan kecil dengan panjang sekitar 30 cm.

    Pengamat Konsturksi Universitas Lampung, Sasana Putra mengatakan masalah retak pada rigid pavement tersebut diakibatkan kualitas pelaksanaan pekerjaan yang kurang baik. Bisa diakibatkan materialnya yang kurang dijaga, atau proses perawatan betonnya (curing). “Atau juga telat dilakukan cutting joint (pemotongan sambungan,red),” katanya.

    Menurut Sasana, retakan pada rigid pavement sebenarnya secara desain sudah dipertimbangkan akan terjadi oleh kontraktor. Sehingga perlu dilokalisir, karena ini memperlihatkan retakan yang tidak berpola. Sasana menilaui jika jalan beton tergenang air tidak akan membahayakan.

    Namun jika air masuk melalui retakan dan merusak lapisan di bawahnya, daya dukung jalan rigid tersebut dipastikan berkurang.  “Kalau retak kemudian tergenang air, itu bahaya. Ini seharusnya ada masa perawatan tapi tidak dilakukan dengan bagus. sehingga retaknya kemana mana,” katanya.

    Dia juga mendesak Pemkot segera menangani tidak adanya saluran air atau drainase pada proyek tersebut. Inlet saluran air dijalan, tertutup oleh rigid pavement sehingga menyebabkan air tidak mengalir.

    “Retakan harus segera ditangani dengan metode grouting. Kemiringan jalan juga harus dipertimbangkan untuk membuat saluran air. Secepatnya harus dibuat gorong gorong,” tegasnya.

    Dosen fakultas Teknik Sipil Unila ini mengatakan selama ini setiap pekerjaan jalan selalu menyampingkan pentingnya keberadaan drainase. Drainase dibangun bersumber dari sisa anggaran jalan yang ada. “Faktanya memang seperti itu, drainase dianaktirikan. Baru dibuat jika ada anggaran pembangunan jalan yang tersisa. Bukan dari desain awal,” ucapnya.

    Sebelumnya, Hujan deras mengguyur Kota Bandarlampung, Rabu (8/11) sekitar pukul 14.00 Wib, mengakibatkan genang dibeberbagai jalan utama, dan pemukiman warga di Bandarlampung. Terparah di jalan Parmuka, lokasi proyek rigit jalan beton. Air menggenang bak sungai, dan meluap menggenari pemukiman warga yang lebih rendah dari jalan.

    Warga sepanjang Jalan Kelurahan Rajabasa Nunyai, Kecamatan Rajabasa, Bandarlampung, mengeluhkan genangan air di badan jalan proyek rigid beton yang baru rampung dikerjakan beberapa waktu lalu, karena menyebabkan rumah mereka tergenang setingga 25 cm.

    Nia (37), warga Jalan Pramuka, harus dibuat panik, karena rumahnya mengalami kebanjiran. Banyak prabotan rumahnya yang harus basah, dan rumah kotor. “Ini gara gara banguan rigit beton, yang disiapkan saluran. Harusnya itu diperhatikan. Idealnyakan dibangun proyek rigid beton itu dapat meminimalisir dampak banjir, tapi ini malah rumah saya kebanjiran, selama ini banjir biasanya dijalan, tidak masuk rumah,” katanya, yang tinggal di tepi jalan Parmuka, depan Kwarda Lampung.

    Nia, menyayangkan pembangunan jalan rigid beton itu justru tidak memberikan solusi.Pasalnya, dengan diperbaikinya jalan tersebut membuat badan jalan bertambah tinggi,sementara di sisi badan jalan hanya dibuatkan lubang untuk aliran air. “Ini entah rekanannya yang tidak mengerti atau memang rencana pembuatan jalannya oleh dinas yang amburadul. Lihat saja rumah saya ini, sejak dibangun rigit beton itu, selalu kemasukan air dan ini untuk kesekian kalinya,” katanya kesal.

    Pengamatan di Jalan Pramuka, limpasan air dari badan jalan sepanjang Jalan Pramuka itu, beberapa rumah digenangi air, meski tidak terlalu tinggi. “Mulai dari paviliun samping sampai ke belakang rumah dan dua kamar harus saya bersihkan,” kata Nia.

    Nia juga mengkritik Pemerintah termasuk rekanan yang mengerjakan proyek jalan riris beton di Jalan Pramuka. Karena dia menilai perencanaan pengerjaan jalan itu seharusnya dipikirkan implikasinya. “Bukan sekedar membangun atau memperbaiki,tetapi juga dampak pembangunan jalan itu harus diantisipasi,” katanya. (Lp/Elk/nt/jun)

  • Belum Bayar, Pasien Miskin Bersalin “Tertahan”  di Abdoel Moloek

    Belum Bayar, Pasien Miskin Bersalin “Tertahan” di Abdoel Moloek

    Indarti bersama bayinya di RSUD AM

    Bandarlampung (SL)-Pasien melahirkan  “tertahan” di RSUD Abdul Moeloek Bandarlampung, Karena belum mampu melunasi biaya persalinan. Total biaya yang harus dilunasi hingga sore ini sudah mencapai RP10 an juta lebih, padahal awalnya hanya RP7 juta, untuk biaya perawatan ibu dan anak. Dia dirawat sejak Jumat lalu.

    Indarti (39), warga Kelurahan Gapura, Kecamatan Kotabumi, Lampung Utara (Lampura) adalah pasien yang mendadak masuk ruang bersalin di RSUAM. Saat itu, DIA dan suaminya sedang mengunjungi kerabatnya di salah satu RS swasta di Bandarlampung.

    “Saya sudah mau pulang dihari Minggu, tapi belum boleh karena belum bayar. Sementara jaminan berharga juga tidak ada. BPJS karena baru jadi belum berlaku,” kata Indarti, yang mengaku hampir sepekan di sana, dan otomatis terus bertambah.

    Indarti dan suaminya Herik, sudah minta keringanan, dan berjanji akan melunasi dengan cara mencicil, karena keterbatasan ekonomi. “Kami mau dibawa ke RSUD Abdoel Moeloek, kan RS pemerintah pasti lebih murah ” katanya.

    Menurut Indarti, alasan RSUDAM menahan dia dan bayinya karena tidak dapat melunasi pembiayaan selama proses persalinan hingga saat ini. “Sebenarnya, saya sudah ingin pulang dari hari Minggu kemarin. Tapi pihak rumah sakit tidak mengizinkan. Alasannya karena kami belum melunasi bayaran,” kata Indarti kepada wartawan, Kamis (09/11/2017).

    Indarti menambahkan, hingga kini biaya perawatan dirumah sakit terus membengkak hingga hampir Rp9 juta. “Kalau saya pulang dari hari Minggu lalu, pasti gak semahal ini. Sekarang sudah sembilan juta, besok mungkin sudah sepuluh ” katanya  menahan linang air mata.

    Nota yang harus dilunasi pasien

    Dia mengatakan, bukannya tidak ingin membayar, tetapi Indarti dan Herik mengharapkan keringanan dari pihak rumah sakit. “Kita mau bayar, tapi sekarang saya cuma ada dana Rp1 juta. Maksud saya, sisanya saya cicil,” katanya.

    Namun, pihak rumah sakit tidak bisa mengeluarkan begitu saja tanpa jaminan minimal berupa surat-surat berharga. “Saya tidak punya surat berharga. Rumah masih mengontrak. Pekerjaan saya dan suami saya hanya pedagang emperan,” ungkapnya.

    Indarti kini masih dirawat di Ruang Delima Kelas I C RSUDAM Provinsi Lampung.  Dia mulai masuk pada Jumat (03/11) lalu, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.

    Pasien mengaku tidak tahu menahu tentang ruangan kelas I yang ia tempati saat ini. “Waktu itu yang ngurus masuk sini ayuk saya. Dan katanya sementara, karena kelas tiga penuh,” ujarnya.

    Proses kelahiran Indarti tersebut tidak diduga-duga. Karena perkiraannya pasien ini akan lahiran tanggal 15 November ini. “Tahu-tahu saya kontraksi dan langsung dibawa ke Rumah Sakit,” katanya. (mat/nt/jun)

  • FMTL Patungan Lunasi Tagihan Pasien Bersalin Tertahan di ABdoel Moeloek

    FMTL Patungan Lunasi Tagihan Pasien Bersalin Tertahan di ABdoel Moeloek

    Indarti diruang delima rsuad abdoel moeloek

    Bandarlampung (SL)-Pengurus dan anggota simpatisan Forum Masyarakat Transparansi Lampung (FMTL) patungan untuk membantu pelunasan biaya persalinan Indarti (39). Warga Kabupaten Lampung Utara yang tertahan karena tak mampu melunasi biaya persalinan di RSUD Abdul Moeloek.

    “Alhamdullilah, secara spontan, karena mendengar kabar itu, kami langsung sum-suman untuk membantunya meringankan pasien, agar tak semakin bertambah biaya yang harus dikeluarkannya,” kata Hary Kohar Kamis malam (9/11/2017).

    Menurut Hari Kohar, malam ini juga, Pak Kasim, mewaliki FMTL, mendatangi rumah sakit, dan menyerahkan dana yang dibutuhkan Indarti.

    FMTL berharap Indarti dan keluarga dapat kembali ke rumahnya sesegera mungkin di Kelurahan Gapura, Kecamatan Kotabumi. “Kami hanya membantu sekedarnya saja sebagai wujud kepedulian kami terhadap masyarakat bawah,” ujar Pak Kasim.

    Hary Kohar dan kawan-kawan yang tergabung dalam FMTL terketuk hati untuk membantu Indarti dan keluarganya. Tak usah mempermasalahkan penyebabnya. Dia yakin pihak rumah sakit punya standar pelayanan dan administrasi.

    Pasien juga pasti ingin menyelesaikannya.Apalagi ini, katanya, melahirkan bayi yang notabene amanah Alloh SWT.

    Hary Kohar yakin Indarti dan suaminya ingin memberikan yang terbaik buat anaknya. Karena kelahirannya tanpa diduga serta mengira biaya RS milik pemerintah murah, mereka akhirnya RSUAD.

    Sebelumnya, Indarti tidak mengira bakal melahirkan di RSUAM. Dia dan suaminya, Herik, datang ke Kota Bandarlampung untuk mengunjungi kerabatnya yang sakit di salah satu RS swasta di Bandarlampung. Apa hendak dikata, perutnya mengalami kontraksi dan akhirnya melahirkan di RSUAD.

    “Saya sudah mau pulang dihari Minggu, tapi belum boleh karena belum bayar. Sementara jaminan berharga juga tidak ada. BPJS karena baru jadi belum berlaku,” kata Indarti  yang mengaku hampir sepekan di sana.

    Karena tertahan, tagihan bertambah dari Rp7 juta jadi Rp10 juta. Dia dan suaminya sudah minta keringanan dan berjanji akan melunasi dengan cara mencicil, karena keterbatasan ekonomi. “Kita mau bayar, tapi sekarang saya cuma ada dana Rp1 juta. Maksud saya, sisanya saya cicil,” katanya.

    Petugas ruang delima setelah hampir tiga puluh menit saling lempar, dan akhir menyatakan silahkan urus melalu managemen

    Namun, utusan FMTL Kasim, harus pulang kembali karena tidak diperkenankan bertemu pasien, atau mengurus pelunasan biaya persalinan Indarti. ” Ini sudah bukan jam besuk, jadi silahkan besok pagi. Masalah ini juga sudah kami serahkan ke manajemen Rumah sakit, jadi silahkan besok pagi,” kata petugas jaga, ruang Delima, pukul 21.30, yang juga menghubungi scurity RSUAM, karena rombongan yg datang dianggap LSM yang akan menggangu pasien. (rls/)

  • Kejari Mulai Proses Dugaan Penyimpangan Bantuan Loan ADB Way Halim

    Kejari Mulai Proses Dugaan Penyimpangan Bantuan Loan ADB Way Halim

    ilustrasi logo ADB

    Bandarlampung (SL)-Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Rukun Makmur, Kelurahan Gunungsulah, Way Halim, diduga melakukan penyalahgunaan dana Bantuan Sosial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-Pera) Program NUSP-2, bersumber dari Loan Asian Development Bank (ADB). 

    Dana tersebut diperuntukkan guna penataan dan penyusunan kawasan kumuh. Dugaan itu mencuat saat Sekretaris LKM Rukun Makmur Kelurahan Gunungsulah Suprianto mengatakan bahwa sampai batas akhir pelaksanaan program di tahun 2017, dana ADB yang dikelola oleh LKM masih ada sisa sekitar 30 persen dari total anggaran sebesar Rp500 juta.

    Suprianto menjelaskan bahwa sisa dana tersebut sudah diserahkannya semua ke koordinator LKM. Namun, hingga kini sisa anggaran tersebut tidak jelas entah kemana. Setiap kelurahan yang mendapatkan program ini, akan mendapat kucuran dana hibah sebesar Rp 500 juta yang diserahkan ke LKM sebagai pengelola dana untuk anggaran selama satu tahun.

    Menurut Sekretaris LKM Rukun Makmur kelurahan Gunungsulah Suprianto, sampai batas akhir pelaksanaan program di tahun 2017, dana ADB yang dikelola oleh LKM masih ada sisa sekitar 30 persen dari total anggaran sebesar Rp 500 juta. “Sebenernya dana itu masih ada sisa dan sudah saya serahkan langsung ke koordinator,” ujarnya, Senin (23/20).

    Artinya, 30 persen dari Rp 500 juta, bila dikalkulasikan yaitu sekitar Rp 150 juta sisa dana ADB yang masih dipegang oleh koordinator LKM. “Maka, untuk yang 30 persen saya tidak mau ACC sebelum ada peralihan sisa itu ke bentuk pisik. Kalau yang 70 persen ia saya sudah ACC,” jelasnya.

    Menurut Suprianto, setiap anggaran yang tersisa, wajib dikembalikan lagi ke pemerintah pusat atau direalisasikan kembali untuk pembangunan yang ada. “Saya sudah sampaikan hal itu, tetapi mereka bersikukuh bahwa hal itu sudah sesuai anggaran, jadi sisanya harus dihabiskan,” jelasnya.

    Sedangkan, menurut salah satu warga kelurahan Gunung Sulah, Sujianto menjelaskan bahwa sisa dana sekira Rp 150 juta itu sudah dibagi-bagi oleh pihak LKM. “Saya ada rekamannya, bukti kalau mereka membagi uang itu. Yang terlibat banyak,” kata Sujianto.

    Sementara, Koordinator LKM Sadikin membantah kalau ada anggaran yang tersisa. Menurutnya, semua anggaran sudah dialokasikan ke pembangunan. Untuk diketahui bahwa di wilayah Kelurahan Gunungsulah sendiri, alokasi anggaran diperuntukkan untuk pengadaan paping, drainase (siring) dan tutup platdeker (tutup siring).

    Kejaksaan Negeri (Kejari) Lampung mencium aroma dugaan penyalahgunaan (korupsi) anggaran penataan dan penyusunan kawasan kumuh di Kelurahan Gunung Sulah, Wayhalim, Bandarlampung (Balam).

    Dalam waktu dekat Jaksa akan memanggil dan meminta keterangan Suprianto selaku sekretaris Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Rukun Makmur Kelurahan Gunungsulah. “Insya Allah, Kamis, hari ini, sekitar pukul 10.00 Wib, saya akan ke rumah Sekretaris LKM. Sumber Informasinya kan dari sekretarisnya,” kata Hasan Asyari, Jaksa Kejari Balam, Rabu (8/11).

    Menurut Hasan sebelumnya Dia telah bertemu langsung dengan koordinator LKM yakni Sadikin.  Namun, Sadikin banyak mengeluarkan kata-kata yang berbelit belit, dan berbagai alasan, saat dimintai keterangannya. “Kemarin saya kesana dan sudah bertemu langsung dengan Sadikin,” katanya. (fj/nt/jun)