Kategori: Internasional

  • ICRTH 2023 di Bogor Mendatang Usung Tema Hidupkan Kembali Pariwisata Melalui Investasi Hijau

    ICRTH 2023 di Bogor Mendatang Usung Tema Hidupkan Kembali Pariwisata Melalui Investasi Hijau

    Malaysia (SL)-Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Serawak, YB Dato’ Sri Hajah Nancy Binti Shukri, menutup acara International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH) 2022 di Kuching Sarawak, Malaysia. Sabtu, (03/09/2022).

    Disela penutupan, perwakilan Rektor IPB, Prof. Yanto Santoso menyampaikan ungkapan rasa terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan konferensi internasional itu.

    “Pertama-tama, izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hiram dan juga seluruh panitia penyelenggara yang telah mengundang kami dan juga atas keramahan mereka selama kami menghadiri konferensi. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Menteri Pariwisata, Industri Kreatif, dan Seni Pertunjukan Sarawak, YB Dato Sri Abdul Karim Rahman Hamzah, atas perhatian, penerimaan, dan keramahannya,” ucapnya.

    Dia mengatakan, IPB merasa terhormat mendapat kesempatan untuk mengikuti acara tersebut. Karena menurut dia, kali ini berbeda dengan berbagai konferensi internasional yang pernah diadakan. Jika sebagian besar murni bersifat akademis, konferensi ini berhasil menjadi wadah silaturahmi, berbagi informasi dan pengalaman bagi seluruh pemangku kepentingan di dunia pariwisata.

    “Yang sangat menarik dari konferensi ini adalah semua pemangku kepentingan sepakat bahwa industri pariwisata harus memainkan peran penting. Tidak hanya di bidang ekonomi, tetapi juga dalam keberlanjutan sosial dan lingkungan,” katanya.

    Masih dalam kesempatan itu, Prof. Yanto juga
    mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas pilihan dan kepercayaan kepada pihaknya untuk menjadi penyelenggara ICRTH 2023 di Bogor 2023 mendatang.

    “Kami tentunya akan melaksanakan amanah dan kehormatan ini dengan sungguh-sungguh. Terlebih bekerjasama dengan Dr. Hiram dan timnya yang sangat berpengalaman. Kami pasti membutuhkan dukungan dari UNWTO, PATA, para ahli dan semua delegasi untuk memastikan suksesnya ICRTH 2023 di Bogor,” imbuhnya.

    Prof. Yanto melanjutkan, Kota Bogor merupakan daerah yang dikelilingi oleh hutan hujan yang masih asli dan pegunungan yang megah. Jaraknya yang dekat dari Ibu Kota Jakarta, Bogor menjadi rumah bagi berbagai universitas dan salah satu pusat pelestarian budaya tradisional Sunda. Sehingga bisa menjadikan Bogor sebagai tempat yang bagus untuk pengembangan alam, perkotaan dan budaya pariwisata.

    “Kota ini menawarkan berbagai tujuan berbagai kelompok untuk dikunjungi dan dinikmati. Alamnya sangat serasi dengan keramahan khas masyarakat Kota Bogor,” paparnya.

    Dia kembali menjelaskan, pemerintah setempat memastikan bahwa di masa depan Kota Bogor tidak hanya pulih secara ekonomi tetapi juga dari sektor pariwisata yang terlahir kembali, yang membutuhkan investasi hijau besar.

    Sebagai Informasi, pada Konferensi Internasional yang diadakan di Bogor mendatang, telah diusulkan tema yaitu “Menghidupkan Kembali Pariwisata Melalui Investasi Hijau”. Hal ini dikatakan Prof. Yanto, yang sepenuhnya konsisten dengan Rencana Pengembangan Pariwisata Bogor dan Indonesia.

    “Atas nama Rektor IPB University dan masyarakat Kota Bogor, saya berharap dapat menyambut anda bersama para delegasi ke Bogor nanti, dengan menawarkan konferensi yang menggembirakan, bermanfaat dan yang terpenting bagi semua orang,” tutup Kaprodi Pasca Sarjana Konservasi Biodiversitas Tropika IPB itu. (Heny HDL)

  • Dr. Arzyana Sunkar: Positive Deviants Sebagai Agent Of Change Di Level Konferensi Internasional

    Dr. Arzyana Sunkar: Positive Deviants Sebagai Agent Of Change Di Level Konferensi Internasional

    Malaysia (SL)-Menteri Pariwisata Seni Kreatif dan Pertunjukan Sarawak, YB Dato Sri Abdul Karim Rahman Hamzah, membuka acara International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH) di Kuching Serawak, Malaysia, Kamis (01/09/2022). Acara diadakan selama 3 hari, yakni mulai tanggal 01 sampai 03 September 2022.

    Dalam konferensi, Dr. Arzyana Sunkar menyampaikan materi tentang Community Based Tourism (CBT) salah satu bagian materi yakni terkait Positive Deviants (PD). Paparan materi ini dilakukan langsung dari Kuching Sarawak, Malaysia yang di ikuti para peserta secara daring.

    Dr. Arzyana Sungkar

    Dia menjelaskan, deviant positif adalah individu yang menghadapi tantangan yang sama seperti orang lain dan memiliki sumber daya yang sama tetapi masih berhasil menemukan cara untuk mengatasi masalah secara efektif. Ada enam langkah pada devian positif yang bisa diterapkan.

    “Pertama, definisikan permasalahannya, tentukan perilaku/norma yang ada di tempat tersebut serta tantangan dan hambatan dalam pemecahan masalahnya,” kata wanita yang biasa di sapa Dr. Ina melalui sambungan telepon kepada awak media.

    Kemudian, Lanjut Dr. Ina, identifikasi individu atau kelompok yang menunjukkan bahwa mereka bisa menanggulangi permasalahan yang ada di desa tersebut. Sementara sebagian besar masyarakat lain tidak bisa. Dia menyebut bahwa hal ini merupakan langkah kedua.

    “Jadikan mereka ini (positive deviants) sebagai agent of change di masyarakat mereka sendiri. Pada dasarnya masyarakat akan lebih mudah menerima jika melihat temannya sendiri yang berasal dari area yang sama, bahkan dalam kondisi yang sama. Tapi mampu mencari solusi terhadap permasalahannya. Orang luar bisa membantu menjadi fasilitator saja. Ini adalah langkah ketiga” tambah dia.

    Dr. Ina melanjutkan, langkah ke empat, biarkan masyarakat berkembang dari situ dan mempraktikkan apa yang sudah rekannya praktikkan. Kembangkan kegiatan sehingga masyarakat bisa belajar dari rekan mereka yang positive deviants ini.

    Kelima, masyarakat perlu mengembangkan sistem monitong di mereka sendiri untuk memantau keberhasilan perubahan yang sudah dilakukan. “Apakah sudah bisa memecahkan masalahnya,” imbuh Dr. Ina.

    “Terakhir, langkah ke enam, setelah berhasil, mereka juga bisa membantu menyebarluaskan ke masyarakat lain, bahkan dari tempat lain untuk berkunjung dan belajar dari mereka,” pungkasnya. (Heny HDL)

  • IPB Mendukung Pengembangan Masyarakat Di Tingkat Tapak Pada Konferensi Internasional

    IPB Mendukung Pengembangan Masyarakat Di Tingkat Tapak Pada Konferensi Internasional

    Malaysia (SL)-International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH) 2022 diadakan di Kuching Sarawak, Malaysia pada tanggal 01 sampai 03 September 2022. Acara ini dibuka oleh Mentri Pariwisata Seni Kreatif dan Pertunjukan Sarawak YB Dato Sri Abdul Karim Rahman Hamzah pada Kamis, (01/09/2022).

    Community Based Tourism (CBT) adalah materi yang disampaikan pembicara dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Arzyana Sunkar secara langsung dari Kuching Sarawak, Malaysia yang diikuti para peserta termasuk secara daring.

    “IPB melalui Departemen Konservasi Sumber daya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) Fakultas Kehutanan dan Ligkungan) sudah banyak terlibat dengan pengembangan masyarakat di tingkat tapak (unit paling dasar di daerah pada bidang lingkungan hidup dan kehutanan, red). DKSHE juga banyak melakukan penelitian untuk mengkaji tingkat keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan wisata dengan memberikan berbagai macam bentuk kegiatan pemberdayaan seperti memberikan pelatihan termasuk melatih masyarakat setempat untuk mampu menjadi pemandu dan interpreter,” kata wanita yang akrab disapa Dr. Ina melalui telepon pada awak media.

    Selain itu, IPB juga membantu menciptakan dan menguatkan berbagai organisasi lokal sebagai salah satu kunci keberhasilan CBT. “Dari aspek sosial, IPB membantu meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap potensi sumberdaya lokal yang dimiliki, dari aspek budaya membantu pengembangan budaya lokal, dari aspek lingkungan, IPB juga mengkaji terkait daya dukung areal wisata, pengelolaan limbah, juga membantu meningkatkan dan memberikan pendidikan konservasi dan lingkungan,” kata Dr.Ina sekretaris program studi S3 Konservasi Biodiversitas Tropika.

    Dr. Ina menjelaskan, ketika pandemi, sebenarnya potensi lokal justru berkembang, karena masyarakat tidak bisa keman-mana dan mencoba memperbaiki penghidupan dari potensi di areanya sendiri. Bisa jadi masyarakat tidak mengenali bahwa potensi yang mereka miliki bisa dikembangkan sebagai wisata.

    “Di sini peran orang luar untuk bisa membantu memfasilitasi mereka, yang pertama harus dilakukan masyarakat sendiri adalah mereka harus menentukan visi dan tujuan yang mereka inginkan dengan adanya wisata di sana. Kedua, mereka harus bisa menyiapkan diri untuk mengelola kegiatan wisata, disinilah pelatihan pelatihan dari pihak luar bisa membantu. Ketiga, kembangkan organisasi pengelola di tingkat lokal,” katanya.

    “Yang pasti modal sosial masyarakat dalam hal kepercayaan diantara mereka, kepercayaan terhadap wisatawan, lalu norma-norma lokal perlu difahami oleh mereka sendiri, sebab CBT menmbutuhkan modal sosial yang kuat, karena masyarakat sebagai perencana dan pelaksana kegiatan”, tambah Dr. Ina.

    Dia juga memberikan beberapa contoh desa yang telah berhasil melakukan CBT, seperti desa Pemuteran dan desa Penglipuran di Bali, desa Ngelanggeren dan desa Pentingsari di Yogyakarta serta desa Wenurejo (dekat Borobudur) dan masih banyak lagi desa lainnya, imbuh Dr. Ina.

    Dr. Ina menambahkan, didorong oleh komunitas berbasis asset atau Asset Based Community Driven (ABCD) desa-desa yang sudah disebutkan di atas, sudah menerapkan CBT sehingga mereka sudah menjalankan Asset-Based Community Driven ini.

    “Meskipun demikian, di banyak tempat di Indonesia, masih belum banyak penerapannya. Lebih banyak di drive atau didorong oleh pihak luar pengembangannya. Di banyak tempat masyarakat belum mngenali bahwa potensi di wilayah mereka dapat digunakan untuk pengembangan wisata,” Dr. Ina menutup pembicaraanya.

    Diketahui, materi pada konfrensi internasional ini, seperti Pariwisata Berbasis Komunitas, Wisata Olahraga, Pariwisata Domestik, Smart Tourism, Events tourism, Pemberdayaan Pemuda, Wisata Budaya dan Warisan, Wisata Medis, Ekowisata, Wisata Inklusif, Gastronomi dan Wisata Kuliner, Agrowisata, Layanan Perhotelan, Sounds in Experiential Travel, Pengalaman Pemandu Wisata, Pendidikan Pariwisata, Pariwisata dan SDGs, Ketahanan dalam Industri Perhotelan, UCCN – Kota Gastronomi, Pemasaran di Destinasi, Kewirausahaan di Pariwisata, Business Events, Wanita di Pariwisata, Wisata Rekreasi , Rekreasi Pengembangan Bakat di Bidang Pariwisata, serta Wisata Kopi dan Teh. (Heny HDL)

  • STIEPAR YAPARI dan SDGs Gelar Konferensi Internasional di Malaysia

    STIEPAR YAPARI dan SDGs Gelar Konferensi Internasional di Malaysia

    Malaysia (SL)- International Conference on Responsible Tourism and Hospitality 2022 atau ICRTH diadakan di Kuching Sarawak, Malaysia pada tanggal 01 – 03 September 2022. Tourism and SDGs adalah satu materi yang disampaikan di hari kedua secara langsung serta daring. 02 September 2022.

    Diketahui, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas menyatakan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.

    TPB/SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan yaitu (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur.
    (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

    Titing Kartika selaku moderator pada acara konferensi ini mengatakan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Yayasan Pariwisata Indonesia atau STIEPAR YAPARI sebagai salah satu PT (Perguruan Tinggi) swasta bidang Pariwisata di Indonesia berdiri tahun 1962, terus berkomitmen untuk mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan, kata Titing Kartika, S.Pd., MM., MBA.Tourism melalui telepon pada awak media.

    Titing menambahkan, sejauh ini dilakukan melalui berbagai kegiatan seperi seminar, konferensi baik nasional maupun internasional. Pada tahun 2022, STIEPAR YAPARI bersama Eurasia Japan menyelenggarakan International short course pariwisata yang melibatkan beberapa narasumber di Asia Tenggara dengan tema “Asian Community and Sustainable Tourism Development: Challenges for Tourism”.

    Kemudian, kata Titing, dunia pendidikan tentunya harus mendukung Program Pariwisata berkelanjutan dunia karena akan berdampak bagi kehidupan manusia. Dampaknya tidak hanya secara lingkungan namun juga secara ekonomi serta sosial budaya.

    “Kegiatan yang dilakukan sejauh ini selain seminar pariwisata berkelanjutan adalah dengan edukasi masyarakat melalui integrasi program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dan KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswa”, katanya.

    Dalam PKM ini para dosen melakukan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat, misal sadar wisata, pemahaman sapta pesona, pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat dan bentuk pendampingan lain. Kegiatan tersebut juga menjadi bagian program di LPPMJ (Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Penerbitan Jurnal) STIEPAR YAPARI, Titing menambahkan.

    Titing menjelaskan, Sustainable Tourism Goals (SDGs) telah memberikan dampak baik bagi pariwisata Indonesia. “Seperti yang kita ketahui pariwisata terus menggeliat di tataran lokal dan global, khususnya. Bisa dibayangkan jika pengembangan sebuah destinasi tanpa perencanaan yang baik, maka ini akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia masa kini dan mendatang,” kata Titing penulis buku Literasi Pariwisata: dari Lokal hingga Global.

    Seperti yang dinyatakan oleh UNWTO (2005) menyatakan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang memperhitungkan sepenuhnya dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan; menangani kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat tuan rumah, tambahnya.

    Titing juga merinci hal strategis yang dapat dilakukan agar pariwisata bangkit setelah pandemi. Melakukan pembenahan di destinasi seoerti tata kelola, penyiapan SDM, pemahaman mistigasi bencana. “Dukungan pemerintah melalui kebijakan yang tepat dalam menghidupkan kembali para pelaku usaha pariwisata”, katanya.

    Kerjasama lintas sektor misal ABGCM (Academician, Business, Government, Community dan Maedia) untuk bersama-sama membangun pariwisata sesuai dengan tupoksinya. “Pandemik telah merubah banyak hal termasuk perilaku wisatawan”, tegas Titing Dosen STIEPAR YAPARI dan Ketua Lembaga Penelitian,Pengabdian kepada Masyarakat dan Jurnal. (Heny HDL)