Lampung Timur-Ilalang itu tumbuh menjulang diantara riak air sungai, yang tepiannya berdiri puluhan saung beratap ilalang kering yang mulai usang diterpa terik matahari dan hujan. Hamparan aliran sungai dengan air berwarna coklat itu menggoda mata. Sesekali semilir angin berhembus menerpa daun dau pohon dibibir sungai bersama riak aliran sungai mengguncang ringan perahu tradisional yang sandar ditepian, lokasi wisata alam Desa yang bernama Way Negara Batin (Wanaba). Jum’at 7 Januari 2022 pagi.
Meski jauh dari sempurna, susana yang ada itu menjadi bukti bahwa Desa Sukadana Timur mencoba menyuguhkan wisata dengan pemandangan panorama alam. Pengelola menyiapkan wahana sewa perahu klotok, bebek goes yang mencoba menghiasi pinggiran sungai wisata Wanaba yang sepertinya menanti sentuhan modal dan perhatian dari Pemerintah Daerah.
Terbesit membayangkan air itu mengalir dengan air yang bersih, pasti sungai ini sering dijadikan tempat berenang anak-anak. Jika wisatawan ogah mencebur ke air, bisa bersantai di pinggir sungai sambil menikmati aneka makanan dan minuman, atau berselfie ria.
“Lokasi ini adalah inisiatif pemeritahan desa, tokoh masyarakat, dan para pemuda. Niatnya ingin menjadi bagian pendapatan desa, dan meningkatkan ekonomi warga desa,” kata Sekretaris Desa Sukadana Timur Muji, kepada sinarlampung.co, yang soan kelokasi itu.
Menurutnya Pemdes Sukadana Timur bersama masyarakat bersepakat untuk membuat tempat wisata, sehingga nantinya Desa yang mandiri dan menjadi peluang ekonomi kerakyatan bernuansa wisata alam. “Selain ada taman rekreasi, Wanaba juga menyuguhkan pemancingan ikan gratis serta alat musik untuk digunakan pengunjung saat berwisata di Wanaba. Ya masih ala desa mas,” katanya.
Aliran sungai itu melintasi Desa Sukadana Timur, Kecamatan Sukadana Lampung Timur, yang sepertinya ingin dikemas menjadi objek wiata desa, membayangkan seperti Wisata Air Talulobutu, di Desa Talulobuto, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
Awalnya hanya irigasi tua, sekarang tempat itu menjadi spot liburan yang cantik. Yang dulu Dulu Kumuh, dan kini menjadi lokasi Wisata. Saluran irigasi itu disulap menjadi sebuah objek wisata. Disana pengunjung bisa menikmati aliran Sungai yang sudah bersih dari atas sepeda air, odong-odong terapung, hingga meja terapung. Ah… itu ternyata hayalan penulis.
Jika mendengar cerita para senior, dulunya Lampung Timur, masyarakatnya hidup ditepian sungai. Bahkan Lampung Timur sempat menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Lampung. Perkembangan pariwisata di mulai dari Hutan Way Kambas dengan mengidolakan Gajah, dan Badak, serta kekayaan hayati hutan, yang kini tak tersisa, dan kebudayaan.
“Dan baru kekinian Desa Desa di Lampung Timur mencoba memacu daerah dalam mengembangkan pembangunan infrastruktur dan mengembangkan potensi daya tarik wisata yang terlambat. Karena keasriannya yang mulai hilang,” kata tokoh desa dilokasi itu.
Padahal kini pengembangan pariwisata saat ini tidak hanya mengarah pada tujuan untuk meningkatkan ekonomi daerah akan tetapi sekaligus kegiatan wisata yang dilaksanakan dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dan alam sekitar, itu idealnya.
“Dari banyak literasi, menyebutkan suatu destinasi wisata harus dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik agar dapat menanggulangi dampak yang ditimbulkan atau bahkan sebaliknya kegiatan wisata yang dilakukan dapat mendukung keasrian lingkungan guna keberlanjutan ekosistem lingkungan kedepannya,” katanya.
Trend pariwisata saat ini yang telah banyak dikembangkan adalah pariwisata alternatif. Pariwisata alternatif merupakan kegiatan wisata yang muncul guna menetralisir dampak negative dari perkembangan pariwisata massal yang terjadi sampai dengan saat ini.
Pariwisata massal memberikan dampak negative terhadap ancaman budaya yang dikomersilkan yang tidak menjaga keaslian budayanya (komodifikasi budaya), selain itu juga ancaman terhadap pengerusakan lingkungan alam karena sampah dan eksplotasi besar-besaran.
“Ya, kawasan tepi sungai seperti Wanaba merupakan kawasan yang sangat rentan terhadap pengrusakan lingkungan dan sampah, karena sebagian besar penduduk memiliki kebiasaan membuang sampah ke sungai. Selain itu bantaran sungai merupakan kawasan yang strategis bagi masyarakat untuk bermukim,” kata seorang mahasiswa, yang sedang ikut mengamati lokasi wisata ini.
Dia mengatakan seiring dengan perkembangan kota dan tidak tertatanya lingkungan kota terutama kawasan di tepian sungai maka timbul dampak terhadap lingkungan terutama pada daerah aliran sungai. Selain itu dengan tidak adanya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan di sekitar kawasan tepian sungai dengan adanya pembuangan sampah dan limbah ke aliran sungai maka lingkungan sekitar sungai menjadi kumuh dan dapat menimbulkan banjir.
“Sepertinya Pemerintah Lampung Timur, harus membuat alternatif dalam menciptakan kesadaran dan kepedulian masyarakat sekitar terhadap lingkungan disekitar tepian sungai yang harus dilakukan oleh pemerintah Lampung Timur melalui program penataan di beberapa sungai di Lampung Timur yang kini mulai banyak di tata menjadi taman rekreasi wisata, salah satunya wisata sungai Wanaba ini,” katanya sambil melempar batu kerikil ke sungai.
Ya, sepertinya harus banyak terobosan dalam menjaga lingkungan sungai, agar kesan sungai tidak kotor dan bau dan dapat menjadi sesuatu yang menarik dan indah dipandang. Sehingga sungai-sungai di Sukadana dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata atau rekreasi bagi wisatawan.
Mengingat bahwa trend wisata saat ini telah beralih dari pariwisata massa (masstourism) ke pariwisata alternatif yang mengutamakan lingkungan dan sosial budaya pada suatu destinasi wisata yang dikunjungi oleh wisatawan. Penataan dan pengembangan sungai sebagai salah satu daya tarik wisata dengan melibatkan peran masyarakat sekitar bantaran sungai dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan penataan sungai sekaligus nantinya dapat menjadi wadah penggerak ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.
Semoga Bupati Dawam Raharjo, punya goodwill dengan mencanangkannya Lampung Timur yang berwawasan budaya melalui program wisata dalam kota (city tour) dan kedepan mengarah pada penataan lingkungan yang lebih baik. (Wahyudi)