Bandar Lampung, sinarlampung.co-Lokasi Pekan Raya Lampung (PRL) di PKOR Way Halim tidak aman. Tiga stand peserta yang menyewa kebobolan. Dua hap, dan uang dan perabotan dari tiga stand itu raib. Pihak Event Organizer (EO) tak mau tanggung jawab. Stand lain yang kebobolan dihari yang sama adalah ada Stand jual Bakso, dan Stand Kosmetik.

Baca: PT Grand Modern Indonesia EO Terburuk Sepanjang PRL?
“Bagi para pengun dan penjaga stand diharapkan waspada sebab pencuri berkeliaran di PRL, PKOR, Way Halim, Bandar Lampung. Dua orang penjara stand di area PRL kehilangan dua unit handphone saat menjaga stand di PRL pada, Selasa 28 Mei 2024 dini hari, kemarin,” kata sumber di lokasi pameran.
Kev (25) warga Teluk Betung Selatan, korban yang mengaku dua unit handphone miliknya hilang saat di cas posisi dan ketika hendak solat subuh. “Posisi handpone saya cas. Memang handphone saya stel suara azan, terus saya curiga karena sudah subuh koh hanphone saya enggak bunyi. Saya cek lihat handphone enggak ada di tempat ngecas,” kata Kev, Selasa 28 Mei 2024.
Dia menjelaskan hanphonenya yang hilang merk iPhone. Handphone milik rekannya juga hilang merk Vivo, atas kejadian tersebut dia dan rekannya melapor ke pihak pengelola PRL namun tidak ada tanggapan. “Saya sama teman saya datang ke pusat informasi PRL, tetapi enggak ditanggapi, akhirnya kita buat laporan ke Polsek Sukarame,” katanya.
Kapolsek Sukarame, Kompol Rohmawan membenarkan, anggotanya sudah menerima laporan kehilangan handphone di PRL. “Iya sudah diterima sama anggota laporannya dan sedang dicek,” kata Kapolsek.
Sewa Mahal Sepi Pengunjung Peserta PRL Merugi
Para pedagang, Stand UMKM dan wanaha hiburan di PRL mengaku merugi mengikuti PRL 2024. Pasalnya mereka udah membaway sewa dengan harga tinggi akan tetapi sepi pengunjung. Bahkan hiburan rakyat yang diadakan penyelenggara dengan artis artis ibukota itu tidak menarik pengunjung.
“Pihak Event Organizer PRL tahun 2024 tak dapat mendongkrak pengunjung meski telah membayar mahal artis luar daerah dan lokal. Kami para pedagang mengeluhkan sepinya warga yang datang ke ajang bergengsi tahunan ini. Ini sudah hari ketujuh, lihat saja mas sepinya pengunjung,” katanya.
Menurutnya, sejak pembukaan saja, isi acarnya cuma para pejabat Provinsi dan Kabupaten Kota. “Sejak pembukaan isinya hanya para pejabat. Tidak ada masyarakat. Ini bukti Manager Pekan Raya Lampung Sukaryadi, pemilik Modern Optik dan Grup Musik Threesixty tak mampu membuat antusias masyarakat atau anak muda berbondong-bondong ke PRL. Mana bukti gembar-gemborkan hajatan Pemprov Lampung ramai dan bisa menggeliatkan ekonomi,” ucapnya.
Hal yang sama diakui para pedagang jual makanan dan cenderamata yang mengeluhkan sepinya pembeli. “Nggak sesuai sewa booth yang harus dibayar di muka. Tenda 5X5 Rp17 juta dan 3×3 Rp10 juta. Untuk Wahana permainan yang sewanya sampai Rp100 juta dengan ukuran 50 meter ternyata juga tak menyedot peminat berbondong-bondong datang ke PRL,” kata penjaga salah satu Wahana hiburan.
“Dari awal pembukaan, sepi. Ini kayaknya tidak sesuai dengan harga sewa, malah rugi, bisa engga balik modal, kayaknya gak sampai seminggu kami usaha disini. Karena kami harus bayar listrik, termasuk gaji puluhan karyawan,” katanya.
Para pedagang pakain juga mengaku kecewa karena berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya. Padahal tahun ini mereka bayar sewa dengan harga lebih tinggi. “Tahun-tahun sebelumnya PRL tidak sesepi ini pengunjungnya. Kita sewa Rp17 juta dengan ukuran 5X5 meter, ini sepi pengunjung, jelas rugi, tak balik modal. Penyebab utamanya Pada harga tiket masuk. Tiket mahal, apalagi harga tiket ketika ada konser. Malas mereka masuk PRL,” keluhnya.
“Kami juga stand UMKM bayar Rp5 juta sewanya. Tapi sudah seminggu, boro boro balik modal mas.. Makan tabungan ini namanya. Mungkin gak sampe selesai kami,” katanya.
Evaluasi EO
Ketua LSM Gerakan Pembangunan Anti Korupsi (GEPAK) Lampung, Wahyudi mengatakan tinggal menghitung hari PRL akan segera usai. Namun, alih-alih ikut membantu meningkatkan perekonomian pelaku ekonomi Lampung, tapi justru menyengsarakan masyarakat. Karena dapat dipastikan peserta PRL mengalami kerugian.
“Bukan hanya itu masyarakat yang diharapkan bisa menikmati dan merasakan hasil pembangunan pun tidak mampu di karenakan mahalnya harga tiket. Belum lagi peserta merasa was-was karena keamanan yang tidak terjamin oleh pihak penyelenggara karena seringnya kehilangan barang-barang seperti handphone dan barang lain,” kata Wahyudi,kepada sinarlampung.co, Jum’at 31 Mei 2024.
Menurut Wahyudi, acara PRL Provinsi itu juga dilaksankan oleh Kabupaten Kota, dan menggunakan anggaran APBD. “Karena anggaran negara media di Lampung harus bersama-sama berperan aktif sebagai kontrol masyarakat terhadap kebijakan provinsi Lampung ini.
“Pentingnya membuka ruang gagasan. Ini yang tidak pernah ada di provinsi ini. Pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten kota tidak satupun memberi ruang kepada warga untuk menyelesaikan ide, untuk menjaring gagasan, memberikan kebebasan kepada semua pihak untuk menyelesaikan gagasannya,” katanya.
“Kebijakan Pemprov menswastakan PRL, dalam arti menyerahkan PRL kepada pihak swasta selama tiga tahun terakhir ini menjadi bukti pemerintah tidak memberikan ruang kepada masyarakatnya untuk menyampaikan gagasannya. Dan sekaligus membuktikan bahwa Pemrov tidak punya gagasan sama sekali bagaimana mengelola PRL yang baik bahkan menuju sempurna. Kalo PRL bayar artinya membebani masyarakat. Jauh-jauh diajak ke pameran bayar mahal, dapat apa mereka. Harusnya gratis, parkir saja sudah mahal, mana hilang tanggung sendiri,” katanya.
Menurut Wahyudi, ini akibat orentasi birokrasi yang hanya berpikir proyek atau proyek orentasi. “PRL cari untung. Seremonial foto-foto, ekspose sudah. Tujuan sebenarnya apa, kita akan lihat brapa anggaran yang digunakan dalam APBD Pemprov nantinya. PRL tahun ni tidak efektif, tidak efisien dan tidak menarik. Ada anggaran tapi menarik sewa tinggi,” katanya.
Wahyudi menambahkan, masyarakat juga tidak pernah tahu, standar terpilihnya EO yang tahun 2024. Darai data yang ada EO ini justru pernah menjadi pelaksana dan catatannya buruk. “Harusnya walaupun diserahkan kepada pihak ketiga, Pemprov dapat memilih EO yang berkelas profesional, yang punya rasa malu dikritik. Masyarakat memberikan masukan tapi justru cuek bebek,” katanya, yang sempat mengancam unjukrasa jika himbauannya tidak di indahkan.
Sebelumnya, EO PRL, Sukaryadi mengatakan PRL 2024 merupakan gagasan dari Gubernur Arinal Djunaidi untuk mewujudkan salah satu program Lampung Berjaya akan menampilkan artis-artis Ibu kota dan berbagai ragam kesenian dan budaya Lampung.
“Mulai pukul 15:00 WIB, panitia akan menyajikan pentas musik pelajar dan umum, pentas seni tari, pentas alat musik tradisional lampung dan masi banyak lagi,” kata Sukaryadi yang berharap hadirnya PRL 2024 kali ini masyarakat Lampung khususnya dapat terhibur dan membawa berkah serta manfaat yang positif. (Red)