Kategori: Nusantara

  • Masyarakat Riau Nikmati Debu Ketika Kemarau Datang

    Masyarakat Riau Nikmati Debu Ketika Kemarau Datang

    Pangkalan Riau (SL) – Beroperasinya perusahaan PULP & Paper terbesar di asia , PT RAPP mengajukan izin pengguna koridor jalan angkut kayu berupa jalan tanah dari areal pembangunan HTI PT RAPP menuju IPKH PT RAPP pada tahun 1995.

    Semenjak di keluarkan ijin oleh kantor wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Riau pada tahun 1995, Perusahaan Pulp & paper terbesar di Asia PT RAPP beroperasi menggunakan jalan langgam koridor RAPP dari HTI PT RAPP untuk membawa kayu menuju ketempat pengolahan kayu ke kawasan pabrik berlokasi di Kecamatan Pangkalan Kerinci.

    Seiring dengan perkembangan dan kemajuan perusahaan pulp & Paper terbesar si Asia PT RAPP kendaraan yang bermuatan kayu tonase yang setiap harinya melintasi kawasan pemukiman masyarakat yang ada di sepanjang jalan langgam koridor RAPP. Dengan seringnya kendaraan operasional perusahaan yang melintasi jalan langgam koridor RAPP

    Seperti dilansir dari Info Riau,pada 18 Oktober 2018, masyarakat mengadakan musyawarah tentang pemblokiran jalan langgam koridor RAPP KM 5 dengan dihadiri perwakilan perusahaan PT RAPP terkait pemblokiran akses jalan langgam koridor RAPP.

    Dengan kesepakatan dalam musyawarah antara pihak Perusahaan PT RAPP dengan masyarakat sepakat untuk meningkatkan akses road harus diajukan terlebih dahulu oleh pemerintah daerah Kabupaten Pelalawan ke Kementerian Lingkungan Hidup untuk merubah izin pemakaian jalan dan dimana selama ini izin PT RAPP hanya sebatas pengerasan jalan.

    Pada ringkasan dari hasil musyawarah yang di sepakati dari pihak Perusahaan PT RAPP dengan masyarakat terdiri dari pembuatan tanggul/polisi tidur, hasil dari diskusi dengan masyarakat di sepakati bahwa rencana pemblokiran jalan sesuai surat sebelumnya di tiadakan, intensitas penyiraman jalan ditambah yang dimana saat sekarang ini hanya 3 kali sehari , gotongotong royong yang terlalu sempit sehingga perlu ditambah dan badan jalan disekitar gotong royong perlu di perlebar, permohonan menjadi mitra penyiraman jalan KM 4-10, gotong royong tersumbat bila musim hujan di wilayah KM 5 sehingga dapat membuat banjir.

    H. Alim Hasra Kesuma tokoh muda Pangkalan Kerinci, sekaligus pengurus travel umrah Al Badriyah, 10 Desember 2018 di Trusan Pangkalan Kerinci Barat, menyampaikan keluhan masyarakat. “Saya pikir tuntutan masyarakat Pangkalan Kerinci ini sangat wajar dan masuk akal. Sebab sudah berapa banyak alam Pangkalan Kerinci dan Pelalawan di babat perusahaan. Dan sejauh ini masyarakat dapat apa?. Hanya debu jalan saja yang masuk ke rumah-rumah warga,” ujarnya. “Kemudian tuntutan jalan aspal tersebut bukan lah tuntan satu-satunya. Kami juga menawarkan peningkatan badan jalan dengan klasifikasi rigid pavement (beton). Tentunya dengan peningkatan jalan ini, debu jalan tak lagi masuk kerumah warga sehingga dari kesehatan warga juga ada perbaikan,” jelasnya.

    Terpisah, untuk mensiasati hal tersebut dan harapan dapat terwujud, maka tidak ada cara lain, warga Pangkanlan Kerinci harus kompak dan menutup akses jalan tersebut. khusus mobil perusahaan. “Menghadapi perusahaan raksasa sekaliber PT RAPP warga harus kompak. Kalau hanya berunding saja, maka warga berada diposisi daya tawar lemah. ” jelas Ujang alias Aprizal (56) anak Keponakan Batin Badagu – Kecamatan Langgam.

    Ujang yang merupakan salah seorang tokoh dan didengar omongan khususnya oleh anak keponakan Batin Badagu memberikan gambaran bagaimana masyarakat Kecamatan Langgam melakukan aksi agar tuntutan masyarakat dapat dikabulkan perusahaan. “Kami tidak mengatakan kami tu hebat, hanya saja kami kompak, caranya hanya demon dengan tutup total jalan yang dilalui perusahaan, dan jangan dibuka sebelum tuntutan dikabulkan. Dan ini kami lakukan bukan sekali dua. Ternyata cara ini cukup berhasil, kemudian perusahaan maunya semacam itu. Kalau surat prosal, dan lobi-lobi mental da. Hanya saja kita jangan anarkis, kita menuntut yang layak dan di rasa logis dan itu sudah menjadi semacam kewajiban perusahaan,”kata tokoh masyarakat tersebut. (Reportaseriau)

  • TNI AU Berikan Penjelasan Pesawat Tempur Keluarkan Sonic Boom saat Latihan Penerbang

    TNI AU Berikan Penjelasan Pesawat Tempur Keluarkan Sonic Boom saat Latihan Penerbang

    Karanganyar (SL) – Pesawat tempur TNI AU melakukan latihan di kawasan Karanganyar dan sekitarnya. Suara keras bak ledakan didengar warga Solo, Karanganyar, dan sekitarnya. Sempat disangka ada sesuatu mulai dari bom hingga pesawat jatuh.

    TNI menegaskan bunyi keras itu adalah sonic boom. “Jadi ada 4 pesawat agresor dicegat oleh pesawat intercepter, di dalam kegiatan manuver itu kadangkala kita tanpa sadar melebihi kecepatan suara, nah itulah terjadi bunyi yang dinamakan sonic boom. Jadi masuknya melebihi kecepatan suara itu akan mengakibatkan terjadinya perpecahan udara di mana dia sesaat terbuka dan bergemuruhh kembali sehingga memunculkan suatu ledakan,” jelas Asisten Operasi AU Marsda TNI Barhim di Gedung Persada Purna Wira Halim Perdana Kusuma Jl Halim Perdana Kusuma usai pers confrence acara penandatanganan Kerjasama Airnav dan AU, Selasa (30/8/2016).

    Barhim menjelaskan, peristiwa itu yang kemudian dinamakan sonic bom yang itu bisa dibuat dengan sengaja dan juga bisa tidak. “Ya karena yang sifat kita ini saling mengejar, kadangkala pesawat kita ini tanpa kita sadari kita masukkan ke full burner, ya tanpa kita sadari masuk dengan sendirinya, yang melebihi kecepatan suara. Sehingga muncullah bom itu yang seperti hari ini muncul di detik,” jelasnya.

    Menurutnya, sonic boom itu merupakan bunyi pesawat saat sedang latihan pertempuran dan dengan kecepatan penuh. “Ya itu pesawat-pesawat yang ada di Madiun. Jadi bunyi itu adalah dari pesawat yang sedang latihan. Perubahan dari kecepatan sub Sonic ke super Sonic jadi dia melebihi kecepatan suara terjadilah perpecahan udara, di mana udara itu pecah begitu dia kembali akan memunculkan suara. Itu kalau di bawah 10.000 feet gedung-gedung kacanya akan pecah. Tapi ini ketinggian rata-rata diatas 10.000 feet,” jelasnya.

    Lalu apa bedanya sonic boom dengan kecepatan biasa? “Nah ini dia nih, mungkin kamu tidak tahu masalah kecepatan, kecepatan itu ada sub Sonic, super Sonic, trans Sonic, jadi macam-macam kecepatan lah, jadi perubahan dari sub Sonic ke super Sonic ini kan melebihi satu lompatan, lompatan itu melebihi kecepatan suara. Nah kecepatan suara itu dalam seper sekian detik terjadi perpecahan udara. Udara terpecah begitu dia kembali akan memunculkan bunyi. Itu saja yang bisa saya jawab,” tutupnya.

  • Penambang Pasir di di Pasuruan Tewas Tertimbun Longsor

    Penambang Pasir di di Pasuruan Tewas Tertimbun Longsor

    Pasuruan (SL) – Seorang penambang pasir di Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan tewas tertimbun longsoran tanah di areal tambang galian C. Pria nahas itu bernama Beni Suwondo (37), warga Dusun Sumurwatu, Desa Gunungsari, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan.

    Salah satu saksi mata, Pi’i (45) menjelaskan, insiden itu terjadi Rabu (12/12/2018) sekitar pukul 15.15 Wib. “Saat itu saya tak jauh dari korban, ketika ada suara reruntuhan, saya menoleh. Ternyata korban sudah tertimbun tanah,” ujar Pi’i yang juga tetangga korban ini.

    Mendapati itu, Pi’i langsung meminta pertolongam warga yang langsung mengangkat tubuh korban setelah menyingkirkan reruntuhan tanah yang menimpanya. Saat diangkat itulah, korban ternyata sudah tidak bernyawa sehingga warga melapor ke kepolisian terdekat. “Saya dan korban tadi mencari pasir dengan alat seadanya cangkul dan ayakan. Saya tidak menyangka hal ini bisa terjadi,” papar Pi’i di hadapan Polisi.

    Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Beji Ipda Tatok menjelaskan, diduga korban dan temannya melakukan penambangan tanpa melihat kondisi tanah yang ditambangnya. Tatok juga menegaskan, tambang tersebut merupakan tambang ilegal yang aktifitas di dalamnya sudah dilarang oleh Pemerintah. Pihaknya berharap para warga tidak nekat melakukan penambangan di lokasi tersebut. “Korban sudah kami bawa ke RSUD Bangil. Keluarga juga tidak menginginkan proses otopsi,” pungkasnya.

    Akibat kejadian itu, lokasi tambang tertimbunnya korban langsung dipasang garis Polisi.

  • Hujan Deras Guyur Pekanbaru, Genangan Air Picu Kemacetan

    Hujan Deras Guyur Pekanbaru, Genangan Air Picu Kemacetan

    Pekanbaru (SL) – Hujan deras mengguyur Pekanbaru malam ini. Genangan air di jalanan menyebabkan kemacetan.

    Hujan deras turun sekitar pukul 18.00 WIB hingga pukul 19.30 WIB. Hujan mengguyur disertai petir. Genangan terjadi di Jl Arifin Achmad, yang menghubungkan ke Jl Sudirman dan Soekarno-Hatta. Badan jalan dikepung air setinggi 50 cm.

    Ada kendaraan yang mogok di tengah jalan karena kepungan air. Akibatnya, terjadi antrean panjang kendaraan sekitar 2 kilometer. Kendaraan tidak bisa bergerak lebih dari 30 menit. Kemacetan terjadi di dua jalur Jl Arifin Achmad, baik dari arah Jl Sudirman maupun Jl Soekarno-Hatta.

    Banjir juga terjadi di kawasan Jl Sudirman, tepatnya di depan Rumah Sakit Awal Bros. Banjir yang mengenangi badan jalan juga terjadi di Jl Soebrantas.

  • Limbah Lumpur PT Timah Cemari Pemukiman Warga Desa Baliara

    Limbah Lumpur PT Timah Cemari Pemukiman Warga Desa Baliara

    Bombana (SL) – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) menemukan adanya pencemaran lingkungan di sekitar kawasan izin usaha pertambangan (IUP) PT Timah.

    Temuan DLH Bombana ini sesuai hasil investigasi langsung di PT Timah yang berada di Kecamatan Kabaena Barat. Langkah investigasi ini dilakukan usai DLH Bombana menindaklanjuti rekomendasi Komite Pemuda Nasional Indonesia (KNPI) Bombana terkait limbah lumpur yang mencemari pemukiman warga Desa Baliara, Kecamatan Kabaena Barat.

    Sekretaris DLH Bombana, Makmur Darwis mengatakan di wilayah pertambangan PT Timah terdapat limbah yang tercemar luas dan bisa merembes lebih luas lagi. “Kami sudah rapat untuk langkah selanjutnya. Namun, PT Timah yang diharap bisa datang untuk klarifikasi malah tidak datang dan tidak ada kabar sama sekali,” ujarnya, Rabu 12 Desember 2018.

    Temuan DLH, kata Darwis, berupa sample (lumpur) yang bakal diuji laboratorium Kementerian. Kemudian dari situ selanjutnya bisa dipastikan apakah limbah tersebut dapat merusak ekosistem laut atau tidak. “Karena di Sultra belum ada tempat untuk uji limbah, sehingga kami akan bawa sampelnya ke Jakarta. Jika limbah itu terbukti sebagai penyebab matinya rumput laut dan karang, otomatis perusahan pasti disanksi,” tegas Makmur.

    Terpisah, Kepala Bidang Mineral dan Batubara (Minerba), Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sultra, Muh Hasbullah Idris menegaskan, jika PT. Timah sebagai pemilik IUP benar-benar melanggar, maka pihaknya bakal memprosesnya. “Kalau memang betul terjadi, bisa dilaporkan supaya inspektur tambang turun periksa di lapangan,” tegasnya.

    Mekanisme pengawasan tambang dan keluarnya IUP, tambah Hasbullah, bukan hanya kewenangan Dinas ESDM saja. Akan tetapi, instansi terkait lainnya juga turut terlibat. “Kalau terkait pencemaran, itu kewenangan DLH provinsi maupun kabupaten/kota,” terangnya.(Penasultra)

  • Banjir Menjadi Momok untuk Kota Malang

    Banjir Menjadi Momok untuk Kota Malang

    Malang (SL) – Banjir yang sudah menjadi momok di Kota Malang selama bertahun-tahun, hingga kini terus dicari formula penyelesaiannya. Namun, sejatinya Pemerintah Kota (Pemkot) Malang bisa membuat inovasi untuk mengurangi potensi banjir. Salah satunya dengan membuat biopori dengan skala besar, sehingga bisa menyerap air saat hujan.

    Dosen Perencanaan Wilayah Kota Universitas Brawijaya (UB) Abdul Wahid Hasyim menerangkan, lantaran banjir sudah terlanjur terjadi di Malang, maka yang harus mulai dipikirkan adalah pengadaan kawasan hijau. “Kawasan hijau seperti taman-taman itu difungsikan agar sekali kali bisa menyerap (air),” ujarnya, Rabu (12/12).

    Selanjutnya, bisa dibuat bioswale atau semacam biopori pada sekitar taman tersebut. Bioswale merupakan elemen landscape yang dirancang untuk menghilangkan lumpur dan polusi dari air limpasan permukaan. Biasanya terdiri dari bahan drainase swaled dengan sisi miring (kurang dari 6 persen) dan penuh dengan vegetasi serta kompos. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah Kota UB itu menambahkan, sejauh ini taman-taman yang ada di Kota Malang belum dimanfaatkan secara maksimal. “Sementara ini taman yang ada fungsinya hanya sebagai estetika. Seharusnya taman juga bisa berfungsi untuk untuk menyerap air,” imbuhnya.

    Taman tersebut nantinya bisa didesain dengan tingkat kemiringan tertentu, tergantung jalan disekitarnya. “Kemiringan jalan diarahkan ke sana (drainase). Misalnya diarahkan ke kanan kiri, yang di kiri mungkin sudah ada saluran air, yang satunya juga diarahkan ke taman,” tuturnya.Menurutnya, semua taman harus dibenahi. “Diberikan fungsi yang mampu menyerap air dengan banyak. Misalnya dibuat semacam biopori skala besar,” lanjut Abdul Wahid.

    Pemkot Malang bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh Kampung Gelintung Go Green (3G). “Di sana banyak dibuat biopori, sehingga bisa menyerap air. Dulu terkenal wilayah banjir, sekarang sudah tidak lagi,” paparnya.

    Terjadinya banjir juga bisa disebabkan oleh penggunaan lahan yang tak tepat guna. Hal itu seiring dengan makin banyaknya penduduk yang memilih tinggal di kota. “Kalau orang sudah lari ke kota, otomatis kebutuhan ruang untuk kegiatan ya makin luas. Makin banyak lahan ingin dibangun. Tinggal sekarang, ada pada bangunan yang diizinkan atau tidak,” terangnya.

    Namun, bila lahan yang dipakai sudah memenuhi undang-undang yang ditetapkan, seharusnya itu tidak menjadi masalah. Tapi, bila sebaliknya, justru akan menimbulkan bencana. Oleh karena itu, penggunaan lahan juga harus diperhatikan oleh Pemkot Malang agar banjir bisa diantisipasi. “Misal lahan itu kawasan hijau, kemudian berubah menjadi kawasan pemukiman, kan itu keliru,” ucapnya. (JawaPos)

  • Meresahkan dan Timbulkan Kemacetan, Tiga ‘Pak Ogah’ Diamankan Pihak Kepolisian

    Meresahkan dan Timbulkan Kemacetan, Tiga ‘Pak Ogah’ Diamankan Pihak Kepolisian

    Makassar (SL) – Polsek Panakukang Makassar menangkap tiga ‘Pak Ogah’, di Jalan Jl Boulevard, Kelurahan Masale. Ketiganya ditangkap lantaran meresahkan masyarakat dan membuat kemacetan. “Sekitar pukul 20.00 WITA telah berlangsung Ops Pekat, Premanisme di Wilkum Polsek Panakkukang yang dipimpin oleh Kanit Res Iptu S Ahmad dan Panit II Reskrim Ipsa Robert Haryanto Siga bersama personil reskrim. Lokasi Jl.Boulevard, Masale telah tertangkap tangan melakukan kegiatan Premanisme yang menyebabkan macet, Pak Ogah,” kata Kasi Humas Polsek Panakkukang, Bripka Ahmad Halim, dikonfirmasi, Kamis (13/12/2018).

    Selain ketiga pelaku, polisi juga berhasil mengamankan uang hasil palak pelaku kepada sejumlah pendara. “Dengan barang bukti uang tunai hasil kegiatan premanisme sebesar seratus ribu,” paparnya.

    Ketiganya yakni, Kasman (27), Arham (29), dan Asrul (14) kini dibawa ke Polsek Panakukang guna pemeriksaan lebih lanjut. (net)

  • Adik Bupati Trenggalek Ditemukan Tewas di Sebuah Kamar Kost di Bandung

    Adik Bupati Trenggalek Ditemukan Tewas di Sebuah Kamar Kost di Bandung

    Bandung (SL)-Adik kandung Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak, Eril Arioristanto, ditemukan tewas disebuah tempat kos di Bandung, Jawa Barat. Belum diketahui apa penyebab kematiannya. Eril diketahui pertama kali oleh petugas kebersihan tempat kos tersebut. Polisi masih melakukan penyelidikan kasus tersebut.

    “Iya benar, itu mahasiswa ITB, ditemukan meninggal dunia. Ini adalah adik dari Emil Dardak,” ucap Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Mochamad Rifai saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (12/12/2018).

    Rifai mengatakan meninggalnya Eril diketahui pertama kali oleh petugas kebersihan tempat kos tersebut. Petugas kebersihan sempat mengetuk kamar Eril sebanyak tiga kali, tapi tak ada respons. “Saat pintu dibuka, ternyata (korban) sudah tergeletak di bawah kasur,” tutur Rifai.

    Polisi telah melakukan olah TKP. Menurut Rifai, tak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh Eril. Hasil sementara olah TKP dan visum luar, tidak ada tanda-tanda kekerasan. “Kita belum menemukan adanya tanda-tanda orang masuk atau keluar untuk melakukan kejahatan pada dirinya. Olah TKP kita lakukan tadi siang. Dari visum luar, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban,” ujar Kasatreskrim .

    Dia menyebut polisi hendak melakukan autopsi terhadap jenazah. Namun, menurut Rifai, pihak keluarga tak mengizinkan autopsi. “Kita coba melakukan autopsi, kemungkinan ada lebih dalam lagi, ternyata kita tidak diizinkan oleh keluarga. Keluarganya itu orang tuanya sendiri. Orang tua kandung,” kata Rifai.

    Polisi belum bisa menyimpulkan penyebab meninggalnya Eril. Pasalnya, perlu penyelidikan lebih dalam termasuk autopsi jenazah. “Kalau penyebab kematian harus diautopsi. Kita nggak bisa (bilang) bunuh diri atau dibunuh orang. Kalau dibunuh orang pasti ada tanda-tanda kekerasan, kan pasti melawan atau apa. Karena pintu terkunci dari dalam, di belakang nggak ada akses masuk karena di lantai 3 dia,” ucapnya.

    Sementara itu, berdasarkan hasil olah TKP, disebutkan ada kantong plastik yang berada pada wajah Eril. Rifai menyatakan plastik itu bukan penyebab Eril meninggal dunia. “Plastik itu tidak bisa dikatakan untuk membekap, karena itu (plastik) terbuka, tidak terkunci. Terpasang gitu saja,” katanya.

    Sebelumnya, kabar meninggalnya adik Emil Dardak ini disampaikan oleh Kabag Protokol dan Rumah Tangga Pemkab Trenggalek Triadi Atmono. Dia membenarkan kabar meninggalnya Eril, tapi belum menjelaskan apa penyebabnya. “Jadi memang benar bahwa Mas Eril meninggal dunia. Untuk informasi lebih lengkapnya masih kami konfirmasi,” ujar Triadi Atmono, Rabu (12/12). (red)

  • Jembatan Kaligenteng di Pekalongan Ambruk

    Jembatan Kaligenteng di Pekalongan Ambruk

    Pekalongan (SL) – Jembatan Kaligenteng, Kabupaten Pekalongan ambruk sore kemarin (12/12/2018). BPBD, dibantu TNI Polri dan warga, Rabu malam ini langsung melakukan kerja bhakti, membuat jalan darurat. “Di sebelah jembatan yang runtuh kan ada pembangunan jembatan baru tapi belum selesai. Nah kita sambungkan untuk sementara waktu menggunakan batang kayu,” jelas Kepala BPBD Kabupaten Pekalongan, Bambang Sudjatmiko saat dihubungi wartawan, Rabu (12/12/2018) malam.

    Jembatan tersebut runtuh karena faktor umur sehingga fondasi bangunan tak kuat menahan gerusan arus air sungai.
    Namun, jembatan yang baru yang menghubungkan Desa Kandangserang dan Desa Bojongkoneng tersebut belum selesai sepenuhnya. Sehingga tim gabungan membuatkan akses jalan dengan kayu. “Ya kita lakukan upaya darurat. Jembatan ini belum bisa dilintasi mobil. Hanya untuk pejalan kaki dan motor. Minimal akses jalan untuk aktivitas warga tak terganggu,” jelasnya.

    Sedangkan kendaraan roda empat harus melalui jalur lainnya. Jalur yang bisa menjadi alternatif untuk kendaraan roda empat yaitu melalui Kajen, Werdi, Paninggaran.

    Detik-detik ambrolnya Jembatan Kaligenting sempat terekam ponsel warga. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. (net)

  • Dinkes Ponorogo Catat Ada 356 Kasus DBD, Dua Orang Meninggal Sepanjang 2018

    Dinkes Ponorogo Catat Ada 356 Kasus DBD, Dua Orang Meninggal Sepanjang 2018

    Ponorogo (SL) – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Ponorogo tidak dapat diremehkan. Apalagi di sepanjang tahun 2018, Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo mencatat 356 kasus dan 2 korban meninggal akibat penyakit ini.

    Data ini meningkat dibandingkan data di tahun 2017 di mana terdapat 291 kasus dengan korban 2 orang meninggal. Salah satu warga Desa Ringinanom, Kecamatan Sambit, Misnatin (42) mengaku hampir seluruh warga di desanya terkena DBD, bahkan meski telah dilakukan upaya pencegahan seperti fogging .”Satu rumah itu ada yang kena empat orang, dua orang dan satu orang. Hampir tiap rumah kena DBD. Sebagian dirujuk ke RSUD, ada juga yang dibawa ke puskesmas,” jelas Misnatin saat ditemui detikcom di RSUD dr Harjono, Jalan Ponorogo-Pacitan, Rabu (12/12/2018).

    Sementara itu, Kasubag Humas RSUD dr Harjono, Suprapto, menambahkan data pada bulan September-Desember juga menyebut terdapat 27 pasien DBD yang mendapatkan perawatan intensif.

    “Tapi yang kami data ini hanya khusus anak-anak di bawah usia 18 tahun. Rata-rata usia 10-11 tahun yang kami rawat,” terangnya. Suprapto pun mengingatkan warga Ponorogo untuk terus menggalakkan gerakan 3M (menutup, menguras dan mengubur), apalagi memasuki musim penghujan seperti dewasa ini.

    Jika tidak berhati-hati menjaga kebersihan lingkungan, perkembangan jentik nyamuk tidak bisa dibendung lagi.

    “Pasien juga diingatkan perawat untuk menjaga higienitas diri melalui penyuluhan. Kami harap dengan pengertian seperti itu jumlah pasien bisa menurun,” pungkasnya. (net)