Kategori: Nusantara

  • Kiara Artha Park Miliki Taman KAA Wisata Berkonsep Sejarah

    Kiara Artha Park Miliki Taman KAA Wisata Berkonsep Sejarah

    Bandung (SL)-Sebagai wisata ikonik di Kota Bandung, taman wisata Kiara Artha Park (KAP) memiliki beragam wahana terbaik. Salah satu wisata yang cukup menarik yakni taman sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA).

    Taman KAA merupakan salah satu bagian dari KAP yang menampilkan wisata berkonsep sejarah. Wisatawan bisa menyaksikan sejarah awal terbentuknya KAA, yang ditampilkan melalui patung setengah badan dari setiap delegasi atau tokoh.

    Diketahui, Taman sejarah tersebut merupakan sebuah penghargaan pada pelaksanaan KAA di Bandung pada 18-24 April tahun 1995.

    Sejarah Terbentuknya KAA di Bandung

    Liputan wartawan sinarlampung.co di lokasi, pada patung setengah badan terdapat identitas tokoh disertai cerita terbentuknya KAA dalam bentuk tulisan.

    Dikutip dari tulisan yang diabadikan pada monumen, KAA yang diadakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955 yang dihadiri oleh 29 negara benua Asia dan Afrika.

    Konferensi Asia Afrika ini menjadi peristiwa yang sangat penting dalam sejarah kebijakan luar negeri Indonesia, karena diadakan pasca Perang Dunia II pada saat kondisi keamanan dunia belum sepenuhnya pulih.

    KAA tersebut melahirkan Dasa Sila Bandung yang berisi prinsip-prinsip dasar dalam memberikan dukungan dan memajukan kedamaian dan kerjasama dunia khususnya negara-negara dari benua Asia dan Afrika. Dasa Sila Bandung ini kemudian menjadi simbol solidaritas bagi negara-negara ini.

    Pengagas Konferensi Asia Afrika (KAA)

    Terbentuknya KAA tidak lepas dari peran delegasi atau tokoh penggagas dari lima negara yang ada di benua Asia dan Afrika.

    Terselenggaranya KAA diceritakan merupakan lanjutan dari Konferensi Kolombo di tahun 1954 atas undangan Perdana Menteri Ceylon (Srilanka), Sir John Kotelawala. Alhasil, konferensi dihadiri oleh 5 negara dengan perwakilan masing-masing.

    Adapun 5 tokoh yang dikirim pada Konferensi Kolombo tersebut antaralain,

    1. Ceylon/Sri Lanka (Sir John Kotelawala)
    2. Burma/Myanmar (U Nu)
    3. India (Jawaharlal Nehru)
    4. Indonesia (Ali Sastromidjojo)
    5. Pakistan (Muhammad Ali Bogra)

    Profil Pengagas Konferensi Asia Afrika (KAA)

    Inilah nama tokoh pelopor terbentuknya KAA yang diabadikan melalui monumen taman sejarah.

    1. Sir John Kotelawala (Ceylon/Sri Lanka)

    Sir John Kotelawala adalah perdana mentri Sri Lanka pada tahun 1953-1956. Beliau adalah tokoh yang berpengaruh di bidang militer serta politik dan turut menjadi salah satu pelopor Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung pada tahun 1995. Dalam Sidang KAA ia mengkritik kepemilikan senjata nuklir yang banyak dimiliki negara Barat dan mengajak peserta delegasi KAA untuk ikut menjaga perdamaian dunia.

    2. U Nu (Burma/Myanmar)

    U Nu adalah Perdana Mentri Myanmar yang menjabat pada tahun 1948-1958, dan dilanjutkan pada tahun 1960-1962. Beliau menjadi salah satu pelopor Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung pada tahun 1995. Ia berjuang menentang penjajahan kolonialis dengan sikap anti kolonialisme untuk persatuan dan keberagaman.

    3. Jawaharlal Nehru (India)

    Jawaharlal Nehru adalah negarawan pertama India. Nehru menjabat sebagai Perdana Mentri pada tahun 1947-1964. Nehru turut menjadi salah satu pelopor Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung pada tahun 1995. Ia membawakan prinsip-prinsip untuk hidup berdampingan secara damai, yaitu saling menghormati, integritas territorial dan kedaulatan, perjanjian non agresi dan menjaga perdamaian.

    4. Ali Sastromidjojo (Indonesia)

    Ali Sastromidjojo adalah Perdana Mentri Indonesia pada periode 1954- 1957. Beliau ditunjuk sebagai Ketua Umum Sidang KAA Bandung pada tahun 1995. Ia mampu menyatukan berbagai latar belakang ideologi dalam sidang KAA sehingga dapat terlahir Dasa Sila Bandung.

    5. Muhammad Ali Bogra (Pakistan)

    Muhammad Ali Bogra adalah Perdana Mentri Pakistan pada tahun 1953-1955. Beliau turut menjadi salah satu pelopor KAA Bandung pada tahun 1995. Ia menyerukan pentingnya perdamaian antar Negara dan penghapusan terhadap adanya kolonialisme di dunia melalui pidato dihadapan delegasi negara-negara yang hadir dalam sidang KAA.

    6. Zhou Enlai

    Zhou Enlai adalah Perdana Mentri Pertama Tiongkok pada tahun 1949-1976. Beliau adalah salah satu peserta delegasi Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung pada tahun 1995 yang memiliki peranan penting dalam konferensi tersebut. Ia membangun semangat untuk mengusahakan titik persamaan dengan mengesampingkan perbedaan pendapat dan persatuan untuk hidup berdampingan secara damai. (Heny HDL)

  • Nimo Highland Jadi ‘Lahan Basah’ Warga Pengalengan UMKM 100 Persen Berdaya di Sini

    Nimo Highland Jadi ‘Lahan Basah’ Warga Pengalengan UMKM 100 Persen Berdaya di Sini

    Bandung (SL)-Destinasi Nimo Highland adalah
    sebuah wisata yang terletak di perkebunan teh Malabar, Pengalengan, Bandung, Jawa Barat. Wisata dengan konsep alam ini, menjadi ‘lahan basah’ warga yang tinggal di wilayah sekitar.

    Manager Nimo Highland, Taufik Muhamad Rafi mengatakan, pihaknya menyediakan fasilitas 100 persen untuk UMKM, terutama pusat oleh-oleh. 99 persen karyawan merupakan warga Pengalengan asli dan sisanya berasal dari Bandung.

    “Hanya Team Marketing yang berasal dari Bandung. Pengelola Foodcourt juga warga Pengalengan dengan proses screening ketat serta kualitas yang mumpuni,” kata dia kepada sinarlampung.co. Minggu, 18 September 2022.

    Rafi menjelaskan, Nimo merupakan sebuah destinasi wisata di bawah naungan PT. Kreasi Alam Parahyangan (KAP) yang bekerjasama dengan PT. Perkebunan Nusantasa (PTPN) Jawa Barat.

    Ia juga memaparkan, Nimo singkatan dari Nini Mountain yang awalnya dikenal dengan Puncak Gunung Nini. “Ini merupakan destinasi lama kemudian kita konsep ulang dengan kemasan lebih modern dengan re-branding Nimo Highland,” paparnya.

    Wisata ini, lanjut dia, dilaunching bertepatan dengan hari raya Idul Fitri pada tanggal 2 Mei 2022 lalu. “Kita sudah jalan bulan ke empat pengunjung masih stabil dan ramai,” katanya.

    Dia menambahkan, Nimo memiliki beragam wahana yang bisa dinikmati. Menurutnya,
    Jembatan Kaca menjadi ikonik. Wahana lainnya, Seperti ATV, Berkuda, Bioskop Virtual dan Paintball. “Selain Jembatan Kaca, ATV juga banyak diminati pengunjung dengan 25 unit perhari selalu full di tiga jalur yang ada,” tambah dia.

    Rafi menginformasikan, untuk memasuki area wisata ini, pengunjung dikenai biaya Rp35.000 termasuk mobil dan berkeliling sepuasnya di Nimo Skybridge. Anak- anak dibawah 4 tahun tidak dikenakan biaya tiket masuk.

    Selain wahana hiburan, Nimo tersedia juga fasilitas kesehatan atas kerjasama dengan Puskesmas terdekat. Team security dilengkapi dengan sertifikat pertolongan pertama.

    “Semoga menjadi tujuan wisata bagi warga Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya dan bisa mengangkat ekonomi warga Pengalengan,” harapnya.

    Rafi juga berpesan, terkhusus warga Lampung, diharapkan bisa berkunjung ke Nimo Highland untuk menikmati keindahan kebun teh Malabar di Pengalengan.

    Diketahui, Nimo Highland dengan 360 derajat pemandangan perkebunan teh dengan udara yang sejuk. Perpaduan warna hijau dedaunan teh, warna putih serta biru di Camellian Sky, serasa berada di Santorini Yunani. Terdapat musholla yang cukup luas berada tidak jauh dari lobby. Area parkir juga luas dan kendaraan mobil serta bus terpisah.

    Kesan Wisatawan Terhadap Nimo Higland

    Selama perjalanan wartawan sinarlampung.co di area Nimo. Kami berjumpa dan mencoba mewawancarai beberapa pengunjung. Salah satunya Lin, wisatawan asal Bandung.

    “Kami senang dengan adanya Nimo Highland ini, banyak spot untuk foto-foto,” kata Iin pengunjung asal Bandung.

    Ia bersama enam orang rekannya, merupakan alumni dari TK Mutiara Pertiwi sampai SMA di Indramayu. Saat ini mereka sudah menyebar, ada yang di Cirebon, Indramayu, Karawang dan Bekasi. “Warjoker (Warung Pojok) nama group kami yang semua hobi jalan-jalan,” tutur Lin.

    Disisi lain, Majelis Ta’lim al Abror dari Komplek Griya Bandung Indah (GBI) Buah Batu berkumpul di area lesehan. “Tetap menjaga ukhuwah islamiyah, jangan bercerai berai, harus tetap bersatu,” pesan Yayuk selaku ketua.

    Pengunjung lainnya dari Kader Posyandu Subang berseragam merah berjumlah 60 orang. “Nimo highland mantap sekali dan luar biasa,” kata Imas kader dari desa Tambak Mekar.

    Sebagai informasi, jam operasional Nimo Highland pada hari Senin-Jumat buka pukul 09.00-17.00 WIB. Sedangkan, di hari Weekend, pukul 04.00-18.00 WIB. (Heny HDL)

  • Kiara Artha Park Kircon Jadi Taman Wisata Ikonik di Bandung

    Kiara Artha Park Kircon Jadi Taman Wisata Ikonik di Bandung

    Bandung (SL)-Artha Graha Peduli bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung jadikan taman wisata Kiara Artha Park (KAP) yang berada di wilayah Kiaracondong (Kircon) sebagai wisata pioner dan konik di kota Bandung.

    Manager Marketing, Wisly mengatakan, KAP merupakan taman wisata yang memberikan fasilitas sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat, menikmati alam dan wahana olahraga seperti Jogging.

    “ini merupakan kerjasama antara Artha Graha Peduli dengan Pemerintah Kota Bandung,” ujar Wisly kepada wartawan. Sabtu, 17 September 2022.

    Wisly menerangkan, KAP memiliki area seluas 13 hektar. Wisata ini resmi dibuka untuk umum pada bulan Agustus 2019 lalu. Pengunjung bisa menikmati wisata Air Mancur Menari (Dancing Fountain) dengan tarif perorang Rp10.000. “Pengunjung bisa datang dari jam 09.00-21.00 WIB,” imbuhnya.

    Wisly menambahkan, KAP pernah ditutup karena Covid-19. Padahal, menurut dia, wisata ini sebelum terdampak ramai dikunjungi wisatawan. “Kami buka kembali hampir satu tahun dan pengunjung sudah mulai berdatangan,” tuturnya.

    Ia juga berharap kondisi cepat pulih dan kembali normal. “Jadi semua orang bisa menikmati pemandangan secara bebas, bisa rekreasi, serta bisa berpergian tanpa ada rasa khawatir,” pungkasnya.

    Berdasarkan pantauan sinarlampung.co di lokasi, tepat di tepian kolam air mancur terdapat sebuah taman sejarah yang menampilkan sejarah Asia Afrika yang diiringi alunan musik. Dikatakan, wahana ini menjadi favorit pengunjung. Taman Asia Afrika menceritakan awal dilaksanakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Disertai dengan patung setengah badan dari setiap delegasi. Musholla sebagai sarana ibadah tersedia tidak jauh dari pintu utama.

    Wisatawan juga bisa menglilingi KAP dengan beberapa cara, yakni Papa Skuter dengan ciri khas warna kuning, menyediakan fasilitas penyewaan skuter dan juga sepeda listrik. Wisatawan Pengunjung bisa menggunakan kendaraan tersebut dengan tarif Rp40.000 per 30 menit, sepeda gowes Rp5.000 per 30 menit dan mobil golf sebesar Rp80.000 untuk weekday dan Rp100.000 saat weekend.

    Kiara juga memiliki Animal Fest menampilkan “Nakula Animal Park” yang menyediakan fasilitas naik Kuda Poni khusus untuk anak-anak dengan Rp35.000 per 15 menit. Berpose dengan Burung Hantu serta burung lainnya biaya RP35.000. Tempat ini sangat baik bagi anak-anak untuk ingin belajar mengenal beberapa fauna secara langsung, seperti kelinci, kuda poni, kambing, rusa dan lainnya.

    Tak hanya itu, di KAP ada wahana Bus kereta keliling untuk dua putaran Rp5.000 dan area kuliner di beberapa tempat, seperti AIUEO Space dengan bermacam-macam kuliner, Mc Donald, Solaria, Maxsue, Chatime, Bumahai Seafood Restaurant dan lain-lain yang dilengkapi area parker yang luas. (Heny HDL)

  • Dampak Wisata Glamping Lakeside Rancabali Bagi Ekonomi Lokal

    Dampak Wisata Glamping Lakeside Rancabali Bagi Ekonomi Lokal

    Bandung (SL)-Keberadaan Glamping Lakeside dengan Pinisi Resto di daerah Rancabali, Ciwidey, Bandung Selatan, berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi warga sekitar. hsl itu karena warga dilibatkan langsung untuk membuka usaha seperti Jasa Perahu, Kantin, Profesi Foto Instan dan lainnya.

    Ketua Paguyuban Perahu, Dadan Taryana mengatakan, Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Patengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat mempunyai beberapa fasilitas.

    “Seperti jembatan Apung atau disebut juga jembatan asmara menuju Tanjung Pakis. Lokasi ini biasanya digunakan untuk pre-wedding serta foto selfi,” katanya. Kamis,15 September 2022.

    Dadan menambahkan, rute perahu dari Telaga Patengan menuju Situ Patenggang memakan waktu 15 sampai 40 menit. Setibanya di sana, perahu bersandar selama 30 menit agar wisatawan bisa berbelanja dan aktivitas lainnya.

    “Perahu dengan muatan 18 sampai 20 orang akan tetapi untuk kenyamanan disarankan 15 orang saja. Weekend lebih ramai,” imbuhnya.

    Dadan mengungkapkan, warga Rancabali dan sekitarnya dilibatkan langsung untuk membuka usaha sesuai sesuai keahlian warga. Sehingga berdampak baik sebagai tambahan keuangan bagi mereka.

    Dadan menginformasikan, untuk penggunaan jasa perahu wisatawan membayar seharga Rp30.000 per orang, Jembatan Danau Rp5.000 hari kerja dan Rp7.500 di hari libur.

    Di sisi lain, Rahmat Kustiawan yang berprofesi sebagai foto keliling merasa bersyukur bisa mengais rezeki di area Glamping Lakeside. “Alhamdulillah pengunjung sebelum pandemi banyak. Setelah itu selang dua tahun tidak buka,” kata dia.

    Rahmat melanjutkan, Glamping Lakeside kembali di buka saat Idul Fitri kemarin. Jumlah wisatawan yang berkunjung mencapai 70 persen, secara otomatis pendapatan dan ekonomi warga mulai membaik. “Semoga segera kembali normal dan semua sehat-sehat,” ujar Rahmat.

    Hal senada dikatakan pemilik kantin Mama Kahfi yang menjual bakso, seblak, combri, nasi ayam, dan makanan lainnya juga merasaka pendapatannya mulai bertambah. “Alhamdulillah, sudah mulai ramai, walaupun tidak seramai sebelum Covid-19,” ujarnya. (Heny HDL)

  • Gedung Sate Semakin Menarik Minat Pengunjung Dengan Smart Museum

    Gedung Sate Semakin Menarik Minat Pengunjung Dengan Smart Museum

    Bandung (SL)-Smart Museum merupakan konsep Museum Gedung Sate dengan mengembangkan teknologi digital dalam penyajian informasi edukatif dan menghibur menjadikan daya tarik bagi pengunjung. Museum ini merupakan sebuah gagasan untuk mengapresiasi nilai-nilai daerah melalui peningglan sejarah yang diresmikan pada tanggal 08 Desember 2017 lalu.

    “Dengan adanya Museum Gedung Sate masyarakat bisa lebih mengenal sejarah Gedung Sate khususnya dan sejarah Jawa Barat umumnya,” ucap tenaga teknis Ridwan Miftahul Khoer, kepada awak media. Jumat, 16 September 2022.

    Ridwan menjelaskan, museum memiliki tampilan yang sangat menarik. Diantaranya menampilkan denah (blue print) dan virtual reality yang menjelaskan tentang pemetaan Gedung Sate sebelum perang dunia ke dua. Beberapa acara yang akan diadakan seperti Hari Museum Nasional serta Ulang Tahun Museum Gedung Sate.

    Diterangkannya bahwa, baik sebelum pandemi Covid-19 maupun saat ini pengunjung Gedung Sate masih banyak. Pengunjung didominasi anak muda yang antusias untuk berkunjung, terlebih museum digitalnya.

    Dia juga mengatakan, peran media sangat membantu dengan menginformasikan adanya museum ini. “Juga media sosial kita dengan banyaknya follower,” imbuhnya.

    Mengutip dari pamflet Museum Gedung Sate. Gagasan yang mempersembahkan pengetahuan tentang nilai kedaerahan dan menunjukkan keberagaman, serta keindahan dalam sebuah karya arsitektur.

    Perwujudan sebuah rencana yang melahirkan apresiasi masyarakat dan meninggikan kesadaran pelestarian hasil budaya. Warisan yang menjadi sarana pembangkit semangat kejuangan hingga menjadi acuan untuk masa depan. Sebagai informasi, beberapa teknologi yang ditampilkan di Museum gedung sate seperti, Augmented Reallity, Interactive floor, Virtual Reallity dan Interaktive Picture Frame.

    Museum ini bisa dikunjungi dari hari selasa sampai hari Minggu pada jam 09.30 – 16.00 WIB. Hari Senin dan hari besar nasional tutup. Pengunjung hanya membayar 5.000 rupiah saja. Setelah mengunjungi Museum Gedung Sate, pengunjung juga bisa mencoba kudapan di Galeri Kopi Jawa Barat “Gesa Kopi-Enligtening” yang buka pada hari kerja. (Heny HDL)

  • NTF Ke-3 Akan Digelar pada Oktober Mendatang di Bandung

    NTF Ke-3 Akan Digelar pada Oktober Mendatang di Bandung

    Bandung (SL)-NHI Tourism Forum (NTF) ke-3 akan digelar di kampus Politeknik Pariwisata NHI Bandung pada 05 sampai 06 Oktober 2022 mendatang.

    Wakil Direktur 1 Bidang Akademik dan Penjaminan Mutu Politeknik Pariwisata NHI Bandung, Endang Komesty Sinaga mengatakan tema yang diangkat pada acara yakni “Tourism Revival”.

    “Pembicara dan Pembawa Acara akan memaparkan hasil-hasil penemuan terbaru terkait dengan pariwisata,” kata Endang kepada awak media. Senin, 12 September 2022.

    Menurut Endang, bukan hanya peserta saja, pembicara dan pembawa acara juga bisa berbagi dan mendapatkan masukan serta pengetahuan dari kegiatan ini.

    Ia mengungkapkan, NHI Tourism Forum yang diadakan setiap tahun ini, merupakan suatu platform sebagai wadah kebutuhan dosen dalam melakukan Tri Darma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat).

    “Bertukar informasi, bertemu dengan peserta dari seluruh Indonesia bahkan peserta Internasional. Terutama keterkaitan dengan perkembangan pariwisata saat pandemi juga pasca pandemi,” ucap dia.

    Kemudian, lanjut Endang, hasil dari dokumen-dokumen yang akan dipresentasikan serta materi-materi yang dipaparkan oleh pembicara bisa menambah ide atau inspirasi dalam rangka kebangkitan pariwisata Indonesia.

    “Kita sudah diberikan waktu dua tahun untuk berbenah diri dan reborn untuk melangkah lebih maju ke depannya. Pariwisata kita bisa semakin maju dan semakin terbuka peluang-peluang baru karena banyak terjadi disrubsi diberbagai bidang terutama Pariwisata. Kita semua harus siap beradaptasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam melakukan inovasi,” paparnya.

    Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Program Studi Industri Perjalanan (SIP) serta Ketua Pelaksana NHI Tourism Forum (NTF) ke-3, Singgih Tri Wibowo juga memaparkan maksud dan tujuan forum ini.

    “Forum ini merupakan scientific conference yang diadakan secara regular setiap tahun di kampus Politeknik Pariwisata NHI Bandung. Ini yang ketiga akan diadakan secara hybrid (online dan offline),” katanya.

    Dia menambahkan, acara tersebut dibuka secara umum yang bertujuan sebagai sarana publikasi bagi akademisi, mahasiswa, umum, serta tourism stakeholders lainnya.

    Singgih menyebut NTF pertama telah diadakan di tahun 2019 secara offline. Kemudian kedua telah dilaksanakan di tahun 2021 lalu secara hybrid.

    Di bawah Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia dan The Hongkong Polytechnic University (PolyU), NTF bekerjasama (co-Host) dengan 5 Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata (PTNP).

    “Lima Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata (PTNP), yaitu Poltekpar Medan, Poltekpar Palembang, Poltekpar Makassar, Poltekpar Bali dan Poltekpar Lombok,” ujarnya.

    Diketahui, pemateri (Keynote Speaker) dalam NTF mendatang diisi oleh MBA Minister of Tourism and Cretive Economy Sandiaga Uno; Opening Remark, Faisal; CHE Head of Human Resources Development Center for Tourism & Creative Economy dan Welcoming Spech & Opening, Andar Danoval Goeltom Director Politekpar NHI Bndung.

    Sementara, pembicara (speakers) terdiri dari Mohd hafiz Hanafiah, CHIA dan Mohd Salehuddin M. Zahari dari Universiti Teknologi Mara (UiTM) Malaysia; kaye Chon dari The Hong Kong Polytechnic University (PolyU); Alastair Morisson dari Purdue University Indiana, USA; Director of Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC), Ari Respti; dan CEO of Tripwe Indonesia, Sofian Lusa.

    Kemudian moderator acara ada tiga orang, yaitu Fajar Kusnadi Kusumah P, Andre Ananta Budhi D, dan Ni Gusti Made Kerti Utami. “Mereka semua adalah dosen di Politeknik Pariwisata NHI Bandung,” kata dia.

    Singgih menginformasikan, bahwa beberapa speakers dijadwalkan offline untuk datang ke lokasi forum sedangkan peserta presentasi paper dijadwalkan secara online.

    Sebagai Informasi, 12 makalah terpilih nantinya berkesempatan dipublikasikan di SINTA 3 dan 4 indexed journals dan lainnya juga di International Proceeding indexed by WoS. (Heny HDL)

  • Rekam Jejak National Hotel Institute Bandung

    Rekam Jejak National Hotel Institute Bandung

    Bandung (SL)-Politeknik Pariwisata NHI Bandung berawal dari Akademi Perhotelan Nasional (APN) pada tahun 1962. Selanjutnya berubah menjadi National Hotel Institute (NHI baca eNHai) pada tanggal 21 Juli 1973.

    Kepala Unit Komunikasi Publik dan Teknologi Informasi Riki Rahdiwansyah mengatakan, Politeknik Pariwisata NHI Bandung berawal dari Akademi Perhotelan Nasional (APN) pada tahun 1962. “Berubah menjadi National Hotel Institute pada tanggal 21 Juli 1973,” ujarnya.

    NHI atau Pusat Pendidikan Perhotelan, pada tahun 1973 pemerintah Indonesia mengadakan kerjasama dengan pemerintah Swiss dalam bidang pendidikan perhotelan. Sistem pendidikan yang digunakan adalah program diploma I, II dan III. Nama institusi ini (NHI) masih dikenal khalayak ramai hingga saat ini.

    NHI di bawah bantuan pemerintah Swiss meliputi pelayanan dan operasional yang dipandu secara langsung, sehingga menjadi zaman keemasan.

    Kemudian, lanjut Riki, pada tahun 1993 menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung dan pada 01 Januari 2022  resmi menjadi Politeknik Pariwisata NHI Bandung. “Ini diamanahkan oleh Dikti karena kekuatan kita pada vokasi,” paparnya.

    Riki menambahkan,  Politeknik memiliki  visi menjadi institusi pendidikan tinggi kepariwisataan berdaya saing global yang mengedepankan personalitas, keterampilan dan kreatifitas dalam mewujudkan sumber daya manusia maju, unggul dan berjiwa wirausaha.

    “Dalam rangka menjalankan visi tersebut, maka langkah pertama menyelenggarakan proses perkuliahan yang berorientasi pada pendidikan vokasi berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan industri kepariwisatan masa depan. Kedua, menanamkan dan mungimplementasikan nilai-nilai etika, moral akademik, etika ASN, dan hospitality,” paparnya.

    Perlu diketahui, lanjut Riki, bahwa Politeknik memiliki tiga jurusan, yaitu Jurusan Hospitality atau Perhotelan, Jurusan Kepariwisataan dan Perjalanan.

    International class yang sudah dipersiapkan sejak tiga tahun lalu dan sudah berjalan saat ini, yaitu mengirim mahasiswa kami untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri, seperti Victoria University di Australia dan International Management Institute (IMI) di Swiss,” kata dia lagi.

    Riki mengaku, pihaknya telah kolaborasi dengan Universitas Indonesia (UI) untuk melakukan benchmarking terkait dengan program internasional, yaitu bagaimana caranya agar ada mahasiswa asing bisa belajar di NHI.

    “NHI dengan tag line 2020 “Memperkuat Kompetensi dan Entrepreneur Kampus” sudah tercapai. Karena sejak tahun 2020 kami sudah melaksanakan uji kompetensi, ini artinya kami sudah memperkuat kompetensi yang kami miliki,” terangnya.

    Sesuai dengan tag line NHI di tahun 2024 ”Semakin Memperkuat Kewirausahaan dan Digital Kampus”. “Ini sesuai dengan amanah Sandiaga S. Uno Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kementrian Parekraf) bahwa lulusan Poltekpar NHI Bandung minimal 30 persen sebagai wirausaha, sisanya sebagai pekerja professional dan ini dua hal yang dihasilkan NHI,”

    “Pendaftar tahun 2022 berjumlah 12.185 orang akan tetapi yang terpilih hanya 675 orang kurang dari 10 persen. Ini karena kualitas yang kami pegang, profil-profil alumni yang saat ini banyak yang sukses. Kekuatan kami di alumni, sehingga mencari pekerjaan dan berwirausaha difasilitasi, kata,” pungkasnya. (Heny HDL)

  • Sanggar Kencana Arum Tampilkan Tari Rampak Kendang di Gedung Senbik Bandung

    Sanggar Kencana Arum Tampilkan Tari Rampak Kendang di Gedung Senbik Bandung

    Bandung (SL)-Sanggar Lingkung Seni Kencana Arum menampilkan tarian tradisional Rampak Kendang dalam acara resepsi pernikahan di Gedung Senbik, Bandung. Minggu, 10 September 2022.

    Pimpinan Sanggar, Noneng Rohayati mengatakan, tari Rampak Kendang atau Rampak Gendang merupakan kesenian tradisional khas Jawa Barat dengan filosofi “Guyub” atau kebersamaan dan “Harmonis”. Tari ini diperagakan dalam prosesi Mapag Pengantin yang dipadu dengan tarian Rama dan Shinta. “Kebersamaan dalam semua hal kebaikan, ini filosofinya,” imbuh Rohayati kepada wartawan.

    Terkait Sanggar yang ia pimpin, wanita dengan sapaan akrab mamih oneng itu mengaku telah berdiri sejak 1990. “Sanggar kami mengajarkan tarian nusantara serta tarian tradisional mix modern. Sanggar ini juga tampil di beberapa provinsi, seperti Jakarta, Sumatra, Bali, Kalimantan dan lainnya. Kami melatih penari dari semua jenis umur,” paparnya.

    Dia berharap agar para pemuda tetap mempertahankan budaya daerah. “Terutama tarian nusantara,” ujarnya.

    Sementara itu, Manager Sanggar Arum, Denny NR, menjelaskan, perpaduan antara tari Rampak Kendang dan Rama Shinta berdurasi kurang lebih 20 menit. “Tapi kalau terpisah, masing-masing sekitar 9 menit,” ucapnya.

    Denny menginformasikan alamat sanggar berada di Jalan Cihampelas dan akun IG @kancanaarum_official.

    Di tempat yang sama, Awey pemeran Rama menerangkan, tari Rampak Kendang terdiri dari 6 orang personil, tari Rama Shinta 2 orang, sedangkan Pamayung, Lengser serta Tot terdiri dari 10 orang terdiri dari Pria dan wanita. “Lengser bisa juga kita sebut pemandu adat,” ujar Awey.

    Dilansir dari indonesiakaya bahwa Kendang atau Gendang merupakan alat musik utama dari pertunjukkan tarian tersebut. Alat musik ini juga merupakan instrumen dalam gamelan jawa.

    Berdasarkan pantauan media ini, sekitar sepuluh orang masuk ke panggung, mereka mengenakan kostum yang sama. Orang-orang tersebut kemudian menempati posisi masing-masing di depan alat musiknya. Aba-aba keluar dari salah seorang, lantas alunan musik energik seketika menghentak penonton yang hadir. Pertunjukkan musik itu biasa disebut Rampak Gendang.

    Sebagai informasi, Rampak Gendang merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. “Rampak” berasal dari bahasa sunda yang bermakna serempak atau secara bersama-sama. Jadi rampak gendang bisa diartikan sebagai suatu pertunjukkan gendang yang dimainkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, pertunjukkan Rampak Gendang selalu dimainkan oleh dua orang atau lebih.

    Diketahui, Gendang atau kendang merupakan alat musik utama dari pertunjukkan Rampak Gendang. Alat musik ini juga merupakan instrumen dalam gamelan jawa, yang berfungsi sebagai pengatur irama. Alat musik pendukung lainnya dalam pertunjukkan, seperti rebab, gitar, dan alat gamelan yang lain. Semua alat musik itu kemudian dipadukan membentuk suatu irama yang energik dan bersemangat.

    Belakangan, pertunjukkan Rampak Kendang sering dikolaborasikan dengan kesenian yang lain, seperti tari Jaipong atau dijadikan sebagai pengiring lagu pop. Namun, belakangan ini Rampak Gendang sering dipadukan dengan gamelan Jawa, sehingga menghasilkan sebuah pertunjukkan Rampak Gendang yang berbeda dari biasanya.

    Perkembangan kesenian Rampak Gendang tidak hanya sampai disitu, saat ini orang-orang dari luar negeri berdatangan ke Indonesia untuk mempelajari kesenian tersebut. Bahkan salah satu universitas di Amerika membuka mata kuliah kesenian Indonesia, dengan dosen dari Indonesia, yang salah satunya mempelajari tentang kesenian Rampak Gendang.

    Kesenian Rampak Gendang merupakan representasi dari kebersahajaan masyarakat Sunda. Di dalam kesenian tersebut kaya akan nilai-nilai filosofis, mencerminkan masyarakat Sunda yang guyub dan harmonis berlandaskan sifat-sifat kegotong-royongan dan keceriaan. Satu lagi kekayaan nusantara bernilai dunia yang harus kita jaga dan lestarikan. (Heny HDL)

  • Korean House Bandung Raih Penghargaan Promising Paper Awards pada Konferensi Internasional Serawak

    Korean House Bandung Raih Penghargaan Promising Paper Awards pada Konferensi Internasional Serawak

    Bandung (SL)-The Influence of Korean Wave and Experiential Marketing on Purchase Decisions at Korean House Bandung meraih penghargaan katagori Promising Paper Awards pada gelaran International Conference on Responsible Tourism and Hospitality 2022 (ICRTH) di Kuching Sarawak, Malaysia. 03 September 2022.

    The Influence of Korean Wave and Experiential Marketing on Purchase Decisions at Korean House Bandung dengan author Titing Kartika dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata YAPARI/Doctoral Management Student of Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Emron Edison dan Gazel Fatta Aurora dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (YAPARI).

    Titing Kartika menjelaskan, lokasi yang strategis, memiliki nuansa khas Korea, bahan impor langsung dari Korea dan juga mendatangkan langsung kokinya dari Korea selatan. “Ini beberapa alasan kami memilih Korean House,” kata Titing Kartika MBA Tourism pada awak media.

    “Pada penelitian ini kami menggunakan metode kuantitatif. Korean wave merupakan persebaran budaya populer Korea berupa musik, drama, film, animasi, game, kuliner, dan fashion ke seluruh dunia melalui media massa,” jelas Penulis Buku Literasi Pariwisata dari Lokal hingga Global itu.

    Korean wave berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dan experiential marketing. Korean house tetap mempertahankan nuansa atau atmosfer korea karena menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung,” ujar Dosen STIEPAR YAPARI/Ketua Lembaga Penelitian,Pengabdian kepada Masyarakat dan Jurnal.

    Titing berharap, Korean House dapat memanfaatkan fenomena Korean Wave untuk membuka cabang baru karena banyaknya konsumen menyukai tren yang sedang terjadi. “Juga mempertahan suasana restoran yang nyaman dan mengedepankan khas Korea Selatan didalamnya,” tutup Titing.

    Diketahui, Korean House berdiri sejak 1991, merupakan pionir restaurant Korea di Bandung. (Heny HDL)

  • Geotourism lndonesia Raih Dua Award di Konferensi Internasional

    Geotourism lndonesia Raih Dua Award di Konferensi Internasional

    Bogor (SL)-Journey to The Past: Geoeducation for Sangkulirang-Mangkalihat Karst Sustainability meraih dua penghargaan katagori Emerald’s Special Award on Sustainability and Responsible Tourism serta katagori Best Presenter Awards pada International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH) 2022 di Kuching Sarawak, Malaysia. 03 September 2022.

    A Journey to The Past: Geoeducation for Sangkulirang-Mangkalihat Karst Sustainability merupakan materi yang disampaikan Dr. Azyana Sunkar. Author pada makalah ini Dr. Azyana Sunkar dan Resti Meilani dari Insitut Pertanian Bogor (IPB), Eko Haryono dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Mohsen Brahmi dari University of Sfax, Tunisia, Pindi Setiawan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) and Siti Hasanah dari Sekolah Alam Bogor.

    Dr. Ina mengatakan, sebenarnya kunjungan-kunjungan ke area geologi sudah lama seperti ke gunung, danau, dan air terjun. “Hanya saja masih sekedar kunjungan wisata belum dilengkapi dengan pemahaman-pemahaman bahwa obyek-obyek tesebut adalah berbasis geologi dan belum ada faktor edukasi di dalamnya,” katanya kepada awak media melalui telepon.

    Saat ini pengembangan obyek wisata yang berbasis geologi dan difokuskan untuk meningkatkan pemahaman wisatawan akan pentingnya nilai geologi sudah mulai berkembang di Indonesia. “Terbukti dengan semakin banyaknya kawasan geopark juga dengan mulai banyaknya wisata edukasi ke area area obyek wisata geokogi, kata wanita dengan sapaan akrab Dr. Ina.

    Dia menjelaskan, geoedukasi harus diikuti dengan adanya guide yang bisa menjelaskan proses-proses pembentukan yang terjadi di area tersebut, misalnya, Bagaimana kawasan karst dan gua terbetuk, Bagaimana danau terbentuk,
    Pentingnya wisatawan memahami bahwa obyek wisata mereka adalah berbasis geologi yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sekali rusak akan hilang selamanya. “Selain penjelasan oleh guide, bisa juga dibangun pusat-pusat informasi edukasi,” tambahnya.

    Penduduk lokal di sekitar Karst Sangkurilang Mangkalihat atau obyek wisata geologi lainnya dapat diperankan sebagai guide dengan dibekali pengetahuan terlebih dahulu tentang sumber daya geologi tingkat kerapuhan karst di kawasan tersebut.

    Mereka juga bisa sebagai penyedia akomodasi juga makanan, tegas Dr. Ina, tentang peran penduduk lokal dalam rangka meningkatkan pendapatan ekonomi yang tidak merusak lingkungan sekitar Karst Sangkurilang Mangkalihat.

    Kemudian lanjut Dr. Ina, media memainkan peran penting dalam pertumbuhan, pengembangan, dan promosi geowisata dengan menciptakan kesadaran dan pemahaman yang lebih baik bahwa sumber daya geologi yang menjadi atraksi wisata dalam geowisata adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, sehingga wisatawan juga harus tetap menjaga kelestariannya.

    “Indonesia tidak hanya saja kaya akan keanekaragaman hayati namun juga kerahaman geologi. Semuanya harus dijaga dan dilestarikan karena bagian dari aset bangsa untuk memjukan negara melalui pengkatan perekomomian melalui wisata,” ujarnya.

    Generasi muda adalah pemimpin bangsa di masa depan jadi harus bisa bertanggungjawab terhadap sumber daya alam negaranya,” Tegas Dr. Ina menutup pembicaraanya.

    Diketahui bahwa Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Kalimantan Timur menyatakan,
    Karst Sangkulirang Mangkalihat memiliki banyak potensi alam berupa kayu, non kayu, batuan mineral dan sarang burung walet yang dapat membantu ekonomi masyarakat setempat. Bahkan, tercatat bahwa kawasan ini merupakan pemasuk terbesar sarang walet di dunia. Untuk menuju kawasan ini, jalur yang digunakan sebagian besar melalui sungai-sungai.

    Karst Sangkulirang-Mangkalihat dengan pesona goa telapak tangan peninggalan tahun 10.000 SM telah menjadi situs bersejarah yang popular di dunia Internasional. Tak sedikit turis asing yang datang hanya untuk menikmati keindahan lukisan tapak tangan di sepanjang dinding goa.
    Tak hanya sebuah situs sejarah, jajaran gunung karst yang berbaris di sepanjang Kecamatan Sangkulirang hingga Sandaran, Kabupaten Kutai Timur, juga bisa menjadi tempat olahraga yang menguras adrenalin, wisata pendidikan dan lokasi wisata alam yang indah.

    Sebagai situs sejarah, karena kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat yang memiliki hamparan seluas 2.145.301 ha dari Kabupaten Berau hingga Kabupaten Kutai Timur memiliki situs gambaran telapak tangan dan beberapa peninggalan sejarah pada dinding puluhan gua dan lorong panjang di dalamnya. Bahkan peninggalan tersebut diperkirakan merupakan awal penyebaran rumpun manusia purba Austronesia. Artinya, Karst Sangkulirang Mangkalihat menjadi titik awal kemunculan manusia purba yang ada di bumi pertiwi.

    Sebagai lokasi wisata pendidikan, karst memiliki bidang plaeontologi, arkeologi, situs fosil, struktur geologi-mineral, litologi, serta beragamnya flora dan fauna endemik. Keberadaan gua-gua, sungai bawah laut, cadangan batu kapur dan bahan semen pun cukup melimpah.

    Sebagai lokasi wisata, mereka yang berkunjung ke kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat akan disuguhkan pemandangan ornamen alami berupa stalagtit dan stalagmit mengagumkan. Ada pula jajaran flowstone yang memancarkan sinar Kristal kalsit memukau mata. Menjelajahi goa bawah tanah di sepanjang pegunungan karst juga menjadi tantangan tersendiri. Karena setiap spot memiliki ketinggian air yang berbeda.

    Karts Sangkulirang-Mangkalihat juga memiliki potensi sungai bawah tanah yang bisa dimanfaatkan. Selain potensi alam yang bisa meningkatkan nilai ekonomi, seperti hutan kayu dan non kayu, batuan mineral, potensi wisata alam, serta sarang burung walet yang cukup menjanjikan. (Heny HDL)