Bandar Lampung, sinarlampung.co-Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung membandel. Meski sudah dilarang untuk mengadakan kegiatan studi tour, justru menggelar Studi Tour berdalih studi tiru untuk kepala sekoah SD dan SMP se-Kota Bandar Lampung. Untuk rute jalan-jalan senyap 167 Kepala Sekolah itu adalah Solo-Malang-Jogjakarta, Untuk Bali (dibatalkan). Mereka menggunakan tiga bus Travel and Tour PT Tampia Star Life, dengan biaya wajib Rp4,8 juta rupiah perorang.
Informasi lain menyebutkan, kegiatan Studi Tiru yang dijadwalkan perjalan tanggal 22 hingga 27 Februari 2025 oleh Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) SD Kota Bandar Lampung itu akhirnya berantakan. Kepala Dinas Pendidikan Bandar Lampung Eka Apriana dan Ketua K3S SD Kusrina pun membatalkan jadwal mereka menyusul untuk membersamai rombongan di Jogjakarta.
Bahkan rombongan diperintahkan untuk pulang lebih cepat, karena kegiatan mereka bocor ke publik, dan ramai disorot di media sosial. “Kami membayar biayanya sangat mahal, Rp4.350.000 per kepala sekolah. Sebelumnya Rp4.850.000, yang Rp500 ribu dikembalikan karena rute perjalanan ke Bali dihilangkan. Kepala sekolah yang juga menjadi Plt Kepsek sekolah lain, itu bayarnya dobel,” kata sumber di Disdik Bandar Lampung.
Menurutnya, semua kepala sekolah juga diwajibkan ikut. “Semua di wajibkan. Kalaupun di antaranya ada yang berhalangan tidak bisa ikut karena sesuatu hal, yang bersangkutan harus tetap membayar biaya perjalanannya. Jadi bohong kalo sukarela,” katanya.
Kabar lain menyebutkan, study tour ke luar Kota, ratusan Kepala Sekolah SD dan SMP Negeri di Bandar Lampung itu sembunyi-sembunyi dengan dalih Study Tiru. Unggah di media sosial Selasa 25 Februari 2025, memberikan bocoran demi bocoran hingga Rabu, 26 Februari 2025 siang. Bahkan para kepada sekolah izin kepada guru lainnya ke Malang lantaran ada acara keluarga.
Beberapa postingan lain memperlihatkan keasikan para Kepala Sekolah yang inisiasinya melakukan studi tiru atau studi banding justru sedang mengunjungi masjid bahkan asik bersantap di hotel. “Katanya study banding tapi kok ke masjid aja. Ya Allah nyusahin Kepsek. Ayok warga mau kita sambut ga, ayo kita sambut para kepsek abis liburan berkedok study banding,” ungkap pemilik akun IGnya.
Karena unggahan itu, para Kepala Sekolah dipaksa pulang ke Lampung oleh Kepala Dinas Pendidikan Bandar Lampung Eka Afriana yang belum lama ini tiba di Malang, dan kini sedang dalam perjalanan pulang.
Tanggapan Kabid Dikdas
Menanggapi hal tersebut, Kabid Dikdas Mulyadi Syukri menyebut terkait kepala sekolah SD yang studi tiru ke Malang dan Solo, ke Jogya hanya transit saja. “Ini program mereka dari tahun 2023, yang memang blum terealisasi, baru dilaksanakan sekarang. Biaya murni pribadi kepsek dan tidak semua juga ikut, ada yang tidak ikut, termasuk Ketua K3S, bu Kusrina,” sanggah Mulyadi.
Program 2024
Informasi lain menyebutkan kegiatan Study Tiru Kepala SD di Kota Bandar Lampung tersebut dicanangkan sejak Januari 2024. Rencananya ke Bali, Solo, Malang, dan Jogjakarta. Kemudian awal tahun 2024 itu juga, para kepala sekolah harus sudah melunasi biaya perjalanannya dan diagendakan pada Maret 2024 sudah berangkat. “Satu orang diminta Rp4.850.000. Kalau belum bayar kami ditagih-tagih seperti punya utang,” kata sumber kepada wartawan.
Namun agenda study tiru tersebut tak kunjung terlaksana hingga menimbulkan pertanyaan serta kebingungan di kalangan para kepsek. Apalagi belakangan katanya ada imbauan untuk menabung guna keperluan trip ke Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
“Sampai sekarang, (9 Agustus 2024), belum ada kejelasan soal study tour ke Bali. Kabar terbaru justru ada rencana mau dialihkan ke Palembang. Itu Kadis malah yang ngomong: ’kita ini mau jalan-jalan ke Palembang, harus nabung dari sekarang’,” jelasnya menirukan pengumuman yang mereka dapat.
Sumber lain pun menyampaikan keberatan atas pungutan biaya study tour tersebut. Karena uang sebesar Rp4,85 juta terbilang besar. Lantaran uang tersebut berasal dari kocek pribadi. “Kegiatan tersebut dinilai tidak benar-benar bermanfaat. Urgensinya apa gitu lho,” ujarnya.
Ketua K3S yang juga Kepala SDN 2 Rawalaut Kusrina membenarkan adanya penarikan iuran tersebut. Namun Kusrina menyatakan kegiatan itu sama sekali tidak wajib. “Enggak wajib, hanya yang berkenan,” katanya medio Kamis 8 Agustus 2024 lalu.
Kusrina memastikan tidak seluruh kepala SD di Bandar Lampung ikut dalam kegiatan tersebut. Namun, Kusrina mengaku tidak mengetahui angka pasti jumlah Kepsek yang ikut. “Saya mesti lihat data dulu,” dalihnya.
Kusrina menjelaskan, pihaknya juga telah mengembalikan uang iuran kepada beberapa Kepsek yang kebetulan telah pensiun. Kusrina juga memperbolehkan bagi Kepsek membatalkan keikutsertaan mereka dalam kegiatan tersebut. “Untuk yang memang merasa keberatan ya tidak dipaksakan. Silakan cabut kembali,” ujarnya sambil meyakinkan jika akan mengembalikan uang iuran bagi Kepsek yang membatalkan.
Kusrina menambahkan, beberapa alasan yang menyebabkan jadwal kegiatan tersebut mundur. Diantaranya waktu pelaksanaan bertabrakan dengan jadwal pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta inspektorat. Kemudian ada pula Pemilu.
Ditambah lagi insiden kecelakaan bus study tour yang membawa rombongan sekolah beberapa waktu lalu. “Beberapa pertimbangannya itu. Namun kita akan komunikasikan kembali terkait kepastian keberangkatannya,” katanya. (Red)