Bandarlampung (SL)-Dua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) baru di Lampung, Institute Teknologi Sumatera (ITERA), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Lampung, diduga melanggar rasio dalam penerimaan mahasiswa. Karena dua kampus itu menerima mahasiswa tanpa batas quota, sementara tidak seimbang dengan fasilitas, sarana, dan termasuk rasio dosen.
Dalam peraturan Menristekdikti, terkait rasio dosen PTN terhadap mahasiswa adalah 1:20 untuk eksakta dan, 1:30 untuk ilmu sosial. Karena itu penerimaan mahasiswa harus disesuaikan dengan fasilitas yang dimiliki seperti laboratorium, perpustakaan, dan kapasitas bangunan kampus.
Ketua Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta (ABP PTSI) Lampung, Andi Surya, yang juga anggota DPD RI asal Lampung, mengatakan bahwa pihaknya menerima laporan dari APTISI, APPERTI, dan ABPPTSI, sebagai asosiasi perguruna tinggi swasta. “Saya mendapat laporan dari APTISI, APPERTI dan ABPPTSI yang merupakan asosiasi masyarakat PTS Lampung. Kedua PTN yang baru beroperasi ini patut diduga melanggar kaidah rasio dosen terhadap mahasiswa,” katanya.
Menurut Andi Surya, ribuan mahasiswa baru diserap perguruan tinggi negeri ini. Pertanyaannya apakah PTN ini bisa mengungkap jumlah dosen berbanding mahasiswanya, baik yang baru maupun angkatan lama?. “Logika saya karena ini PTN dibiayai negara, ada hasrat kuat dari Pimpinan PTN ini untuk memperbanyak jumlah mahasiswa dalam rangka menarik anggaran APBN masuk ke kampus,” katanya.
Padahal, jelas Andi Surya, keberadaan PTN-PTN seperti ini seharusnya lebih mengarah kepada upaya menciptakan kualitas bukan dengan cara memperbanyak mahasiswa baru seperti perilaku pukat harimau. Sebagai contoh, lanjut Andi Surya, UIN Raden Intan menerima 6.700 mahasiswa baru, dengan rasio 1:30 ilmu sosial.
“Untuk mahasiwa baru saja UIN Lampung wajib menyediakan dosen 225 dosen baru. Demikian pula untuk ITERA yang informasinya menerima 2.500 mahasiswa baru, dengan rasio 1:20 ilmu eksakta ITERA harus menyiapkan 125 dosen untuk mahasiswa barunya,” ujar Andi Surya.
Saat ini, Lanjut Andi Surya, mahasiswa angkatan lama UIN sejumlah 21.000 orang. Dengan demikian jika dijumlahkan dengan kebutuhan mahasiswa baru UIN memerlukan 925 dosen. Sementara ITERA dengan jumlah mahasiswa angkatan sebelumnya yang berjumlah 3.500 orang maka bersama mahasiswa baru diperlukan 400 dosen. “Dengan posisi ITERA dan UIN sama-sama perguruan tinggi baru, saya menduga rasio dosen ini belum dapat terpenuhi,” ungkap Andi Surya.
Jika ini tidak ditertibkan akan berakibat pada kualitas buruk dari produk ITERA dan UIN, yaitu sarjana-sarjana yang diragukan kapasistas dan kompetensinya. Dirinya akan mengusul Kemenristekdikti melalui L2 DIKTI dan Ditjen Dikti untuk mengaudit kedua PTN ini.
Andi Surya meminta kementerian melakukan audit terhadap dua kampus tersebut. “Jika audit tidak dilakukan akan mengakibatkan terjadinya penurunan dan buruknya kualitas keluaran PTN-PTN. Ini yang pada akhirnya akan menyebabkan kerugian orangtua maupun mahasiswa. Selain itu tentu secara umum akan mengganggu kualitas SDM Lampung. Dan bisa jadi anggaran negara yang masuk ke PTN ini menjadi tidak efektif alias sia-sia,” katanya. (lts/nt/jun)