Kategori: Politik

  • BK DPRD Lampung Periksa Ririn Kuswantari

    BK DPRD Lampung Periksa Ririn Kuswantari

    Bandarlampung (SL) – Badan Kehormatan (BK) DPRD Lampung memeriksa ketua Komisi I DPRD Lampung, Ririn Kuswantari pada Senin (29/10).

    Pemeriksaan yang berlangsung sekitar dua jam ini untuk menindaklanjuti persoalan pemalsuan tandatangan wakil ketua DPRD Lampung Johan Sulaiman.

    Saat diwawancarai media usai diperiksa BK sekitar pukul 11.50 WIB, Ririn mengaku telah menjelaskan kronologi sebenarnya terkait polemik pemalsuan tanda tangan Johan Sulaiman kepada majelis BK.

    “Saya sudah jelaskan dengan sebenar-benarnya ke Majelis Badan Kehormatan dan sama seperti konferensi pers waktu itu,” katanya Ririn, Senin (29/10).

    Saat disinggung terkait materi pemeriksaan dan berapa pertanyaan, sekretaris fraksi partai Golkar Lampung ini mengaku bahwa BK hanya melakukan pendalaman untuk mengetahui oknum yang melakukan scan tanda tangan tersebut.

    Ia menceritakan bahwa dirinya tidak pernah memerintahkan kepada siapapun untuk melakukan scan tersebut.

    “Saya sudah sampaikan kepada majelis, jika saya tidak mengetahui terkait hal itu dan saya tidak pernah memerintah kepada siapapun untuk melakukan scan tandatangan itu,” tegas Ririn.

    Ia berharap pimpinan DPRD Lampung dapat memberikan keputusan yang terbaik. (fajarsumatera.co)

  • KPU Lampung Dinilai Tidak Profesional Terkait APK yang Molor

    KPU Lampung Dinilai Tidak Profesional Terkait APK yang Molor

    Bandarlampung (SL) – Sudah sebulan lebih masa kampanye dilalui, namun alat peraga kampanye (APK) yang difasiitasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak kunjung selesai. Lambannya proses pencetakan tersebut disayangkan oleh peserta pemilu.

    Wakil Sektretaris DPD Partai Garuda Provinsi Lampung, Neng Ida Ningsih mengatakan bahwa keterlambatan APK oleh KPU jelas merugikan partai. Hal ini menyebabkan kerja kampanye dan sosialisasi menjadi terhambat. Terlebih partainya merupakan pendatang baru pada Pemilu 17 April 2019 mendatang.

    “KPU harus profesional dong, sesuai aturan. Bagaimana parpol mau melakukan sosialisasi dan kampanye jika APK belum tersedia oleh KPU,” kata Neng Ida, Sabtu (27/10/2018).

    Kemudian ia berpendapat bahwa keterlambatan APK sangat merugikan parpol baru dan menguntungkan partai lama atau petahana yang sudah dikenal oleh masyarakat. Akibat dari terlambatnya APK dan Bahan Sosialisasi membuat pesta demokrasi kurang meriah dan dimungkinkan keterlibatan rakyat akan menurun.

    “Padahal pemilu adalah pesta demokrasi untuk rakyat. Keterlibatan rakyatlah yang harus menjadi perhatian. Keterlambatan APK terjadi dimana-mana ini menunjukan KPU tidak siap dan tidak profesional,” tutup perempuan yang mencalonkan diri di Kota Bandarlampung Dapil 5 ini.

    Sebelumnya Komisioner KPU Provinsi Lampung Divisi Perencanaan dan Logistik, Erwan Bustami mengatakan pihaknya melakukan pengadaan untuk alat peraga kampanye (APK) untuk peserta pemilu. Saat ini masih berproses, untuk target selesai pada bulan November ini.

    “Target kita pada bulan November ini APK sudah terdistribusi kepada peserta pemilu,” katanya. (Lampost)

  • NU Kampanyekan Jokowi-Ma’ruf, Melanggar Khitthah

    NU Kampanyekan Jokowi-Ma’ruf, Melanggar Khitthah

    Jakarta (SL)-Para dzurriyah muassis (anak cucu pendiri) Nahdlatul Ulama (NU) mulai meradang. Penyebabnya politisasi organisasi NU semakin hari semakin masif. Apalagi ada yang secara terbuka mengkampanyekan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin untuk dipilih dalam Pilpres mendatang.

    Ketua NU Garis Lurus, KH Luthfi Bashori Alwi mengatakan, NU yang ada saat ini telah banyak menyimpang, terutama di tingkat struktural. Mereka secara terang-terangan berdakwah dan menyeru mendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.

    “Ini sudah melanggar AD/ART NU, apalagi berdakwah menggunakan fasilitas PBNU. Mereka sudah keluar dari khitthah NU,” jawab Luthfi Bashori kepada Nusantara.News, Rabu (24/10/2018).

    Itulah yang melatarbelakangi digelarnya halaqah nahdliyah khitthah di Dalem Kasepuhan, PP Tebuireng, Jombang, Rabu (24/10/2018). Tujuannya, mengembalikan NU pada jalan yang benar. Jalan yang bersih dari kepentingan politik praktis. NU jangan sampai jadi alat untuk merebut kekuasaan seperti yang saat ini terang-terangan dilakukan elite NU di tingkat struktural.

    Hadir dalam halaqah nahdliyah khitthah KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) sebagai sohibul bait dan KH Hasib A Wahab Chasbullah (Gus Hasib) dari PP Tambakberas. Hadir juga KH Agus Solachul A’am Wahib Wahab (Gus A’am), Gus Rozaq, KH A Wachid Muin, KH Muhammad Najih Maimoen dari Sarang, KH Abdul Zaini dari Pasuruan dan KH Abdul Hamid dari Lasem.

    Ada pula KH Abdullah Muchid Pendiri IPIM (Ikatan Persaudaraan Imam Masjid Seluruh Indonesia), Prof Dr KH Ahmad Zahro, MA al-Chafidh Ketua IPIM, Drs H Choirul Anam, cucu menantu dari KH Achmad Dahlan (Pendiri Taswirul Afkar Kebondalem, Surabaya), Prof Nasihin Hasan, Prof Aminuddin Kasdi, KH Muhammad Idrus Ramli (Jember), KH Luthfi Bashori Alwi (Malang), Gus Ahmad Muzammil (Yogyakarta), Gus Mukhlas Syarkun, dan lain-lain. Sedikitnya ada sekitar 50 orang dari tokoh-tokoh NU baik kultural maupun struktural.

    Disampaikan juru bicara halaqah, Choirul Anam atau Cak Anam, Rabu (24/10/2018), ada tiga keputusan penting yang diambil dari halaqah nahdliyah khitthah untuk kemudian disampaikan kepada warga NU, termasuk bagaimana menghadapi Pilpres 2019.

    Pertama, anak cucu pendiri NU perlu menegaskan dan mengingatkan kembali, bahwa NU harus berdiri tegak di atas khitthah 1926.

    Kedua, NU tidak ada urusan dengan partai politik mana pun, dan tidak berpihak kepada siapa pun (Capres Cawapres), termasuk dalam Pilpres 2019.

    Ketiga, NU memberikan kebebasan kepada warganya untuk menyalurkan aspirasi politiknya (memilih Capres Cawapres) sesuai hati nurani yang tercantum dalam sembilan butir Pedoman Berpolitik Warga NU.

    Menurut Cak Anam, perlunya kembali ke khitthah NU 1926 dikarenakan sudah banyak pelanggaran yang dilakukan secara terang-terangan atas khittah yang digulirkan pada Muktamar ke-27 NU 1983 di Situbondo. Termasuk bagaimana Pengurus Besar NU (PBNU) yang sudah terperosok ke dalam politik praktis kekuasaan.

    “Ini menjadi pertimbangan dibentuknya Komite Khitthah, dan akan terus berlanjut sampai NU benar-benar kembali ke khitthah 1926 sebagaimana diputuskan para masyayikh terdahulu,” terang Cak Anam.

    Terkait dengan majunya KH Ma’ruf Amin yang merupakan mantan Rais Aam PBNU sebagai Cawapres mendampingi Cawapres Joko Widodo, menurut Cak Anam tidak ada keharusan bagi warga Nahdiyin untuk mendukungnya. Pasalnya, majunya Ma’ruf Amin tersebut merupakan keputusan pribadi bukan keputusan NU.

    “Warga NU perlu tahu, bahwa itu bukan keputusan NU, karena tidak ada sejarahnya Rais Aam PBNU kemudian ‘putar haluan’ melepas baiat untuk menjadi Cawapres,” pungkasnya.

    NU terlibat politik praktis tidak wajib ditaati

    Khitthah NU 1926 selama ini memang menjadi landasan berpikir, bersikap, dan bertindak warga NU yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap pengambilan keputusan.

    Banyaknya pelanggaran di tubuh NU belakangan ini, baik di tingkat struktural maupun kultural, membuat anak cucu pendiri NU menyerukan ke khittah 1926.

    Ketua NU Garis Lurus, KH Luthfi Bashori Alwi  mendukung halaqah nahdliyah khitthah yang telah menyepakati tiga poin. Menurut dia, keputusan tersebut harus benar-benar ditegakkan oleh warga NU. “Kita harus kembali ke khitthah NU 1926, tidak bisa tidak,” jelasnya.

    Luthfi Bashori membeberkan tujuh poin hasil diskusi dengan Komunitas Garis Lurus terkait NU kembali ke khitthah.

    Pertama, sudah banyak pengikut aliran atau paham atau perilaku sesat yang ternyata dilindungi oleh PBNU, seperti kasus Ahok penghina Almaidah-51. Di saat ia mendapat perlawanan dari umat Islam, ternyata hanya PBNU yang membela Ahok. “Di sini kami merasa prihatin,” tegas  Luthfi Bashori.

    Tidak hanya kasus Ahok, PBNU selama ini juga selalu nyinyir kepada masyarakat terutama umat Islam terkait keberadaan aliran sesat liberalisme yang tumbuh subur di kalangan pengurus NU. Seperti keberadaan aliran Syiah di Indonesia. Syiah di era Said Aqil Siradj (SAS) malah mendapat dukungan dukungan dari PBNU.

    Padahal di jaman KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU), visi dan misi PBNU adalah memberantas aliran sesat, sedangkan saat ini terkesan menjadi pelindung aliran sesat.

    Kedua, Gerakan NU Khitthah menerbitkan ulang secara resmi tulisan Qonun Asasi NU (Arab & terjemahan), serta Risalah Aswaja karya Mbah Hasyim (Arab & terjemahan) untuk menghindari banyaknya upaya pemalsuan yang dilakukan oleh tangan-tangan liberal. Selama ini mereka sengaja dan berambisi ingin membelokkan dari makna yang sesungguhnya, hingga warga NU menjauh dari ajaran asli para pendiri NU.

    Ketiga, mengajak warga NU agar kembali ke Khitthah Aqidah Aswaja sesuai ajaran para ulama salaf dan tidak tergiur dengan pemikiran-pemikiran baru yang bertentangan dengan ajaran para pendiri NU, di samping berupaya mengembalikan visi dan misi keorganisasian NU kepada Khitthah 1926.

    Keempat, Memohon kepada para ulama sesepuh NU untuk bersedia menata ulang eksistensi Banom NU, seperti aktifitas Banser yang sering menjaga gereja. Pasalnya bukan seperti itu Banser dibentuk.

    Termasuk, kasus terbaru dan menjadi sorotan dunia Islam, anggota Banser membakar bendera berkalimat tauhid hingga umat Islam marah bahkan warga negara Suriah, Presiden Turki Erdogan, dan lain-lain ikut mengecam aksi pembakaran tersebut. Sementara pimpinan Ansor serta beberapa tokoh Struktur NU malah mencari pembenaran atas ulahnya.

    Hal ini membuat masyarakat awam bertanya-tanya, apakah tidak ada sesepuh NU yang berani mengingatkan mereka. NU Seperti dibuat ‘mainan’.

    Kelima, gerakan PKPNU (Pendidikan Kader Pergerakan NU) membuat prihatin, sebab hanya dijadikan sebagai alat liberalisasi dan politisasi pemikiran tokoh/kader muda NU.

    Keenam, hendaklah NU memfasilitasi dan merangkul mayoritas para alumni Timur Tengah (Makkah, Madinah, Yaman, Mesir, Maroko, dan lain-lain) yang  beraqidah dan berpaham masih lurus sesuai ajaran KH Hasyim Asy’ari, karena KH Hasyim Asy’ari juga alumni Timur Tengah yang beraqidah lurus.

    Mereka itu hakikatnya adalah aset NU, namun selama ini tidak diwadahi oleh pengurus NU secara baik dan benar. Karena itu mereka kemudian bergerak sendiri-sendiri, sekalipun mereka itu berasal dari keturunan tokoh-tokoh NU.

    Ketujuh, poin terakhir ini sesuai dengan hasil musyawarah intern para aktifis Komunitas Garis Lurus yang telah bersepakat pada Pilpres 2019 akan mendukung pasangan Prabowo-Sandi.

    Khusus poin terakhirnya ini, Luthfi Bashori menyebut pihaknya tidak melanggar AD/ART NU. Mengapa demikian, karena tidak disampaikan dalam bentuk dakwah dengan menggunakan fasilitas PBNU.

    “Ini adalah uneg-uneg Komunitas Garis Lurus, ide teman-teman soal pemimpin. Tidak mewakili NU. Tidak menggunakan fasilitas PBNU. Saya yang bertanggungjawab. Ini sebagai pembanding dengan yang disampaikan elite NU di struktural. Tidak ada pelanggaran AD/ART,” sindir Luthfi Bashori.

    Harapan Luthfi Bashori, dengan NU kembali ke khitthah, masyarakat kini tidak perlu takut untuk memilih calon yang berbeda.

    “Selama PBNU menganjurkan hal yang salah untuk memilih calon pemimpin, itu sudah melanggar AD/ART. Dan warga NU tidak wajib untuk mentaatinya. Ini juga berlaku bagi PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) agar tidak menyeret-nyeret warga NU ke ranah politik praktis” tegasnya.

    Seruan kembali ke khitthah NU 1926

    Seruan NU kembali ke khitthah sebenarnya pernah muncul pada tahun 1971. Kala itu Ketua Umum PBNU KH Muhammad Dahlan menilai langkah tersebut sebagai sebuah kemunduran secara historis. Pendapat Kiai Muhammad Dahlan itu coba ditengahi oleh Rais Aam KH Abdul Wahab Chasbullah bahwa kembali ke khittah berarti kembali pada semangat perjuangan 1926, saat awal NU didirikan, bukan kembali secara harfiah.

    NU sendiri pada 1952 memutuskan menjadi partai. Hal ini turut mendegradasi peran dan perjuangan luhur organisasi karena fokus lebih ke arah politik praktis. Dalam prosesnya, keputusan menjadi partai juga memicu silang pendapat karena setelah menjadi partai pada 1952 juga banyak dari kalangan kiai yang mengusulkan kembali ke khitthah.

    Namun demikian, seruan kembali ke khitthah tahun 1971 sempat terhenti. Gema seruan kembali muncul pada tahun 1979 ketika diselenggarakan Muktamar  ke-26 NU di Semarang, Jawa Tengah.

    Seperti seruan sebelumnya, usulan untuk kembali menjadi jami’iyah diniyyah ijtima’iyah dalam Muktamar tersebut juga terhenti. Apalagi NU sedang giat-giatnya memperjuangkan aspirasi rakyat dari represi Orde Baru lewat PPP. Namun pada praktiknya, kelompok kritis dari kalangan NU mengalami penggusuran sehingga menurunkan kadar perjuangan dari partai tersebut.

    Dilansir nu.or.id, misi kembali ke khitthah kembali nyaring ketika para ulama berkeliling mengonsolidasikan NU. Bersamaan dengan langkah para kiai tersebut, KH Achmad Siddiq menyusun tulisan komprehensif yang berisi tentang pokok-pokok pikiran tentang pemulihan Khittah NU 1926. Tulisan ini dirembug secara terbatas dengan para ulama sepuh di kediaman KH Masykur di Jakarta.

    Naskah yang ditulis oleh KH Achmad Siddiq itu mendapat sambutan dan penghargaan luar biasa karena menjadi konsep dasar kembali ke khitthah saat diselenggarakannya Munas NU tahun 1983 di Situbondo, Jawa Timur.

    Setahun sebelumnya digelarnya Muktamar ke-27 NU di tempat yang sama, Pesantren Salafiyah Sayafi’iyah Situbondo. Kemudian naskah ini menjadi dokumen resmi Munas sebagai dasar merumuskan Khitthah Nahdliyah.

    KH Achmad Siddiq menegaskan bahwa Khitthah NU tidak dirumuskan berdasarkan teori yang ada, tetapi berdasarkan pengalaman yang sudah berjalan di NU selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Tujuan kembali ke khitthah juga selain mengembalikan organisasi pada rel awal pendirian organisasi, kepentingan bangsa dalam setiap keputusan organisasi juga dijunjung tinggi karena pokok pikiran dalam rumusan khittah memuat unsur keagamaan, sosial-kemasyarakatan, kebangsaan, kepemimpinan ulama, dan keindonesiaan.

    Naskah Khitthah Nahdliyah KH Achmad Siddiq kemudian dioperasionalkan dan merumuskan perangkat kelembagaan yang dilakukan oleh para aktivis NU di antaranya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus).

    Bersama para aktivis lain macam H Mahbub Djunaidi, Fahmi D. Saifuddin, dan lain-lain, Gus Dur dan Gus Mus juga merumuskan naskah hubungan Islam dengan Pancasila pada momen Munas NU 1983 di Situbondo itu yang bersumber dari pemikiran dan pandangan KH Achmad Siddiq dan para kiai sepuh lain.

    Menurut kesaksian Gus Mus, gagasan kembali ke khitthah 1926 baru bisa diputuskan berkat pikiran-pikiran brilian sekaligus pribadi-pribadi bersih penuh kharisma dari kedua tokoh besar, KH Achmad Siddiq dan Gus Dur.

    Pandangan kebangsaan kedua tokoh tersebut dan didukung oleh para kiai lain sehingga mampu membawa NU ke rel yang sesungguhnya. Bagi NU yang sudah kembali menjadi organisasi sosial keagamaan dan kemasyarakatan ini, politik hanya instrumen mencapai tujuan kemaslahatan bangsa dan negara. Adapun politik yang dipraktikkan NU secara struktural adalah politik kebangsaan, politik keumatan, politik kerakyatan, dan politik yang penuh dengan etika, bukan politik praktis yang berorientasi kekuasaan semata dengan menghalalkan semua cara.

    Kini seruan kembali ke khitthah NU 1926 dimunculkan lagi. Kali ini seruan disampaikan anak cucu pendiri NU yang melihat banyak kepentingan umat telah dibawa melenceng oleh para elite NU menuju politik kekuasaan. (nusantaranews)

  • Perihal Videotron, Bawaslu  DKI Putuskan Jokowi-Ma’ruf Langgar Kampanye

    Perihal Videotron, Bawaslu DKI Putuskan Jokowi-Ma’ruf Langgar Kampanye

    Jakarta (SL) – Bawaslu DKI akhirnya menggelar sidang putusan dugaan pelanggaran kampanye pasangan capres Jokowi Widodo-Ma’ruf Amin, terkait pemasangan iklan kampanye videotron di berbagai titik di Jakarta.
    Hasilnya, Bawaslu DKI memutuskan videtron itu melanggar aturan karena dipasang di tempat-tempat yang dilarang dalam Keputusan KPU Nomor 175 tentang Lokasi Pemasangan Alat Peraga Kampanye di 23 titik.
    “Menerima laporan pelapor untuk sebagian dan menolak selebihnya,” ucap Ketua Majelis Puadi dalam sidang di kantor Bawaslu DKI, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (26/10).
    Sidang putusan penanganan pelanggaran administrasi Pemilu di Kantor Bawaslu DKI Jakarta, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/10)
    “Menyatakan pemasangan alat peraga kampenye berupa videotron yang memuat pasangan nomor urut 1 di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Taman Tugu Tani Jakarta Pusat, Jalan Menteng Raya Jakarta Pusat, Jalan Gunung Sahari Jakarta Pusat, berada di tempat yang dilarang sebagai tertuang dalam SK KPU Nomor 175,” paparnya.
    Videotron Jokowi-Ma’ruf Amin di Jl MH Thamrin, Jakarta. (Foto: Dok. Sahroni)
    Lantaran pelanggaran administrasi, tidak ada sanksi yang dijatuhkan untuk pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf. Namun, memerintahkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta untuk menghentikan iklan itu.
    “Serta mengingatkan pemilik videotron untuk tidak menayangkan kembali materi kampanye pemilu di lokasi yang dilarang sesuai SK KPU 175,” pungkasnya.
    Kasus ini bergulir di Bawaslu DKI setelah dilaporkan seorang warga bernama Sahroni. Dia mendapati banyak sekali videtron Jokowi-Ma’ruf di Jakarta. Bersama temannya, dia menyusuri jalan dari Istana sampai Blok M lalu Slipi dan mendapati ada 15 videotron. Sebanyak 8 di antaranya dilaporkan ke Bawaslu DKI disertai bukti.
    “Menurut ketentuan surat keputusan KPU nomor 175 itu ada larangan terhadap pemasangan di 23 titik jalan protokoler dan 4 tempat yang dilarang,” kata Sahroni di kantor Bawaslu DKI, Jakarta Utara, Selasa (16/10).
    Dalam persidangan, KPU menyatakan videotron itu melanggar aturan. Sementara tim Jokowi-Ma’ruf yang hadir sejak sidang pertama, tidak bisa mengikuti jalannya sidang karena tak mengantongi surat kuasa dari Jokowi-Ma’ruf. (Kumparan)
  • Sandiaga : Saatnya Santri Jihad Ekonomi Untuk  Kesejahteraan Bangsa

    Sandiaga : Saatnya Santri Jihad Ekonomi Untuk Kesejahteraan Bangsa

    Surabaya (SL) – Calon Wakil Pesiden Nomor Urut 02, Sandiaga Uno mengatakan momen Hari Santri Nasional (HSN) adalah waktu yang tepat untuk menggelorakan “Jihad Ekonomi” sebab hingga saat ini pembangunan di Indonesia masih banyak ditemukan kesenjangan sehingga kita tak bisa mandiri di rumah sendiri.

    “Pembangunan yang dilakukan pemerintahan saat ini sudah cukup baik tapi belum merata, sehingga masalah ekonomi akan menjadi fokus Prabowo-Sandi dalam membangun bangsa Indonesia ke depan,” ujar Sandiaga Uno disela peresmian Rumah Pemenangan Prabowo-Sandi Jawa Timur di Jalan Gayungsari Timur Surabaya, Senin (22/10/2018).

    Semangat patriotisme ulama dan santri dalam upaya mempertahankan kemerdekaan RI melalui maklumat Resolusi Jihad yagng dicetuskan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, kata Sandi haruslah dilestarikan dan ditiru oleh generasi santri dan ulama jaman sekarang.

    “Santri adalah penebar manfaat sesuai konsep Islam Rahmatan Lil Alamin. Karena itu untuk jihad ekonomi para santri harus bisa menjadi santriprenure sehingga bisa membangun kemandirian ekonomi bangsa,” harap mantan Wagub DKI Jakarta ini.

    Ia juga bersyukur karena Barisan Kiai dan Santri Nahdliyinl (BKSN) Prabowo-Sandi yang dimotori para kiai dan santri dari Jatim telah mendeklarsikan untuk mendukung pasangan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019 mendatang. “Dengan dukungan para ulama san santri NU di Jatim ini, saya semakin optimis untuk bekerja dan memenangkan Pilpres 2019 bersama Pak Prabowo,” dalih Sandiaga Uno.

    Secara khusus Sandi juga mengapresiasi rumah pemenangan Prabowo-Sandi Jatim yang dinilai sangat representatif dan luar biasa sehingga bisa menampung semua relawan yang sudah bergerak di akar rumput.

    “Target suara itu urusan tim pemenangan yang bekerja tapi saya yang penting bekerja dengan ikhlas mau memperbaiki ekonomi bangsa. Allah yang berhak atas siapa yang dikehendaki memmimpin bangsa ini karena itu saya bekerja dengan ikhlas demi perbaikan Jatim dan Nasional,” imbuhnya.

    Sementara itu KH Hasyib Wahab Hasbullah salah satu pemangku Ponpes Tambak Beras Jombang mengatakan bahwa para kiai, ulama dan santri NU tetap akan selalu menjaga Khittah NU 1926 sehingga pihaknya tidak membawa nama organisasi dalam memberikan dukungan kepada Prabowo-Sandi di Pilpres mendatang.

    “Hidup Pak Sandi Insya Allah mari kita doakan semoga Pak Prabowo-Sandi menjadi Presiden dan Wakil Presiden mendatang,” ujar Gus Hasyib disambut teriakan amin dari ratusan relawan yang hadir memenuhi lapangan rumah pemenangan Prabowo-Sandi Jatim.

    Masih di tempat yang sama, juru bicara BKSN Jatim yang ditunjuk membacakan deklarasi mengatakan bahwa Pilpres 2019 merupakan pesta demokrasi rakyat yang berlangsung bebas, jujur dan adil dalam suasana aman, tentram dan damai sehingga di Pilpres nanti bisa memilih kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang berkualitas, cerdas, tegas dan amanah dalam mengemban amanah rakyatnya.

    Selain itu mampu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

    Bahwa Indonesia adalah negara yang termasuk berpeduduk besar nomor empat di dunia dan terkaya keenam di planet bumi. Karena tumpah darah subur, penuh dengan kekayaan alam yang lebih dari cukup untuk mensejahterakan warganya. Hamparan laut yang terbentang luas penuh sumberdaya nabati dan mineral sehingga dapat mengangkat harkat dan martabat kehidupan.

    Maka dari itu kami sebagai warga nahdliyin dari unsur kiai dan santri yang menyadari sepenuhnya bahwa NU berdiri diatas khittah 1926 tidak memihak pada capres-cawapres tertentu dan telah pula memberikan kebebasan kepada warga NU sebagai warga bangsa untuk bersama-sama mendukung dan memilih capres dan cawapres yang berkemampuan mensejahterakan rakyat, mengembalikan kedaulatan negara dan bangsa terutama kedaulatan ekonomi guna meningkatkan taraf hidup rakyat lebih sejahtera, adil dan makmur.

    “Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim hari ini snin 22 Oktoner 2018 dengan semangat Resolusi Jihad NU kami deklarasikan Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin (BKSN) untuk mendukung Capres-Cawapres Prabowo-Sandi. Marilah kita memohon kepada pemilik kekuasaan Allah SWT supaya berkenan memberikan kekuasaan kepada Prabowo-Sandi sebagai presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2019,” pungkasnya.

    Kegiatan deklarasi BKSN ditutup dengan doa yang dipimpin langsung oleh putra KH Maimoen Zubair Sarang Rembang, KH Najib Maimun. Sedangkan peresmian rumah pemenangan Prabowo-Sandi ditandai dengan pemotongan kembang dan tumpeng oleh Cawapres Sandiaga Uno. Turut meramaikan jamaah ISHARI yang dipimpin langsung Gus Mahmud dari Mojoagung Jombang. (sabdanews)

  • Sandiaga Uno Sapa Para Pedagang  di Pasar Salatiga

    Sandiaga Uno Sapa Para Pedagang di Pasar Salatiga

    Salatiga (SL) – Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahudin Uno melanjutkan perjalanan menyerap aspirasi di Jawa Tengah. Usai dari Bawen, mantan wakil gubermur DKI ini menyapa para pedagang pasar di Pasar Raya Salatiga, Rabu (24/10/2018).

    Setelah menyapa para pedagang pasar, Sandi naik becak untuk sarapan bersama ratusan para pedagang di sana. Bukannya capek hingga naik becak, tapi karena tukang becaknya mengaku dari pagi belum ada sewa.

    Calon Wakil Presiden 2019, Sandiaga Uno saat menyapa para pedagang pasar di Pasar Raya Salatiga, Rabu (24/10/2018).
    Calon Wakil Presiden 2019, Sandiaga Uno saat menyapa para pedagang pasar
    di Pasar Raya Salatiga, Rabu (24/10/2018).

    “Jadi karena tukang becaknya menawarkan diri mengantar saya ke tempat kumpul warga di pasar ini, ya saya numpang becaknya,” kata Sandi yang naik becak bersama  Walikota Salatiga yang juga ketua DPC Gerindra Yulianto.

    Sesampainya di lokasi temu warga, sudah disiapkan hidangan khas Salatiga Sambal Tumpang dan  Kikil. “Siapa nih yang masak,?” Tanya Sandi. Ibu berbaju merah dengan semangat mengacungkan jari. “Saya yang masak semua pak,” kata Jamilah semangat. Spontan Sandi memberikan untaian melati miliknya kepada Jamilah. Dan ibu sederhana ini berteriak kegirangan.

    Setelah berkeliling, Sandi mengaku semuanya ingin sembako murah, dan banyak orang berkunjung ke pasar tradisional.

    “Jadi saya harapkan disetiap wilayah di Indonesia ada pasar-pasar unggulan, supaya bisa menjadi penggerak ekonomi rakyat,” ucap Sandi.

    “Prabowo-Sandi akan mendorong ekonomi rakyat, mengambil alih kendali ekonomi. Kita akan mengubah cara kita mengelola ekonomi, kita perbaiki cara pengelolaannya sehingga lebih berpihak kepada masyarakat, pada ekonomi akar rumput,” tambahnya.

    Di pasar Sandi  sempat membeli penganan khas Salatiga, gula kacang. “Tapi yang paling enak ya sambel Tumpang dan kikilnya. Ibu Jamilah memang top,” katanya. (2019gantipresiden)

  • Rompi Jeans ala Anak Vespa Jadi Kostum Kubu Prabowo – Sandiaga

    Rompi Jeans ala Anak Vespa Jadi Kostum Kubu Prabowo – Sandiaga

    Jakarta (SL) – Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) kubu Prabowo Subianto – Sandiaga Uno mulai memamerkan kostum baru mereka.

    Seusai konferensi pers tentang dana kampanye Prabowo – Sandiaga sore tadi di rumah pemenangan, Jalan Sriwijaya 1, Jakarta Selatan, Selasa, 23 Oktober 2018, koordinator BPN, Dahnil Anzar Simanjuntak, tampak mengenakan rompi jeans ala kelompok penggemar Vespa.

    Rompi itu masih terlihat gres. Garis lipatannya pun masih tampak jelas. Dahnil baru melucuti rompi tersebut dari plastik pembungkusnya sebelum dikenakan. “Ini nanti mau kami pakai untuk fun racing,” kata Dahnil kepada Tempo di Jakarta, Selasa, 23 Oktober.

    Ide desain rompi itu dari Dahnil. Dahnil mengatakan kerap mengenakan rompi ala anak Vespa saat bertemu dengan Prabowo. Usut punya usut, Prabowo tampak suka. Ia pun meminta Dahnil membuatkannya rompi semacam itu untuk kampanye.

    Rompi ini memiliki beberapa simbol yang melambangkan Koalisi Adil Makmur. Pada bagian depan tampak bendera merah-putih dengan tulisan Indonesia Adil Makmur. Sedangkan di sisi lainnya terpasang emblem angka 02 dengan tulisan Prabowo – Sandi.

    Di bagian belakang rompi, tampak gambar burung garuda, tulisan calon presiden dan wakil presiden, serta angka 02.

    Menurut Dahnil, rompi itu langsung dikenakan Prabowo dan Sandiaga. Mereka pun berfoto bersama Dahnil mengenakan rompi itu. Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said yang ada di rumah Prabowo juga kebagian rompi yang sama.

    Menurut Dahnil, rompi anyar kubu pasangan Calon Presiden Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno ini nanti akan diproduksi kembali dan bakal dijual. “Kami jual online nanti,” ujarnya. Tiap item rompibakal dibanderol Rp 250 ribu. (2019gantipresiden)

  • KPU Lampung Diskusi Terbatas Soal Peran Pers Dalam Pemilu 2019

    KPU Lampung Diskusi Terbatas Soal Peran Pers Dalam Pemilu 2019

    Bandar Lampung, (SL)-KPU provinsi Lampung menggelar diskusi bertajuk peran pers dalam penyelenggaraan Pemilu 2019 yg berlangsung di RM Kampung Bambu Bandar Lampung, Kamis, (25/10/2018). Diskusi yang dihadiri wartawan tersebut dimaksudkan untuk menjadikan media sebagai corong atau wadah menyampaikan setiap informasi dan tahapan penyelenggaraan pemilu 2019 agar seluruh masyarakat bisa terpapar isu-isu mengenai kepemiluan.

    Dalam paparan, anggota KPU Lampung divisi sosialisasi, pendidikan pemilih dan partisipasi masyarakat, Antoniyus, mengatakan bahwa tahapan pemilu sudah berjalan dan kini masuk masa kampanye yang telah dimulai sejak 23 september 2018 hingga 13 april 2019 mendatang. Menurutnya tidak semua metode kampanye bisa dilakuan selama lebih kurang 6 bulan masa kampanye tersebut yakni metode kampanye Rapat Umum dan Iklan di media massa atau media cetak yang nanti akan dilaksanakan selama 21 hari yakni sejak 24 maret hingga 13 April 2019 mendatang.

    ” Jadi saat ini belum boleh beriklan di media masa cetak maupun elektronik serta kampanye di Rapat Umum, kalau dilakukan maka itu bentuk pelanggaran dan tentu ada sanksinya,” ucapnya.

    Selanjutnya Antoniyus menyampaikan bahwa KPU terus melakukan sosialisasi dan pendidikan politik kepada masyarakat dengan berbagai cara seperti pendidikan pemilih ke basis keluarga hingga menyasar wilayah rawan bencana, ke kelompok muda dan mahasiswa serta kaum disabilitas. “Kami berusaha melakukan pendidikan pemilih kepada masyarakat termasuk ke wilayah2 pelosok atau susah dijangkau” ungkap antoniyus.

    Menurutnya masyarakat di wilayah pelosok sangat jarang menerima informasi seputar kepemiluan. ” ya, masih banyak masyarakat yg belum tau kapan pemilu dilaksanakan, berapa jumlah surat suara yang akan di coblos dll, karena itu penting bagi KPU disemua jenjang untuk menyasar masyarakat seperti ini” ujarnya.

    Menyinggung soal kampanye di media sosial, antoniyus mengatakan bahwa boleh saja berkampanye di medsos asalkan mendaftarkan akun yang akan digunakan kepada KPU. ” peserta pemilu boleh mendaftarkan maksimal 10 akun setiap aplikasi untuk kampanye di medsos, namun hingga saat ini masih ada peserta yg tdak mendaftarkan akunnya”,.

    Media sosial memang sarana yg efektif dan murah untuk berkampanye namun harus hati-hati jangan sampai melakukan penyebaran berita bohong atau hoaks, fitnah, kampanye hitam ataupun menghina orang lain tambah Antoniyus.
    Soal kerawanan pemilu. Lampung memang masuk kategori rawan menurut penilaian bawaslu karena itu kami mencoba mengantisipasinya dengan melakukan kamoanye deklarasi damai dengan peserta pemilu hingga ke kabupaten bahkan sampai di kecamatan. (Wagiman)

  • OTT, Dan Kader “Banteng Lagi”

    OTT, Dan Kader “Banteng Lagi”

    Bandarlampung (SL)-Lagi-lagi kader PDIP kena Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK. Kali ini giliran Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi Sastra yang diduga terlibat praktik jual beli jabatan. Jika terus begini, bisa-bisa OTT identik dengan PDIP.

    Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira menyayangkan ada kembali kader PDIP tersangkut kasus hukum di KPK, apalagi terjadi menjelang Pemilu 2019. Padahal, partainya selalu mengingatkan kadernya untuk menjauhi hal hal tersebut.

    “Akan tetapi itu tanggung jawab masing-masing. Partai tak pernah menginstruksikan orang melakukan korupsi sehingga ketika terjadi peristiwa itu tanggung jawab masing masing dan risiko pejabat publik,” kata anggota Komisi I DPR tersebut di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/10).

    Bupati Cirebon yang juga kader PDIP, Sunjaya Purwadisastra langsung diberhentikan partai setelah terjaring operasi tangkap, Rabu (24/10) kemarin. Menurutnya, kader adalah wajah partai di publik. Karena itu, jika partai terganggu dan rusak karena kadernya maka kader tersebut harus dicopot.

    Yang menjadi pertanyaan, kenapa kejadian seperti ini terus berulang?

    Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mencoba menjawabnya dengan sindiran. PSI menyebut parpol lama tak berkomitmen mengusung kader bersih. “Parpol bahkan belum berkomitmen menghadirkan politisi yang bersih, baik untuk legislatif maupun eksekutif,” kata Ketua DPP PSI Tsamara Amany dalam keterangan tertulis, Kamis (25/10/2018).

    Tsamara menyebut OTT KPK terhadap Sunjaya semakin memperlihatkan parpol yang gagal membentengi kader dari tindak pidana korupsi.

    PSI menyinggung persoalan di internal parpol lama dalam rekrutmen kader yang menjadi kepala daerah. “Kita tidak tahu apa yang terjadi dan dibicarakan. Tapi kabar yang santer beredar selalu melibatkan sejumlah uang sebagai mahar. Tak ada uang, tak ada pencalonan. Partai harus berani membuka sistem rekrutmen caleg secara transparan untuk menghindari kecurigaan,” kata Tsamara.

    Karena itu, ditegaskan Tsamara, PSI sejak awal mendukung Peraturan KPU yang melarang mantan napi korupsi menjadi anggota legislatif. “Ketika partai-partai politik lama gagal karena terbenam dalam tradisi usang dan berbahaya, kehadiran sebuah partai baru yang menawarkan antitesis menjadi sangat relevan,” imbuh Tsamara.

    Sementara Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menilai mahalnya ongkos politik dari pemilihan langsung menjadi akar masalah para kepala daerah melakukan tindak pidana korupsi. “Nah dari kacamata saya pribadi dan kajian kami di DPR, kesimpulannya, akar persoalannya ada di pemilihan langsung mengeluarkan biaya yang tinggi,” ujar pria yang akrab disapa Bamsoet tersebut di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/10).

    Politikus Golkar ini menuturkan perlu adanya evaluasi sistem demokrasi pemilihan langsung kepala daerah. Ia mengaku lebih sepakat jika kepala daerah dipilih dengan sistem pemilihan tidak langsung atau melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). “Skalanya mungkin lebih kecil,” kata dia.

    Bamsoet mengatakan berdasarkan diskusi DPR dengan berbagai pihak, termasuk penegak hukum, pengawasan terhadap 50 sampai 60 orang DPRD yang memilih kepala daerah jauh lebih mudah. “Tidak memerlukan money politic yang begitu tinggi dan rentan dan potensi benturan di akar rumput itu jauh lebih ringan,” katanya. (dbs/iwa)

  • Sandiaga Curhat Sulit Cari Dana untuk Pilpres: Kami Duafa

    Sandiaga Curhat Sulit Cari Dana untuk Pilpres: Kami Duafa

    Jakarta (SL) – Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengakui tim kampanye yang tergabung dalam Badan Pemenangan Nasional (BPN) Koalisi Adil Makmur mengalami kendala untuk mengumpulkan dana dalam menghadapi pemilihan presiden 2019.

    Dia menyebut pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga kekurangan ‘3 M’, yakni Money, Media, dan Momentum (3M). Dari ketiga hal itu, diakui Sandi yang paling berat memang soal Money atau uang. Bahkan Sandi menyebut kalau Prabowo-Sandi saat ini bisa disebut sebagai duafa di Pilpres 2019.

    “Kami akui sajalah, enggak usah terlalu (ditutupi) Prabowo-Sandi duafa. Prabowo-Sandi mengalami kesulitan untuk menghimpun dana-dana,” kata Sandi di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, Selasa (23/10).

    Sandi mengaku kesulitan meyakinkan para pemodal yang kebanyakan pengusaha untuk memberikan dukungan baik logistik maupun suara. Sandi mengaku selama ini hanya menerima dukungan dari pengusaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

    “Tapi Alhamdulillah kami terima dari yang UMKM kecil itu, sedikit-sedikit,” katanya.

    Tak hanya soal uang, soal publikasi atau dukungan media pun diakui Sandi sama duafanya. Di lingkungan Prabowo-Sandi memang tak ada media yang secara terang-terangan mendukung dan mengcover semua kegiatan mereka.

    “Media seperti kita ketahui, ketua tim Erick di sana, sudah gitu banyak pemilik media yang sudah menyatakan preferensi-nya, malah ada media yang sudah tidak pernah meng-cover kita lagi, sudah terbuka saja. Media kita enggak punya, betul itu,” kata Sandi.

    Sandi menyatakan pihaknya kini memanfaatkan jejaring media sosial untuk mengimbangi ketiadaan media yang memberi dukungan kepada Prabowo-Sandi.

    “Ya kami imbangi yang media itu pakai media sosial. Nah media sosial ini yang jadi harapan kami untuk mengimbangi media mainstream,” katanya.

    Meski kalah telak di unsur Money dan Media, Sandi tak berkecil hati. Menurut dia, untuk urusan momentum justru pihaknya yang diuntungkan.

    Selama berkunjung ke beberapa daerah dirinya selalu disambut antusiasme yang luar biasa karena banyak masyarakat kata Sandi yang mengalami himpitan ekonomi dan meminta pertolongan padanya.

    “Kalau momentum justru terbalik. Justru momentum ada di kami. Antusiasme masyarakat yang ngadu ke kami itu karena adanya himpitan yang mereka rasakan,” kata Sandi. (cnnindonesia.com)