Tag: Andi Arif

  • TNI AU Minta Andi Arief Sebut Dua Anggota TNI yang Terlibat Pengusutan Surat Suara 7 Kontainer

    TNI AU Minta Andi Arief Sebut Dua Anggota TNI yang Terlibat Pengusutan Surat Suara 7 Kontainer

    Andi Arief mengaku memiliki bukti, bahwa dirinya telah meminta dua orang anggota TNI untuk melakukan pengecekan terkait isu kabar 7 kontainer yang berisi surat suara sudah dicoblos. Akun twitter TNI Angkatan Udara @_TNIAU langsung merespons pernyataan Wasekjen Partai Demokrat itu.

    Awalnya, Andi Arief mencuitkan berita tentang Prof Mahfud MD yang menyatakan tweet Andi itu termasuk penyebaran hoax. “PAK Prof @mohmahfudmd, bapak keliru. SAYA punya bukti kuat meminta 2 orang wartawan dan 2 orang TNI utk mengecek. Namun mereka juga kesulitan. DALAM kasus KTP El yg saya ungkap 2017, awalnya juga dibilang hoak. MALAM ini saya tidak lagi melihat bapak jernih, maaf Prof,” cuit Andi Arief dalam akun Twitternya, Minggu (6/1/2019).

    Atas cuitan tersebut, akun Twitter TNI Angkatan Udara meminta Andi Arief untuk menyebutkan siapa dua anggota TNI tersebut. Jika anggota TNI berasal matra Angkatan Udara maka segera dilaporkan kepada POM AU. “Mohon bapak @AndiArief__ sebutkan siapa kedua anggota TNI tersebut (nama/pangkat/kesatuan). Jika mereka anggota TNI AU, laporkan kepada kami untuk diusut oleh Pomau. Patut diingat bahwa institusi TNI & khususnya TNI AU berkomitmen untuk menjaga netralitas dalam pemilu. #dmmm ,” cuit TNI AU.

    Andi Arief kemudian lanjut membalas cuitan TNI AU. “JADI sekali lagi upaya yg saya lalukan meminta tolong petugas dari TNI kebetulan yg dekat priok bukan hal negatif buat TNI. KARENA faktanya sampai saya mentuit tidak ada info soal benar atau tidak,” cuit Andi Arief.

    Tak hanya sampai di situ, TNI AU juga menjawab cuitan Andi Arief. Sekali lagi, TNI AU minta Andi Arief menyebutkan nama anggota TNI itu. “Mohon maaf, bapak keliru. Apakah bapak tidak tahu bahwa di pelabuhan Tanjungpriok ada Polres Khusus? Itu ranahnya kepolisian pak, bukan TNI. Kembali ke pertanyaan awal Airmin: Siapa kedua anggota TNI tesebut. Apakah seizin komandan/atasannya? Sederhana,” cuit TNI AU masih dalam akun twitternya.

    Singkatnya, Andi Arief berterima kasih kepada TNI AU sudah memberikan atensinya. “TERIMA kasih atas atensinya,” cuit Andi kembali.

    Namun TNI AU menyebut pertanyaan tersebut bukan bentuk atensi, tapi butuh klarifikasi karena Andi Arief sudah menyebut dua anggota TNI. “Mohon maaf, ini bukan atensi tapi klarifikasi karena anda telah menyebut 2 anggota TNI. Airmin ulangi lagi pertanyaannya: 1. Dua anggota TNI tersebut dari matra apa? @tni_ad @_TNIAL_ atau TNI AU? 2. Sebutkan nama, pangkat, dan kesatuannya. Jawaban tak perlu meniru gasing,” kata TNI AU dalam akun twitternya.

    Kabar hoax 7 kontainer surat suara tercoblos membuat geger pada Rabu (3/1). Jajaran komisioner KPU dan Bawaslu menyambangi Kantor Pelayanan Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Priok pada tengah malam. Lewat pengecekan langsung ini, kabar surat suara tercoblos dipastikan bohong alias hoax. KPU lantas menegaskan surat suara Pilpres 2019 belum dicetak.

    Polisi sudah menetapkan LS dan HY sebagai tersangka hoax 7 kontainer surat suara tercoblos. Kedua tersangka dijerat dengan UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Namun, Keduanya tidak ditahan karena ancaman hukuman terkait pasal sangkaan di bawah 5 tahun.

  • IPW Pertanyakan Sikap Polisi Terhadap Andi Arief dan Tengku Zulkarnain Soal Hoax Surat Suara Tujuh Kontainer

    IPW Pertanyakan Sikap Polisi Terhadap Andi Arief dan Tengku Zulkarnain Soal Hoax Surat Suara Tujuh Kontainer

    Jakarta (SL) – Sikap polisi dalam menangani kasus Hoax surat suara 7 Kontainer yang sudah dicoblos sangat disesalkan. Polisi begitu cepat menangkap dua tersangka penyebar hoax yang nota bene wong cilik, sebaliknya sangat lamban menangkap tersangka penyebar hoax wong gede yang nota bene politisi dan tokoh organisasi keagamaan.

    Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane berharap, Polri harus berada di depan untuk memerangi ‘perang hoax’ di negeri ini. ”Siapa pun yang terlibat harus segera ditangkap, diperiksa, dan kasusnya dituntaskan di pengadilan, apakah tersangkanya wong cilik maupun wong gede harus diproses hukum agar tidak ada diskriminasi dan orang orang gede tidak latah menjadi penyebar hoax,” katanya, Neta S Pane, Sabtu, (5/1/2019).

    Sebab itu, IPW mempertanyakan sikap polisi, kenapa begitu cepat menangkap HY di Bogor dan LS di Balikpapan. Sementara tokoh partai Andi Arif dan tokoh organisasi keagamaan Tengku Zulkarnain belum ada tanda tanda akan diproses hukum. “Seharusnya kedua tokoh itu juga segera ditangkap, sama seperti polisi menangkap HY dan LS. Sebab peran antara HY dan LS sama dengan peran Arif dan Zulkarnaen, yakni sama sama menerima konten hoax dan kemudian menyebarkannya,” imbuhnya.

    IPW mendesak polisi agar tidak bersikap diskriminasi. Polisi harus mampu menjaga dan menegakkan kehormatan upaya penegakan hukum di negeri ini. “Sebab polisi adalah hulu dari terciptanya rasa keadilan masyarakat, jika hulu keadilan tsb tidak terawat dan malah kerap bersikap diskriminatif serta takut pada wong gede, bagaimana rasa keadilan dlm kehidupan berbangsa bisa tercipta, terutama menjelang Pilpres 2019, jajaran kepolisian harus berani bersikap tegas terhadap semua pelaku hoax, baik wong cilik maupun wong gede,” Neta S Pane menjelaskan.

    Jika polisi tidak berani bersikap tegas kegaduhan akan muncul di masyarakat, terutama pasca penghitungan hasil pilpres 2019. Pihak-pihak yang kalah bisa saja melontarkan hoax bahwa ada kecurangan dalam pilpres. ”Logika yang dipakai bukan mustahil adalah kasus hoax 7 Kontainer surat suara yang sudah dicoblos. Masyarakat akan menjadi bingung dan potensi kekacauan akan terjadi,” lanjutnya.

    Sebab itu polisi harus berani bersikap tegas untuk mengantisipasi dan melakukan deteksi dini terhadap manuver pihak pihak tertentu di Pilpres 2019 maupun pasca pilpres. “Sikap tegas polisi untuk menindak semua penyebar hoax sangat diperlukan agar Pilpres 2019 menjadi sebuah kegembiraan politik yang aman dan damai bagi bangsa Indonesia,” Neta S Pane mengakhiri. (detikperistiwa)