Tag: Ardiansyah

  • Rayakan HPN 2021, Forum Komunikasi Asosiasi Pers Lampura Bakti Sosial

    Rayakan HPN 2021, Forum Komunikasi Asosiasi Pers Lampura Bakti Sosial

    Lampung Utara (SL)– Forum Komunikasi Asosiasi Pers (FKAP) Lampung Utara (Lampura) turut merayakan Hari Pers Nasional (HPN) 2021 dengan melangsungkan aksi bakti sosial, Jumat 12 Februari 2021.

    Dalam kegiatan itu sejumlah organisasi profesi dan perusahaan media yang ada di bumi Ragem Tunas Lampung ini, memberikan sejumlah paket sembako di Yayasan Nurul Muttaqin Pondok Pesantren dan Yatim Piatu, yang berlokasi di jalan Wonogiri, Kelurahan Kelapatujuh, Kecamatan Kotabumi Selatan, Lampung Utara. Sembako yang diberikan diterma langsung Muryadi selaku pengasuh Yayasan Nurul Muttaqin.

    Dikatakan Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Lampung Utara, Ardiansyah, kegiatan bakti sosial ini sebagai bentuk kepedulian insan pers yang tergabung dalam berbagai organisasi dalam memperingati HPN 2021.

    “Dalam HPN 2021 ini, kami bersama sejumlah pengurus organisasi kewartawanan yang ada di Lampura turut serta merayakan dalam bentuk bakti sosial sebagai wujud kepedulian antarsesama,” kata Ardiansyah, Jumat, 12 Februari 2021.

    Selain memberikan sejumlah paket sembako di yayasan tersebut, FKAP-Lampura, yang terdiri dari Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI), Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI), Aliansi Wartawan Indonesia (AWI), Media Online Indonesia (MOI), LI-BAPAN, Persatuan Jurnalis Indonesia Demokrasi (PJI-D), Forjil, Persatuan Jurnalis Indonesia (PJI), Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Lampura, juga memberikan bantuan sembako bagi korban bencana banjir yang menimpa warga di seputaran Kotabumi.

    Senada, Ketua SPRI Lampura, Jauhari, menyampaikan, musibah banjir yang kerap menjadi langganan warga Kotabumi terdampak bencana banjir menjadi sasaran bakti sosial dalam merayakan HPN 2021.

    “Ini menjadi wujud kepedulian sosial wartawan di Lampura yang bertepatan dengan momentum HPN 2021. Kami bahagia karena di hari yang sakral bagi insan pers ini kami bisa berbagi dengan warga yang terdampak banjir yang menerpa warga secara mendadak sejak tadi pagi,” kata Jauhari.

    Sementara itu, salah satu warga, Hi. Admaja, yang juga Ketua RT 02 Kelurahan Tanjungharapan, menyatakan apresiasinya terhadap inisiatif para awak media yang tergabung dalam beragam organisasi ini.

    “Kami sangat berterimakasih sekali atas inisiatif jajaran pengurus organisasi kewartawanan di Lampura yang turut peduli kepada warga Kotabumi terdampak banjir dadakan ini,” terang Admaja, di lokasi.

    Baru beberapa jam informasi adanya banjir dadakan ini, lanjutnya, para pengurus teras organisasi kewartawanan di Lampura begitu responsif memberikan bantuan. (Edwardo)

  • Peringati HPN 2020, Polres Lampura Bersama SMSI Gelar Bhakti Sosial

    Peringati HPN 2020, Polres Lampura Bersama SMSI Gelar Bhakti Sosial

    Lampung Utara (SL)-Hari Pers Nasional (HPN) 2020 yang jatuh pada 10 Februari tiap tahunnya, juga diperingati Kepolisian Resort (Polres) Lampung Utara bersama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) setempat, juga sejumlah wartawan yang ada di Bumi Ragem Tunas Lampung.

    Peringatan HPN 2020 yang dipimpin Kapolres Lampura, AKBP. Budiman Sulaksono, S. IK., didampingi sejumlah pejabat utama dan Ketua SMSI Lampura, Ardiansyah, menggelar dan pemberian santunan di Yayasan Nurul Muttaqin Pondok Yatim Piatu, yang berlokasi di Jalan Wonogiri, Kelurahan Kelapa Tujuh, Kecamatan Kotabumi Selatan serta pemberian taliasih bagi M. Soleh, (19), warga Dusun Candijayo, Desa Abungjayo, Kecamatan Abung Selatan, penyandang penyakit polio sejak balita.

    Gelar bhakti sosial tersebut terlaksana pada Sabtu, (8/2/2020).

    Dihadapan Sunaryo, pengurus Yayasan Nurul Muttaqin Pondok Yatim Piatu, Kapolres Lampura, AKBP. Budiman Sulaksono, menyampaikan, kedatangan pihaknya ke pondok dimaksud sebagai bentuk silaturahmi dan dalam rangka memperingati HPN 2020.

    “Kami bersama sejumlah wartawan yang ada di Lampung Utara sengaja mengunjungi pondok pesantren dan yatim piatu di sini sebagai wujud silaturahmi dan dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional 2020,” kata AKBP. Budiman Sulaksono, dihadapan Sunaryo, pengurus Yayasan Nurul Muttaqin Pondok Yatim Piatu, Sabtu, (8/2/2020).

    Usai memberikan bantuan berupa bahan sembako, rombongan Polres Lampura dan jajaran SMSI Lampura bersama sejumlah awak media lainnya menuju kediaman Sarno, (40), di Dusun Candijayo, Desa Abungjayo Kec. Abung Selatan.

    Sesampai di rumah yang didiami Sarno berukuran empat kali empat meter persegi, berlantai tanah, dan berdinding geribik ini hidup dalam kondisi perekonomian prasejahtera.

    Selain itu, anaknya yang bernama Muhammad Soleh, (19), hingga saat ini mengidap pemyakit polio yang dialami sejak berusia balita. Tubuhnya tampak sangat kurus. Kondisi mentalnya pun terbelakang.

    Setelah beramah-tamah dengan tuan rumah, AKBP. Budiman Sulaksono, yang didampingi
    Kabag Ops. Kompol. Nelson F. Manik, Kasubag Humas. AKP. Zulkarnaen, dan Ketua SMSI Lampura Ardiansyah bersama sejumlah awak media setempat menyerahkan santunan tali asih untuk Sarno dan anaknya M. Soleh.

    “Di perayaan HPN 2020 ini, kami manfaatkan berbagi tali asih sebagai wujud kepedulian sebagai sesama insan manusia,” terang Budiman Sulaksono.

    Di tempat yang sama, Ketua SMSI Lampura, Ardiansyah, mengatakan, dalam kesempatan perayaan HPN 2020, pihak Polres Lampura yang selama ini telah bersinergi dengan baik dengan seluruh wartawan yang ada di Lampura.

    “Sinergisitas dan kerjasama dalam berbagai hal antara Polres Lampura dengan seluruh wartawan yang ada, terlajin hubungan emosional yang sangat harmonis,” kata Ardiansyah.

    Ditambahkannya, kegiatan Bhakti Sosial dalam perayaan HPN 2020 yang diinisiasi oleh Polres Lampung Utara ini sebagai wujud kepedulian dan bukti nyata dari bersinerginya awak media selaku kontrol sosial dengan aparatur penegak hukum di Lampung Utara sebagai pengayom masyarakat dan penjaga tonggak supremasi hukum.

    “Atas nama seluruh wartawan yang ada di Lampung Utara, hubungan dan sonergisitas yang selama ini telah terjalin untuk terus ditingkatkan dalam bingkai kebersamaan dan persaudaraan,” tutur Ardiansyah. (red)

  • WTP Sampai Adipura Hanya Souvenir Penghias Meja Dinas atau Raihan Prestasi Berdasarkan Fakta

    WTP Sampai Adipura Hanya Souvenir Penghias Meja Dinas atau Raihan Prestasi Berdasarkan Fakta

    Oleh : Ardiansyah*

    Di penghujung tahun politik 2018, Pemerintah Kabupaten Lampung Utara menghadapi begitu banyak persoalan. Baik yang bersentuhan dengan tatakelola birokrasi, maupun permasalahan administrasi keuangan daerah.

    Beragam persoalan yang ada meluncur bak sekumpulan hujan asteroid di zaman prasejarah jatuh ke Bumi. Bertubi-tubi dan menghujam secara tidak terarah.

    Tidak begitu banyak yang mengetahui apa penyebab dari tumpukan masalah yang seakan tanpa ada penyelesaian ini. Bermula dari berbagai pembiayaan publik yang tidak tersalurkan, hingga penegakan supremasi hukum yang terkesan semakin menegaskan pemeo ‘tajam ke bawah, namun tumpul ke atas’.

    Sebuah ironi dimunculkan dalam panggung pemerintahan di Kabupaten Lampung Utara. Dari berbagai raihan prestasi, justru berbanding terbalik dengan wujud nyata dalam kehidupan di masyarakat.

    Semisal, di satu sisi, raihan prestasi tatakelola administrasi keuangan daerah, Pemkab. Lampura secara berturut-turut mampu meraih penghargaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

    WTP merupakan salah satu Opini Badan Pemeriksa Keuangan yang menjadi dasar pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria, yakni kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. (sumber : wikipedia.org)

    Sangat mengherankan. Jika merujuk pada definisi WTP dimaksud, justru bertolak belakang dengan relitas yang ada. Artinya, beragam carut-marut administrasi keuangan daerah menjadi satu akumulasi yang memicu timbulnya berbagai aksi demonstrasi yang ada. Selain itu, sikap indisipliner ASN seolah tidak lagi mengindahkan etika kepegawaian yang mengakibatkan disharmonisasi antara pimpinan dan bawahan. Ditemukan berbagai indikasi penyalahgunaan anggaran daerah, yang paling mengejutkan, adanya dugaan pengalihan Dana Desa tahun anggaran 2018 untuk termin I senilai Rp.43 miliar yang mengalir tanpa diketahui petinggi birokrasi hingga tersisa hanya Rp.5 miliar. Belum lagi tanda tanya terkait bantuan Kemenpora tentang Program Satu Desa Satu Lapangan.

    Tidak hanya itu, konon khabarnya stadion olahraga Sukung Kotabumi yang menjadi kebanggaan warga Lampung Utara mendapatkan rehabilitasi rumput sintetik dan lintasan atletik berstandar internasional dengan bantuan pembiayaan yang fantastis. Faktanya ? Nonsens !

    Belum lagi pelayanan publik yang terancam akibat sumber-sumber pembiayaan daerah tidak mampu membiayai operasional badan dan/atau instansi yang ada. Penulis juga mencatat, Pemkab. Lampura saat ini hampir tidak ada pembinaan pada sektor seni dan budaya. Berbagai aktifitas yang ada justru tampil tentatif dalam panggung ceremonial semata tanpa proses pendidikan yang terintegrasi dan berkelanjutan.

    Sekali lagi penulis menilai, Nonsens !

    Denyut perekonomian di Lampung Utara mangkrak. Kebutuhan anggaran tidak mencukupi beban kerja yang harus dilaksanakan oleh ASN dengan integritas yang tinggi. Kualitas pembangunan infrastruktur menurun drastis. Sementara, dari segala aspek, pihak eksekutif dan legislatif berlomba-lomba saling menyalip kebijakan daerah serta menglaim berbagai ujaran pembenaran.

    Dan hal yang juga cukup menyedihkan adalah mati surinya BUMD Lampura Niaga yang digadang-gadang mampu berkontribusi bagi peningkatan PAD.

    Idealnya pihak eksekutif tidak bermain dalam ranah politik praktis. Pemkab. Lampura tidak mencampuradukkan adonan blueprint Renstra Pembangunan Berkelanjutan dengan kepentingan sekelompok rekanan yang jika ditelusuri secara mendalam adalah sebuah rekayasa para petinggi di tubuh pemerintahan. Pun demikian dengan pihak legislatif. Semestinya, para Wakil Rakyat Yang Terhormat melahirkan beragam regulasi daerah yang bersinergi dengan program pemerintah kabupaten. Bukan menyelipkan kepentingan partai politik untuk terus survive dan meraup pundi-pundi keuangan daerah.

    Penulis hanya berharap kelak usai pelaksanaan Pesta Demokrasi Pilkada Serentak 2018, Kabupaten Lampung Utara mampu meraih prestasi yang sesuai dengan tingkat keberhasilannya mengelola tatapemerintahan dan kesesuaian dengan beragam program yang akuntabel, transparan, serta berpihak kepada masyarakat.

    *penulis adalah wartawan portal media on-line www.sinarlampung.com

  • Peluang Anak Muda Berkarya

    Peluang Anak Muda Berkarya

    Ardiasyah, Koresponden sinarlampung.com Lampung Utara

    *Ardiansyah

    Dalam ranah politik, usia bukanlah indikator utama bagi seseorang untuk menjadi penentu arah kebijakan. Pada prinsipnya, kecerdasan intelektual (IQ) berbaur dengan kecerdasan emosional (EQ) merupakan pondasi yang mutlak dimiliki seseorang guna memegang tampuk kepemimpinan. Seseorang yang berusia muda identik dengan energi yang masih bergelora, produktif, kreatif, juga inovatif.

    Secara historis, banyak tokoh di negeri ini yang mampu mengguncang panggung politik dunia di usia yang terbilang masih belia. Sebut saja Ir. Soekarno dan Mohd. Hatta. Kedua tokoh penting dalam sejarah Kemerdekaan RI tersebut tercatat masih dalam usia 29 dan 30 tahun pada saat membacakan teks Proklamasi, 17 Agustus 1945.

    Selain itu, terukir juga dalam sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia, para aktifis pergerakan dan elit politik yang ketika itu kisaran usia mereka antara 20-25 tahun mendorong Proklamator RI guna memproklamirkan kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Selain kedua Proklamator RI tersebut, Hamengkubuwono IX dinobatkan sebagai raja menginjak usia 28 tahun. Lalu, Sutomo ketika mendirikan organisasi Budi Utomo masih berusia 20-an tahun. Sutan Sjahrir, pada usia 21 tahun menggagas Himpunan Pemuda Nasionalis. Juga Tan Malaka tokoh pergerakan yang piawai menggerakkan massa dan Bung Tomo pejuang yang melawan penjajah dengan gagah berani, juga termasuk dalam barisan pemuda Indonesia yang tangguh.

    Namun sayangnya, pemikiran tersebut berbanding terbalik jelang Pilkada Lampura 2018 mendatang. Bursa bakal calon kepala daerah di Kabupaten Lampung Utara tercatat hanya diikuti oleh satu kontestan berusia muda yang tak lain Bupati Lampura saat ini. Selebihnya, tidak nampak sejumlah nama yang terbilang masih cukup muda ikut berkompetisi guna meraih kursi BE 1 J.

    Meski begitu, diawal tahapan penjaringan bakal calon bupati dan wakil bupati melalui jalur partai politik, muncul sejumlah nama yang terbilang masih muda usia. Track record (rekam jejak) mereka dalam hal memimpin suatu organisasi, baik itu organisasi kemasyarakatan (ormas) maupun asosiasi dan perusahaan ternama di Provinsi Lampung, dapat dijadikan modal berharga guna memimpin daerah di Kabupaten Lampung Utara.

    Sekedar menyoroti; salah satu kandidat yang ketika itu popularitasnya cukup menanjak sebagai salah satu Balonwabup Lampura, ialah Arizo Fhasha Wilian Abung. Begitu cepatnya popularitas Arizo ketika itu bukannya tanpa sebab dan keniscayaan. Jiwa leadership (kepemimpinan) Arizo telah teruji dalam beberapa ormas dan asosiasi yang berpengaruh di Prov. Lampung serta Kab. Lampung Utara, sebagai tanah kelahirannya.

    Bersama Asosiasi Pariwisata (ASITA) Prov. Lampung yang dipimpinnya, Arizo Fhasha Wilian Abung melakukan nota kesepahaman (MoU) dengan Kab. Pesawaran. Kesepakatan yang dijalin kedua belah pihak dalam hal pengembangan sektor pariwisata.

    Dengan sejumlah pengalaman Arizo di bidang pariwisata (diketahui saat ini menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua Bidang Pariwisata KADIN Prov. Lampung dan Ketua DPD ASITA Prov. Lampung) serta latar belakang pendidikan yang diraihnya di ISIP Unpas Bandung membuat orang nomor satu di Bumi Andan Jejama tersebut ‘kepincut’. Belum lagi sederet jabatan penting pada ormas/OKP, prestasi dan buah karya yang sudah dihasilkan lelaki kelahiran 22 Juni ini.

    Akan tetapi, potensi yang dimiliki Arizo pada kenyataannya belumlah mampu memberikan warna baru dalam atmosfer Pilkada Lampura 2018 mendatang yang semakin memanas. Seiring waktu, popularitas Arizo Fhasha Wilian Abung bagaikan ‘gelembung sabun’. Bahkan, dirinya harus tersingkir dari arena percaturan bursa Balonwabup Lampura.

    Terkait dengan hal tersebut, dalam setiap momen politik, pemilih pemula menjadi salah satu basis raihan suara potensial yang akan disentuh setiap kontestan. Pada pesta demokrasi Pilkada Lampura 2018 mendatang, penulis menilai kontestan yang mampu merebut simpati pemilih pemula dipandang mampu memenangkan kompetisi demokrasi tersebut. Dengan alasan, jumlah pemilih pemula di Lampura saat ini memiliki angka yang cukup signifikan. (Penulis adalah koresponden media Sinar Lampung)