Tag: Bank Indonesia

  • Kinerja TPID Lamtim Buruk Sekali, Inflasi di Lampung Diprediksi Masih Di Atas 3% sampai Juli 2024

    Kinerja TPID Lamtim Buruk Sekali, Inflasi di Lampung Diprediksi Masih Di Atas 3% sampai Juli 2024

    Provinsi Lampung masih kesulitan mengatasi laju inflasi hingga Juli 2024 nanti. Tingkat inflasi di provinsi ini tercatat masih tinggi, selalu di atas 3 persen sejak awal Januari s.d Mei 2024. Inflasi tinggi masih terjadi sampai Juli nanti.

    Hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), menyaytakan  bahwa Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) April 2024 tercatat sebesar 165,9, melonjak drastis dari 137,2 pada periode sebelumnya.

    Bank Indonesia dalam laporan tersebut menyebutkan lonjakan drastis IEH tersebut berimplikasi inflasi meningkat pada April 2024, dan bahkan berlanjut hingga Juli 2024.

    BI memperkirakan IEH pada Juli 2024 sebesar 146,7, meningkat dari 125,8 pada Juni 2024. Peningkatan IEH pada Juli 2024 merupakan dampak dari  liburan sekolah dan mulainya tahun ajaran baru.

    Data statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung menunjukkan inflasi di provinsi ini masih tinggi di atas angka inflasi nasional.

    Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sepertinya harus bekerja lebih keras lagi agar angka inflasi Lampung dapat keluar dari ‘kutukan’ spesialis inflasi 3 persen lebih.

    Inflasi yang tinggi di Lampung Timur yang mencapai 4 sampai 5 persen lebih sejak awal tahun menjadi biang keladi tingginya inflasi di  Provinsi Lampung.

    Dari sederet data inflasi lima bulan terakhir,  menunjukkan kinerja TPID Kabupaten Lampung Timur buruk sekali. Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Fahrizal Darminto perlu mengingatkan Pemkab Lampung Timur untuk lebih serius melakukan upaya-upaya menekan inflasi.

    Diketahui, inflasi (yoy) Provinsi Lampung naik turun tipis-tipis di atas 3 persen lebih sejak Januari s.d Mei 2024.

    Inflasi pada Januari 2024 tercatat 3,28 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,55.

    Lalu, pada  Februari 2024 sebesar 3,28 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,97.

    Sementara pada  Maret 2024 mencapai 3,45%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional 3,05%. Dan pada April 2024 sebesar 3,29 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,34.

    Sedangkan  pada April sebesar 3,29 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,34.

    ‘Kutukan’ di atas 3 persen tersebut berlanjut hingga Mei 2024 yakni sebesar 3,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,43. Inflasi Lampung pada Mei itu juga melampaui persentase inflasi nasional sebesar 2,84 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,37. (***)

    Penulis adalah pratisi Pers, Wapimred Sinarlampung.co

  • Siap-siap! Inflasi Tinggi April-Juli 2024

    Siap-siap! Inflasi Tinggi April-Juli 2024

    Bandar Lampung – Naiknya konsumsi masyarakat akibat melonjaknya penjualan eceran menjelang Idul Fitri 2024 berisiko tinggi melambungkan laju inflasi pada April 2024.

    Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) April 2024 tercatat sebesar 165,9, melonjak drastis dari 137,2 pada periode sebelumnya.

    Bank Indonesia dalam laporannya pada Kamis, 14 Maret 2024 menyebutkan lonjakan drastis IEH tersebut berimplikasi inflasi meningkat pada April 2024, dan bahkan berlanjut hingga Juli 2024.

    IEH pada Juli 2024 diperkirakan sebesar 146,7, meningkat dari 125,8 pada Juni 2024. Peningkatan IEH pada Juli 2024 didorong oleh liburan sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru.

    Sementara tekanan inflasi pada April 2024 tak terelakan akibat tingginya permintaan terhadap berbagai komoditas pangan, di mana harga-harganya sudah melonjak sebelum ramadan tiba.

    Daerah Diminta Giatkan Menanam dan OP Murah

    Untuk menahan tekanan inflasi tersebut, Inspektur Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir telah mengkoodinasikan permasalahan tersebut dengan pemerintah daerah melalui Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara virtual, Rabu (13/03/2024).

    Rakor diikuti Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Fahrizal Darminto dan sejumlah pejabat terkait.

    Pada pengantarnya Tomsi Tohir, menyampaikan bahwa rapat itui dilakukan sebagai upaya untuk terus mengatasi permasalahan harga dan distribusi bahan pokok di daerah.

    Tomsi Tohir meminta provinsi dan kabupaten dan kota yang inflasinya masih tinggi di atas inflasi nasional memberikan perhatian penting terhadap upaya-upaya pengendalian inflasi di daerah masing-masing.

    Tomsi Tohir menginstruksikan kepada kepala daerah untuk meningkatkan gerakan menanam dan operasi pasar murah sebagai upaya pemenuhan ketersediaan stok bahan pangan dan pengendalian harga.

    “Teman-teman kepala daerah diharapkan agar meningkatkan atau melaksanakan gerakan menanam. Kedua, melaksanakan operasi pasar yang massive, jangan hanya satu kali lalu selesai. Tetapi, operasi pasar yang memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan harga,” tegasnya.

    Sementara itu, Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam paparannya menyampaikan bahwa BPS telah mencatat kelompok yang memberikan andil inflasi terbesar pada Februari 2024 yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau.

    “Berdasarkan rilis yang sudah dilakukan oleh BPS, untuk inflasi Februari 2024 BPS telah mencatat bahwa kelompok yang memberikan andil inflasi terbesar pada Februari 2024 adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau. Kelompok ini menyumbang andil terbesar pada inflasi Februari 2024 tidak hanya secara bulanan tetapi juga secara tahunan,” jelasnya.

    Pasca rapat inflasi tersebut, Sekdaprov menyampaikan bahwa inflasi di Provinsi Lampung masih dalam batas range yang telah ditentukan. (iwa)

  • Selain Inflasi Tinggi, Ekonomi Lampung 2024 Masih Hadapi Tantangan Ini

    Selain Inflasi Tinggi, Ekonomi Lampung 2024 Masih Hadapi Tantangan Ini

    Bandar Lampung – Ekonomi Lampung pada tahun ini masih menghadapi risiko ketidakpastian global serta tantangan di dalam negeri, yakni masih adanya dampak El Nino dan risiko instabilitas politik (Pemilu dan Pilkada Serentak) pada tahun 2024.

    Meski demikian, ekonomi daerah ini masih akan tetap tumbuh dalam kisaran 4,5% sampai 5%.

    Persentase pertumbuhan ekonomi 4,5%-5% tersebut diproyeksikan oleh Bank Indonesia dengan memperhatikan aspek makro ekonomi daerah dan tiga tantangan yang akan dihadapi Indonesia di tahun ini.

    Dengan adanya tiga tantangan utama tersebut, Bank Indonesia sepertinya tidak yakin ekonomi Lampung dapat bergerak tumbuh minimal sama dengan tahun 2023 yang semula diproyeksikan tumbuh dalam kisaran 4,7%-5,2%.

    Secara kumulatif, persentase ekonomi Lampung Triwulan I, II dan III tahun 2023 rata-rata baru mencapai 4,29% atau masih di bawah proyeksi Bank Indonesia.

    BPS Lampung dalam laporan berkalanya menyebutkan ekonomi Provinsi Lampung Triwulan ke-I-2023 tumbuh sebesar 4,96 persen.

    Pada Triwulan ke-II 2023 terkoreksi menurun menjadi 4,00 persen dan 3,93 persen pada Triwulan ke-III.

    Sementara ekonomi Lampung pada triwulan tersisa (Triwulan IV 2023), sepertinya akan sulit menyentuh angka 4,7% lantaran tingginya laju inflasi yang terus menekan ekonomi daerah ini.

    Inflasi Lampung pada Oktober 2023 tercatat sebesar 3,06% (yoy), lalu memuncak pada November sebesar 4,10% (yoy) dan pada Desember sebesar 3,47% (yoy).

    Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang didorong oleh naiknya sebagian besar indeks (inflasi) kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau dan sejumlah kelompok pengeluaran lainnya.

    Komoditas utama penyumbang inflasi yoy pada Triwulan IV 2023 antara lain beras, rokok kretek filter, bawang putih, rokok putih, tarif air minum pam, dan cabai rawit.

    Pertumbuhan Ekonomi Lampung Periode 2019-2023

    Secara umum, ekonomi Lampung pada era Gubernur Lampung Arinal masih terjaga tumbuh dari tahun ke tahun, meski masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional, kecuali pada 2019 saat tahun pertama Arinal menjabat Gubernur Lampung.

    Pada tahun itu, ekonomi Lampung tumbuh perkasa 5,26 persen di atas pertumbuhan ekonomi nasional 5,02 persen.

    Akibat pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi Lampung terjun hingga -1,66 persen pada tahun 2020, namun masih di atas persentase nasonal yang terjun -2,07%.

    Pertumbuhan ekonomi Lampung kembali tumbuh positif menjadi 2,77 persen pada 2021, sementara persentase ekonomi nasional tumbuh positif 3,77%.

    Pada 2022 ekonomi Lampung naik signifikan 4,28 persen, namun masih tetap di bawah persentase ekonomi nasional sebesar 5,31 persen. (IWA)

  • Ekonomi Lampung Triwulan IV 2023 Butuh ‘Sinterklas Penyelamat’

    Ekonomi Lampung Triwulan IV 2023 Butuh ‘Sinterklas Penyelamat’

    BANK Indonesia memproyeksikan ekonomi Lampung pada 2024 tumbuh dalam kisaran 4,5 sampai 5,0 persen. Proyeksi tersebut lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 4,7 sampai 5,5 persen.

    Bahkan, proyeksi ekonomi Lampung tahun 2024 versi Bank Indonesia tersebut lebih rendah dari proyeksi yang disepakati pemerintah dan DPR RI sebesar 5,1 hingga 5,7 persen.

    Proyeksi Bank Indonesia yang konservatif tersebut memberi sinyal bahwa Indonesia, termasuk Lampung masih menghadapi risiko ketidakpastian global serta tantangan di dalam negeri, yakni masih adanya dampak El Nino dan risiko instabilitas politik (Pemilu dan Pilkada Serentak) pada tahun 2024.

    Dengan adanya tiga tantangan utama tersebut, Bank Indonesia sepertinya tidak  yakin ekonomi Lampung tumbuh lebih dari 5 persen pada tahun ini. Padahal sebelumnya Bank Indonesia sempat optimistis memproyeksikan ekonomi Lampung pada 2023 tumbuh pada kisaran 4,7-5,2 persen.

    Bila mengacu pada laporan berkala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, maka sulit bagi Provinsi Lampung bisa menikmati persentase pertumbuhan ekonomi seperti yang diekspetasikan oleh Bank Indonesia.

    Sebab, ekonomi Lampung pada tahun 2023 diperkirakan hanya tumbuh 4,2 persen atau lebih sedikit, tergantung capaian persentase ekonomi pada Triwulan ke-IV 2023 yang baru akan dihitung dan dilaporkan pada Januari 2024 ini.

    Inflasi Tinggi, Ekonomi Lampung 2023 Sulit Tembus 5 Persen

    BPS Lampung dalam laporan berkalanya menyebutkan ekonomi Provinsi Lampung Triwulan ke-I-2023 tumbuh sebesar 4,96 persen. Pada Triwulan ke-II 2023 terkoreksi menurun menjadi 4,00 persen dan 3,93 persen pada Triwulan ke-III.

    Mengacu dari capaian tiga kali triwulan, maka rata-rata ekonomi Lampung pada 2023 tumbuh agregat sebesar 4,29 persen.

    Sementara ekonomi Lampung pada triwulan tersisa (Triwulan IV 2023), sepertinya akan sulit menyentuh angka 4,7 sampai 5,2 persen seperti yang diekspetasikan oleh Bank Indonesia.

    Tingginya tingkat inflasi diperkirakan masih menekan ekonomi provinsi ini. Apalagi laju inflasi pada Triwulan IV, terutama pada November 2023 sempat memuncak hingga 4,10 persen (yoy).

    Inflasi pada November 2023 terjadi akibat adanya kenaikan harga beras, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, dan bawang putih. Bahkan, khusus untuk harga beras sudah naik secara bertubi-tubi pada bulan-bulan sebelumnya dan tidak kunjung turun sampai saat awal Januari 2024.

    Pertumbuhan Ekonomi Lampung Periode 2019-2023

    Secara umum, ekonomi Lampung pada era Gubernur Lampung Arinal masih terjaga tumbuh dari tahun ke tahun, meski masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional, kecuali pada 2019 saat tahun pertama Arinal menjabat Gubernur Lampung.

    Pada tahun itu, ekonomi Lampung tumbuh perkasa 5,26 persen di atas pertumbuhan ekonomi nasional 5,02 persen.

    Akibat pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi Lampung terjun hingga -1,66 persen pada tahun 2020, namun masih di atas persentase nasonal yang terjun -2,07%.

    Pertumbuhan ekonomi Lampung kembali tumbuh positif menjadi 2,77 persen pada 2021, sementara persentase ekonomi nasional tumbuh positif 3,77%.

    Pada 2022 ekonomi Lampung naik signifikan 4,28 persen, namun masih tetap di bawah persentase ekonomi nasional sebesar 5,31 persen.

    Perlu dicatat, ekonomi nasional pada 2023 diproyeksikan tumbuh dalam kisaran 4,5 hingga 5,3 persen. Sementara ekonomi Lampung diproyeksikan tumbuh 4,7-5,2 persen.

    Faktanya, secara agregat pertumbuhan ekonomi Lampung sampai Triwulan ke III 2023 baru mencapai 4,29 persen atau hanya tumbuh 0,01 persen dibanding persentase pertumbuhan ekonomi pada 2022 sebesar 4,28 persen.

    Dengan asumsi ekonomi Lampung Triwulan IV 2023 bisa mencapai 5,05 persen, seperti capaian pada Triwulan IV 2022, maka ekonomi Lampung pada 2023 akan ditutup tumbuh 4,48 persen atau naik 0,2 persen dibanding tahun 2022, namun masih tetap di bawah persentase yang diproyeksi Bank Indonesia, yakni 4,7 hingga 5,2 persen.

    Untuk bisa mencapai 4,7 persen seperti yang diproyeksikan Bank Indonesia, maka ekonomi Lampung pada Triwulan IV mesti tumbuh 6 persen.

    Mungkinkah?

    Jawabannya jelas mustahil, sebab tak ada momen yang membawa ekonomi Lampung bisa tumbuh hingga ke level 6 persen, kecuali even Natal dan Tahun Baru yang baru saja berlalu berhasil menghadirkan ‘sinterklas penyelamat’. (*)

     

     

     

     

  • Rp1000 Bakal Berubah Jadi Rp1, BI Sudah Siapkan Desainnya

    Rp1000 Bakal Berubah Jadi Rp1, BI Sudah Siapkan Desainnya

    Bandar Lampung (SL)-Bank Indonesia (BI) mengumumkan rencana untuk redenominasi rupiah atau penyederhanaan nilai rupiah yang tertera pada uang.

    Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers pada Kamis 23 Juni 2023, mengatakan terhadap rencana penyederhanaan nilai rupiah itu pihaknya telah menyiapkan desain dan tahapan redenominasi.

    Bersama dengan itu, ia juga menjelaskan penyederhanaan nilai rupiah dari Rp1.000 menjadi Rp1 sudah siap dilakukan sejak lama, termasuk desain operasional sampai tahapan-tahapannya.

    “Redenominasi tidak bisa langsung diluncurkan begitu saja. Ada faktor-faktor perekonomian tanah air yang harus diperhatikan, seperti pertimbangan situasi ekonomi negara yang harus stabil,” kata Perry.

    Tiga faktor situasi perekonomian yang jadi bahan pertimbangan sebelum melakukan redenominasi, kata Perry, diantaranya kondisi makro ekonomi yang stabil, stabilitas sistem keuangan dan moneter yang stabil, dan kondisi sosial dan politik yang kondusif.

    Timing-timing itu yang menjadi pertimbangan utama. Ekonomi kita kan sudah bagus, tapi ada baiknya memberi momen yang tepat,” terangnya.

    Meskipun begitu, kata dia, kondisi saat ini bukan waktu yang tepat bagi bank sentral. Hal ini mengingat perekonomian negara masih berpotensi terimbas rambatan atau spillover dari perekonomian global.

    Kendati demikian, Perry mengajak masyarakat untuk bersabar karena redenominasi adalah kebijakan yang butuh perhatian besar dan pemerintah merupakan pihak yang akan memutuskan.

    Di sisi lain, RUU terkait redenominasi ini masih belum dibahas. (*/Red)

  • Pemkot Bandar Lampung Terima Bantuan dari BI dan PT Kino Indonesia Tbk

    Pemkot Bandar Lampung Terima Bantuan dari BI dan PT Kino Indonesia Tbk

    Bandar Lampung (SL) – Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana menerima bantuan dari Bank Indonesia dan PT Kino Indonesia Tbk, bantuan tersebut berupa 2.000 paket sembako, 100 paket alat pelindung diri (APD), 1.200 alat antigen, dan minuman ringan. Penyerahan bantuan tersebut di terima di Gedung Parkir Lantai V, Kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung, Senin, 30 Agustus 2021.

    Dalam kegiatan tersebut, Wali Kota Bandar Lampung berterima kasih kepada Bank Indonesia dan PT Kino Indonesia Tbk atas bantuan yang diberikan karena bantuan tersebut merupakan partisipasi yang luar biasa yang dapat membantu Kota Bandar Lampung.

    “Bunda mengucapkan terimakasih atas bantuannya, yang diberikan kepada Kota Bandar Lampung yakni sembako, APD, dan alat antigen, dan bantuan ini akan kita langsung distribusikan kepada pemain musik di Wedding dan penyandang disabilitas,” ujar Eva.

    Beliau juga berharap dengan adanya kolaborasi antara, Pemerintah, BUMN dan Perusahaan-perusahaan di Kota Bandar Lampung bisa mempercepat masuk dalam zona aman.

    “Bunda mengingatkan kepada warga yang sudah divaksin harus tetap menjaga protokol kesehatan. Dan yang belum divaksin untuk bersabar, karena Kota Bandar Lampung secara bertahap melakukan vaksinasi jadi sekitar 15 – 20 ribu dosis setiap minggunya diberikan kepada masyarakat,” kata Eva Dwiana.

    Sementara itu, Kepala Bank Indonesia perwakilan Lampung Budiharto Setiawan menjelaskan bantuan ini adalah Sosial Bank Indonesia yang merupakan kepedulian kepada masyarakat.

    “Terkait sosial Bank Indonesia, kita ada tiga pilar yang terkait dengan kapasitas ekonomi UMKM, yang kedua di bidang pendidikan seperti beasiswa di universitas, kepada sekolah dan bantuan perpustakaan, dan ketiga kepedulian sosial yang diserahkan hari ini kapada Kota Bandar Lampung yang terdampak penanganan covid-19. Kita memberikan hari ini bantuan berupa sembako yang akan diberikan kepada masyarakat yang terpapar dan isolasi mandiri, APD dan alat antigen,” jelasnya. (Ade)

  • BI, OJK, dan LPS Implementasikan Integrasi Pelaporan Perbankan

    BI, OJK, dan LPS Implementasikan Integrasi Pelaporan Perbankan

    Jakarta (SL)-Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamian Simpanan sepakat untuk mengintegrasikan pelaporan dari sektor perbankan melalui mekanisme satu portal yang disebut Pelaporan.id, terhitung mulai 31 Desember 2019. Integrasi ini dibangun untuk meminimalisir informasi yang redundan dan inkonsisten serta meningkatkan efisiensi dalam operasional bank mengingat selama ini perbankan menyampaikan pelaporan kepada 3 (tiga) otoritas tersebut melalui beberapa aplikasi terpisah.

    Di samping itu, integrasi pelaporan ini juga bertujuan untuk menciptakan Satu Data Perbankan guna mewujudkan sarana pertukaran dan akses data perbankan yang dibutuhkan setiap saat oleh masing-masing otoritas, serta meningkatkan kualitas data pelaporan. Dalam satu dekade terakhir, terdapat peningkatkan kebutuhan otoritas di sektor keuangan untuk memperoleh data granular (detail) secara cepat dan komprehensif untuk pengambilan keputusan ataupun perumusan kebijakan.

    Hal inilah yang menjadi faktor utama yang mendorong BI, OJK, dan LPS berkolaborasi membangun integrasi pelaporan bank yang disertai dengan mekanisme pertukaran informasi secara terintegrasi. Demikian disampaikan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso dan Ketua Dewan Komisioner LPS, Halim Alamsyah dalam Peluncuran Integrasi Pelaporan di Sektor Perbankan pada hari ini (19/12) di Jakarta.

    Mengacu Prinsip FLEKSI

    Pengembangan integrasi pelaporan mengacu pada prinsip FLEKSI. FLEKSI mengandung makna, yaitu Pertama, Fleksibel, memastikan kebutuhan bisnis otoritas yang dinamis dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Kedua, Efisien, memastikan informasi yang diminta jelas pemanfaatannya oleh otoritas, tidak ada redundansi, dan disampaikan melalui satu platform.  Ketiga, Konsisten, memastikan data dan informasi yang dilaporkan dapat dirumuskan secara jelas dan telah disepakati bersama otoritas. Keempat, Metadata TerstandardisaSI, memastikan data diperoleh adalah data yang berkualitas.

    Sebelum diterapkannya Pelaporan.id, perbankan menyampaikan 9 (sembilan) jenis pelaporan kepada otoritas melalui beberapa aplikasi yang terpisah. Adapun 9 (sembilan) jenis pelaporan yang diintegrasikan melalui Pelaporan.id adalah Laporan Harian Bank Umum (LHBU), Laporan Berkala Bank Umum (LBBU), Laporan Berkala Bank Umum Syariah (LBBUS), Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah (LSMK-BUS), Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU), Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat (LBBPR), Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (LBBPRS), dan Laporan Keuangan Bulanan Bank Umum (LKBBU). (rls)

  • Presiden Apresiasi Langkah Tegas BI Jaga Rupiah

    Presiden Apresiasi Langkah Tegas BI Jaga Rupiah

    Jakarta (SL) – Presiden Joko Widodo menyampaikan apresiasinya atas kinerja Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Hal ini disampaikan Presiden saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta Convention Center, Jakarta, pada Selasa, 27 November 2018. “Bahwa di tengah gejolak ekonomi global yang mengguncang kita, Bank Indonesia terus berusaha menjaga kurs Rupiah. Kita sadar betul betapa beratnya pertempuran dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan,” kata Presiden dalam sambutannya.

    Sejumlah langkah yang ditempuh Bank Indonesia guna menstabilkan nilai tukar Rupiah antara lain melakukan dual intervension di pasar uang dan pasar modal (SBN), serta terus menjaga daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi dengan manajemen suku bunga. “Alhamdulillah dalam dua-tiga minggu terakhir, Rupiah menguat signifikan dan kemarin saya lihat sudah kembali ke kisaran Rp 14.500 per dolar Amerika Serikat,” ucap Presiden.

    Presiden secara khusus memuji langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga Rupiah sebesar 0,25 persen (25 bps) menjadi 6 persen. Menurutnya, hal tersebut menunjukkan ketegasan BI mengantisipasi dinamika ekonomi global. Langkah ini diluar prediksi para ekonom. “Yang saya anggap berani itu bukannya besarnya kenaikan, tapi kejutannya itu. Karena saya membaca laporan bahwa 31 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, hanya tiga yang punya ekspektasi BI akan menaikkan bunga hari itu,” ungkapnya.

    Hasilnya, langkah kejutan BI tersebut disambut positif oleh pasar. Menurut Presiden, BI telah menunjukkan ketegasan, menunjukkan determinasinya untuk membentengi Rupiah. “Bisa saja disebut taringnya Bank Indonesia keluar. Keberanian seperti inilah yang kita butuhkan, disaat menghadapi kondisi ekonomi dunia yang sekarang ini, kita melihat banyak ketidakpastian,” ujar Presiden.

    Turut mendampingi Presiden dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia ini antara lain, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Selain itu tampak hadir juga Wakil Presiden RI ke-11 Boediono, dan sejumlah menteri Kabinet Kerja. (rls)

  • Dolar AS Balik ke Rp 14.000

    Dolar AS Balik ke Rp 14.000

    Jakarta (SL) – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pagi ini. Dikutip dari Reuters, Kamis (21/6/2018), dolar AS dihargai Rp 14.091, sementara kemarin berada di level Rp 13.920

    Nilai tukar rupiah terendah terhadap dolar hari ini terpantau Rp 14.000 dan tertinggi di Rp 14.098. Sebelumnya pada masa Ramadan awal Juni lalu, dolar AS sempat bertahan di level Rp 13.900-an.

    Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mulai membaik. Menurutnya, nilai tukar rupiah saat ini tidak terlalu bergejolak dibanding beberapa waktu lalu, setelah BI mengintervensi lewat kenaikan suku bunga acuan.

    Baca Juga:

    Banyak Ikan Mati Disungai Akibat Limbah

    “Kurs memang sempat agak gonjang-ganjing, sekarang pun belum normal benar, tetapi sudah lebih tenang,” kata Darmin saat halalbihalal di kediamannya, beberapa waktu lalu.

    Pergerakan rupiah pada pekan ini diperkirakan masih akan tertekan sentimen perang dagang antara AS dengan China. Hal tersebut membuat pelaku pasar memilih untuk wait and see. (finance.detik.com)