Tag: Bengkel Puisi

  • Puisi Religi Heny Mars: “Pena Dan Lautan”

    Puisi Religi Heny Mars: “Pena Dan Lautan”

    Bandar Lampung, sinarlampung.co – Puisi religi Pena dan Lautan dibacakan Heny Mars pada acara Bedah Buku 101 Mindset Ketika Duniamu Sedang Tidak Baik-Baik Saja karya Yakhsyallah Lidinillah yang diadakan oleh Pojok Literasi Surau Berkah Madani Center (BMC) pada hari Kamis (28 November 2024).

    Heny Mars dari Satupena Lampung membacakan puisi religi “Pena dan Lautan”, menggambarkan betapa besar ilmu Allah yang tiada banding walaupun semua pohon menjadi pena lalu menuliskannya dan laut menjadi tinta sampai kering bahkan ditambah tujuh lautan tidak akan cukup untuk menulis ilmu Sang Maha Pencipta.

    “Puisi ini terinspirasi dari surat ke-31 dalam al Qur’an yaitu surat Luqman ayat 27. Mengingatkan kita betapa lemahnya manusia, menjadi bahan renungan sebagai makhluk mulia yang memiliki akal pikiran.”, ujar Heny pada sinarlampung.co.

    Sementara itu, Bayu Ari Wibowo selaku pengasuh BMC menyatakan, kita jadikan masjid tempat yang dirindukan anak muda. “Mari kita makmurkan masjid di Bandar Lampung”, ucap Bayu.

    Surau BMC mencetak anak muda cinta masjid dan al Qur’an. Surau ini buka 24 jam, lihat tanpa pintu dan jendela, tutupnya hanya hari kiamat, ujar penulis buku Tujuh Kesalahan Takmir Majid.

    Surau ini kita sebut juga Surau Sejuta Pengusaha dengan banyak kegiatan diantaranya leadership, bisnis, bedah buku dan lainnya, tutup Bayu.

    Pada kesempatan yang sama, M Yakhsyallah Lidinillah memaparkan poin-poin buku 101 Mindset Ketika Duniamu Sedang Tidak Baik-Baik Saja. Sampul buku warna merah sama seperti

    M Yakhsyallah Lidinillah mengatakan, buku ini merupakan pengalaman pribadi saya saat lbtidaiyah (SD) cengeng ketika teman-teman ganggu. “Teman bilang, 101 Kenapa Yakhsya Menangis”, kata mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung serta Juara 1 Duta Raden Intan 2022.

    Menurut Yakhsya, ketika kita di bully maka balaslah dengan pemahaman atau prestasi, imbuh peraih Model Indonesia kategori The Best Personality 2022.

    Tak hanya itu, Yakhsya melanjutkan, awali segala sesuatu berdamai dengan keadaan yang terjadi saat ini adalah terbaik diberikan Allah, urai pemuda yang mengenyam pendidikan 12 tahun di pondok pesantren al Falah.

    Dinamika kehidupan naik turun, jika kebahagian manusia tidak terbatas maka manusia akan melakukan hal seenaknya, tambah penulis buku Lensa Pluralitas, Kuningan & Kenangan serta Duta Akhir Zaman.

    “Pada dasarnya masalah kita sama cuma beda waktu dan kapasitas aja”, tandas Yakhsya.

    Adapun moderator pada acara ini, Muhammad Fikri Arfandi merupakan Zilenial Aktivis juga Ketua Umum RISMA Kalianda 2024.

    Berikut Puisi Religi oleh Heny Mars yang berjudul “Pena dan Lautan“.

    Ilmu Sang Khalik begitu besar jumlahnya dan luas, pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tinta, lagi ditambah tujuh lautan setelah kering kerontang, pohon dan lautan yang tak terbatas jumlahnya.

    Apa lacur, manusia-manusia bengal menjadikan hutan meranggas dan diberangus demi alasan mencari kehidupan.

    Apa lacur, manusia-manusia nista membuang hajat hidupnya dari sungai hingga ke laut sampai akhirnya laut pun murka dan memuntahkan amarahnya.

    Betapa sempurna kuasa Sang Mahamenjadikan, intisari segala sesuatu, ketentuan serta perkataan.
    Namun banyak di antara manusia-manusia yang membusungkan dada, seakan dunia dalam genggamannya.

    Betapa lebar ilmu-Nya, penciptaan luar angkasa beserta planet tak terhingga, langit dan bumi beserta isinya, jutaan bakteri sampai binatang melata selalu demikian halnya tumbuh-tumbuhan.

    Tidakkah ini menjadikan renungan bagi manusia-manusia untuk berpikir.

    Niscaya tidak akan pernah tersisa pengetahuan walaupun selesai ditulis dengannya.

    Ia Mahaperkasa, Mahakeras semua pasti terwujud tidak ada satu pun mampu mengalahkan, Mahabijaksana dalam setiap pengaturan dan kebijakan.

    Setara binatang melata, manusia pun diangkat derajat dengan akal dan keilmuan menerangi hayat, manusia makhluk paling sempurna.

    Perum Korpri, Senin, 25 November 2024

    Catatan:
    Terinspirasi dari QS. Luqman (Luqman Al Hakim) 31: 27.
    “Seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta) ditambah tujuh lautan lagi setelah (kering)-nya, niscaya tidak akan pernah habis kalimatullah (ditulis dengannya). Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”. (Red)

  • Menggali Tradisi Menulis Dalam Bengkel Puisi Bersama Rumah Sunting

    Menggali Tradisi Menulis Dalam Bengkel Puisi Bersama Rumah Sunting

    Riau (SL) – Komunitas Senii Rumah sunting (KSRS) kembali menggeliatkan dunia sastra di Riau. Kali ini dalam bentuk Bengkel Puisi. Nama yang unik dengan harapan akan bisa menjadikan para peserta menjadi lebih baik dalam memahami dan mengenali puisi.

    Peserta Bengkel Puisi adalah anak-anak SMA sederajat yang berada di Kamparkiri, Kabupaten Kampar dan sekitarnya, terutama mereka yang tinggal di sepanjang Sungai Subayang. Sementara kegiatan selama dua hari satu malam itu, Kamis dan Jumat (10-11 Mei), difokuskan di Desa Padang Sawah. Selain mengenali apa itu puisi, peserta juga diajak bersama-sama membaca buku puisi, menulis dan mencipta puisi, serta membacakan puisi tersebut.

    Sekretaris Bengkel Puisi, Kasmono, yang juga pemuda asli Padang Sawah sekaligus pimpinan Pemuda Pencinta Alam (Papala) Padang Sawah, mengatakan, Bengkel Puisi sengaja hadir agar puisi sebagai jalan penyampai pesan bisa lebih dekat dengan masyarakat, khususnya generasi muda.

    ”Senang bisa bergabung di kepanitiaan Bengkel Puisi yang dilaksanakan Rumah Sunting, apalagi di kampung saya sendiri. Kalau sama Rumah Sunting, saya selaku Ketua Papala Padang Sawah dan juga aktif di Bengkel Seni Rantau Kamparkiri, sudah sering berkegiatan bersama. Makanya, ketika pimpinan Rumah Sunting, Kunni Masrohanti menyebut Bengkel Seni akan dilaksanakan di Padang Sawah, saya langsung setuju. Ini kegiatan positif dengan tema yang menarik. Saatnya mengajarkan pentingnya bagaimana menjaga kampung dan tradisi melalui puisi,” kata Kasmono.

    Selama dua hari penuh anak-anak mempelajari puisi. Mulai teori yang dilaksanakan di dalam ruangan hingga menulis dan praktek membaca puisi di ruang terbuka seperti di halaman rumah tua dan tepi Sungai Subayang. Saat kegiatan ini dilaksanakan, di Padang Sawah juga sedang berlangsung tradisi Semah Kampung yang dilaksanakan setahun sekali oleh masyarakat. Anak-anak juga diajak melihat prosesi tersebut dan diharapkan bisa ditulis dalam puisi-puisi mereka.

    ”Bengkel Puisi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Hari Puisi Indonesia (HPI) yang puncaknya kita laksanakan 3-5 Agustus mendatang. Salah satu lokasi HPI nanti di Kamparkiri, makanya Bengkel Puisi ini kita arahkan ke sini juga. Tema HPI nanti adalah Puisi Merawat Tradisi. makanya Bengkel Puisi ini kita laksanakan di lapangan terbuka seperti halaman rumah tua yang masih banyak ditemukan di Padang Sawah. Begitu juga dengan prosesi Semah Kampung yang langsung disaksikan peserta. Kami berharap mereka faham tentang tradisi leluhur dan mewariskan kembali kepada generasi berikutnya melalui puisi-puisi yang mereka ciptakan,” beber pimpinan Rumah Sunting Kunni Masrohanti.

    Kegiatan tersebut dibuka Kepala Desa Padang Sawah, Ali Lubis. Pak Wali (sebutan untuk kades di Padang Sawah, red) ini sangat gembira dengan dilaksanakannya Bengkel Puisi di sana. Bahkan bersama Ninik mamak dan masyarakat, ia menjamu peserta, panitia dan nara sumber yang hadir makan bajambau di los pasar milik desa dengan lauk daging sapi yang dipotong untuk Semah Kampung tersebut.

    Tokoh masyarakat Darnius bergelar Datuk Sofiah juga hadir dan banyak memberikan pelajaran selama Bengkel Puisi berlangsung. ”Selagi positif, kami sangat senang. Yang menyenangkan kami, Bengkel Puisi ini mengajarkan kembali kepada anak-anak untuk memahami tradisi dan warisan yang ada di kampung mereka lalu menuliskannya dalam puisi. Ini sangat jarang. Ya, daripada anak-anak berkegiatan yang bukan-bukan, lebih bagus berkarya dan belajar melalui puisi,” kata Pak Wali.

    Pada kesempatan itu, Rumah Sunting menghadirkan banyak nara sumber, antara lain, Bambang Kariyawan (sastrawan Riau dan Wakil Kepala Sekolah SMA Cendana Pekanbaru), Asqalani Eneste (pimpinan Community Pena Terbang Pekanbaru dan telah melahirkan 9 karya buku puisi), DM Ningsih (penyair dan teaterawan perempuan Riau), Muhammad De Putra asal Siak Hulu (penyair muda Indonesia yang telah melahirkan buku-buku puisi, peraih anugerah kebudayaan dari Kemendikbud, juara FLS2N dan pemenang Europalia di Eropa), Al Rakhim Sekha (seniman Riau), Kasmono (deklamator yang baru pulang berpuisi di Malaysia), Gedoy vokalis Gendul dan juga Najwaraus (menghibur dengan lagu-lagu puisi) serta Kunni Masrohanti sendiri. Bersama seluruh peserta, Rumah Sunting dan panitia Bengkel Puisi selama dua hari itu juga membentuk komunitas baru untuk anak-anak muda di sana yang diberi nama Kalang Gaung Subayang. Nama yang manis dengan harapan akan mampu melahirkan penyair-penyair muda berbakat dari Rantau Kamparkiri. (rls)