Tag: Bermasalah

  • Gudang PT Semen Indonesia Di Bandarlampung Diduga Bermasalah

    Gudang PT Semen Indonesia Di Bandarlampung Diduga Bermasalah

    ilustrasi (foto/net)

    Bandarlampung (Sl)-Lokasi lahan dan Gudang PT Semen Indonesia, di Jalan Soekarno-Hatta, RT 007, LK II, Kelurahan Labuhan Ratu Raya, Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung, diduga bermasalah, dan dalam sengketa klaim pemilik yang pemberi sewa kepada PT Semen Indonesia. Kasus itu sedang di proses di Polda Lampung.

    Zulyana (67), warga Kedaton, Bandar Lampung, melaporkan Bayu, cs ke Polda Lampung atas dugaan tindak pidana penyerobotan. Bayu cs, telah menyewakan lokasi lahan seluas 5000 meter2 itu sebagai gudang yang digunakan PT Semen Indonesia. Sementara pelapor mengklaim lahan itu adalah warisan sang suami, dan tanpa ada izin darinya hingga sekarang.

    Zulyana mengatakan bahwa lahan dan bangunan di Jalan Soekarno-Hatta, RT 007, LK II, Kelurahan Labuhan Ratu Raya, Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung. Luasan tanah sekitar 5000 meter persegi, adalah harta warisan peninggalan suaminya, Bahermansyah (Alm) yang belum pernah dialihkan ke pihak lain.

    David, kuasa hukum Zulyana mengatakan bahwa laporan polisi nomor: LP/B-541/V/2017/SPKT tertanggal 11 Mei 2017, dibuat setelah terduga pelaku tidak sanggup menunjukkan kepada pelapor batas-batas tanah yang diakui terlapor sebagai miliknya. “Terlapor dapat dikatakan menyewakan tanah tanpa dasar, karena pelapor tidak menandatangani akta jual beli,” kata David, dilangsir lampungpost.co.

    Mengenai perkembangan laporan di Polda Lampung, kata David, hingga saat masih menunggu informasi dari penyidik krimum Subdit II, Unit II Polda Lampung terkait jadwal Badan Pertanahan Nasional Bandar Lampung turun ke lokasi. “Kami belum tahu kapan BPN turun ke lokasi, namun penyidik sudah pernah memberitahu akan kedatangan BPN,” katanya.

    Menurut David, tindakan yang telah dilakukan penyidik Polda Lampung diantaranya cek TKP, pemeriksaan saksi-saksi dari pelapor, termasuk memeriksa saksi-saksi dari terlapor. “Hal yang menjadi pertimbangan utama sudah dijelaskan kepada penyidik yakni dari alas hak pelapor yaitu wasiat dan surat penyerahan tanah sudah terpecah beberapa sertifikat diantaranya hak milik Sengko Jaya, tanah milik rumah makan Bareh Solok, sekolah Yadika, dan yang lainnya,” katanya. (lp/nt/jun)

  • Proyek Rigit Beton Rp1,2 Miliar di Jalan Pramuka Tak Berkualitas?

    Proyek Rigit Beton Rp1,2 Miliar di Jalan Pramuka Tak Berkualitas?

    Rigit beton jalan Parmuka (foto/dok/lampost)

    Bandarlampung (Sl)-Pembangunan jalan beton di ruas jalan Pramuka, Bandar Lampung yang menelan anggaran mencapai Rp1,2miliar kembali bermasalah. Kondisi rigit beton yang belum lama dikerjakan itu, mulai muncul guratan retak di sepanjang jalan, mulai dari depan SPBU Pertamina 24.351.73- Hingga Pramuka, Bandar Lampung, Jumat, 10 September 2017.

    Pemantauan wartawan dilangsir lampost.co pada lajur jalan dari arah Kemiling menuju Rajabasa tersebut, terdapat retakan retakan kecil dengan panjang sekitar 30 cm.

    Pengamat Konsturksi Universitas Lampung, Sasana Putra mengatakan masalah retak pada rigid pavement tersebut diakibatkan kualitas pelaksanaan pekerjaan yang kurang baik. Bisa diakibatkan materialnya yang kurang dijaga, atau proses perawatan betonnya (curing). “Atau juga telat dilakukan cutting joint (pemotongan sambungan,red),” katanya.

    Menurut Sasana, retakan pada rigid pavement sebenarnya secara desain sudah dipertimbangkan akan terjadi oleh kontraktor. Sehingga perlu dilokalisir, karena ini memperlihatkan retakan yang tidak berpola. Sasana menilaui jika jalan beton tergenang air tidak akan membahayakan.

    Namun jika air masuk melalui retakan dan merusak lapisan di bawahnya, daya dukung jalan rigid tersebut dipastikan berkurang.  “Kalau retak kemudian tergenang air, itu bahaya. Ini seharusnya ada masa perawatan tapi tidak dilakukan dengan bagus. sehingga retaknya kemana mana,” katanya.

    Dia juga mendesak Pemkot segera menangani tidak adanya saluran air atau drainase pada proyek tersebut. Inlet saluran air dijalan, tertutup oleh rigid pavement sehingga menyebabkan air tidak mengalir.

    “Retakan harus segera ditangani dengan metode grouting. Kemiringan jalan juga harus dipertimbangkan untuk membuat saluran air. Secepatnya harus dibuat gorong gorong,” tegasnya.

    Dosen fakultas Teknik Sipil Unila ini mengatakan selama ini setiap pekerjaan jalan selalu menyampingkan pentingnya keberadaan drainase. Drainase dibangun bersumber dari sisa anggaran jalan yang ada. “Faktanya memang seperti itu, drainase dianaktirikan. Baru dibuat jika ada anggaran pembangunan jalan yang tersisa. Bukan dari desain awal,” ucapnya.

    Sebelumnya, Hujan deras mengguyur Kota Bandarlampung, Rabu (8/11) sekitar pukul 14.00 Wib, mengakibatkan genang dibeberbagai jalan utama, dan pemukiman warga di Bandarlampung. Terparah di jalan Parmuka, lokasi proyek rigit jalan beton. Air menggenang bak sungai, dan meluap menggenari pemukiman warga yang lebih rendah dari jalan.

    Warga sepanjang Jalan Kelurahan Rajabasa Nunyai, Kecamatan Rajabasa, Bandarlampung, mengeluhkan genangan air di badan jalan proyek rigid beton yang baru rampung dikerjakan beberapa waktu lalu, karena menyebabkan rumah mereka tergenang setingga 25 cm.

    Nia (37), warga Jalan Pramuka, harus dibuat panik, karena rumahnya mengalami kebanjiran. Banyak prabotan rumahnya yang harus basah, dan rumah kotor. “Ini gara gara banguan rigit beton, yang disiapkan saluran. Harusnya itu diperhatikan. Idealnyakan dibangun proyek rigid beton itu dapat meminimalisir dampak banjir, tapi ini malah rumah saya kebanjiran, selama ini banjir biasanya dijalan, tidak masuk rumah,” katanya, yang tinggal di tepi jalan Parmuka, depan Kwarda Lampung.

    Nia, menyayangkan pembangunan jalan rigid beton itu justru tidak memberikan solusi.Pasalnya, dengan diperbaikinya jalan tersebut membuat badan jalan bertambah tinggi,sementara di sisi badan jalan hanya dibuatkan lubang untuk aliran air. “Ini entah rekanannya yang tidak mengerti atau memang rencana pembuatan jalannya oleh dinas yang amburadul. Lihat saja rumah saya ini, sejak dibangun rigit beton itu, selalu kemasukan air dan ini untuk kesekian kalinya,” katanya kesal.

    Pengamatan di Jalan Pramuka, limpasan air dari badan jalan sepanjang Jalan Pramuka itu, beberapa rumah digenangi air, meski tidak terlalu tinggi. “Mulai dari paviliun samping sampai ke belakang rumah dan dua kamar harus saya bersihkan,” kata Nia.

    Nia juga mengkritik Pemerintah termasuk rekanan yang mengerjakan proyek jalan riris beton di Jalan Pramuka. Karena dia menilai perencanaan pengerjaan jalan itu seharusnya dipikirkan implikasinya. “Bukan sekedar membangun atau memperbaiki,tetapi juga dampak pembangunan jalan itu harus diantisipasi,” katanya. (Lp/Elk/nt/jun)