Tag: BMKG

  • Minim Alat, BMKG Sulit Deteksi Tsunami

    Minim Alat, BMKG Sulit Deteksi Tsunami

    Jakarta (SL) – Tsunami menerjang kawasan pantai Anyer dan sekitarnya hingga Lampung. BMKG menyatakan tidak punya alat peringatan untuk mendeteksi tsunami yang diakibatkan karena gempa vulkanik. Alat untuk pendeteksi aktivitas vulkanik dimiliki badan geologi.

    “Alat early warning yang kita punya saat ini untuk diakibatkan tektonik, bukan vulkanik. Jadi, karena ini vulkanik, maka tidak ada early warning,” ucap Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, saat jumpa pers di Gedung BMKG, Jakarta, Minggu (23/12//2018). Waktu kejadian malam hari juga membuat BMKG sulit mendeteksi tsunami.

    Alat pendeteksi fenomena vulkanik, kata Rahmat, ada di Badan Geologi, atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). “Itu Badan Geologi ya yang sensornya, Badan Geologi,” ujar Rahmat. (DTK)

  • Tak Bisa Tidur karena BMKG

    Tak Bisa Tidur karena BMKG

    Oleh : Wirahadikusumah

    Saya terhenyak tadi malam. Saat sedang menyaksikan pertunjukan musik yang diselenggarakan Komunitas BPK OI Bandarlampung. Penyebabnya bukan karena suara vokalis band yang tampil. Yang mirip sekali Iwan Fals itu. Tetapi, karena adanya informasi yang masuk di WA saya tentang tsunami yang terjadi di pesisir Lampung dan Banten.

    Selain link berita, video dan foto yang menggambarkan warga tengah mengungsi berseliweran di grup-grup WA yang ada saya di dalamnya. Seraya menikmati pertunjukan musik, jari saya terus bermain di layar handphone untuk mencari informasi bagaimana kondisi terakhir di wilayah pesisir. Saya memang sangat khawatir jika terjadi tsunami di Selat Sunda. Sebab, banyak saudara-saudara saya tinggal di wilayah pesisir. Terlebih di Kota Kalianda.

    Di Kalianda, adik kandung ibu saya saja ada empat yang menetap di sana. Belum lagi saudara-saudara saya yang lain. Tetapi, saat itu, saya agak tenang ketika membaca salah satu link berita yang memuat pernyataan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dalam link tersebut, BMKG menegaskan yang terjadi hanyalah air laut pasang. Bukan tsunami.

    Akhirnya saya menonton pertunjukan musik itu dengan tenang hingga pulang ke rumah pukul 00.00 WIB. Saat menjelang tidur, saya kembali membuka WA. Untuk mengupdate informasi nasib warga pesisir akibat air laut pasang. Tetapi, saat membuka salah satu link berita, saya kembali terhenyak. Penyebabnya ada ralat informasi dari BMKG yang menyatakan peristiwa tadi malam adalah tsunami. Bukan air laut pasang seperti sebelumnya yang disampaikan instansi tersebut.

    Adanya ralat informasi BMKG itu membuat saya tak bisa tidur. Saya merasa heran. Kok bisa BMKG meralat informasi? Jika kejadian itu belum terjadi, atau sifatnya perkiraan, saya menilainya wajar adanya ralat informasi.

    Tetapi, bukankah peristiwa itu sudah terjadi? Mengapa sampai BMKG tidak bisa menggolongkan, mana air laut pasang, mana yang tsunami. Apakah kemampuan alat yang dimiliki BMKG terbatas? Atau rusak? Jika iya, seharusnya pejabat instansi ini jangan asal “ceplos” ke publik.

    Pastikan dahulu. Baru beri keterangan ke publik. Sebab, saat ini BMKG, yang dipercaya masyarakat untuk mengetahui informasi mengenai terjadinya gempa maupun tsunami. Karenanya, keakuratan informasi sangat diharapkan masyarakat. Saya berharap ini menjadi pelajaran bagi BMKG, agar tidak sembarangan lagi mengeluarkan informasi.

  • BMKG Menduga Tsunami Selat Sunda Diakibatkan Erupsi Gunung Anak Krakatau

    BMKG Menduga Tsunami Selat Sunda Diakibatkan Erupsi Gunung Anak Krakatau

    Jakarta (SL) – BMKG menjelaskan tsunami di Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung bukan berasal dari gempa tektonik. BMKG menduga tsunami diakibatkan erupsi Gunung Anak Krakatau.

    Kepala BMKG Dwikorita Kurnawati mengatakan pada saat kemarin Sabtu (22/12) itu terdapat dua peristiwa, pertama adanya potensi gelombang tinggi yang diperkirakan terjadi di rentang 21-25 Desember di Selat Sunda. Kedua adanya pemberitahuan dari Badan Geologi Kementerian ESDM yang mengatakan pada (21/12) pukul 13.15 WIB terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau pada level waspada.

    “Informasi geofasial yang terekam BMKG menunjukan ada tiba-tiba kenaikan muka air pantai. Ada kenaikan air. Kami analisis kami memerlukan waktu apakah kenaikan air air pasang akibat fenomena atmosfir yg ada gelombang tinggi yang ada bulan purnama. Namun ternyata setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombamg tsunami. Jadi tipe polanya mirip dengan tsunami yang terjadi di Palu. Sehingga kami koordinasi segera dengan badan geologi dan kami sepakat bahwa diduga, kenapa ini diduga karena datanya belum cukup waktu saat ini kami belum bisa cek ke lapangan masih gelap, tadi kita coba pakai alat tapi tidak terlihat namun ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi, purnama, dan erupsi anak gunung krakatau yang diduga menyebabkan tsunami,” ujar Dwikorita, di kantornya, Jl Angkasa, Jakarta Pusat, Minggu (23/12/2018)

    “Jadi tsunami yang terjadi bukan karena BMKG gempa. Tadi sudah dicek tidak ada gejala tektonik yang menyebabkan tsunami sehingga setelah kami koordinasi bahwa diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami,” sambungnya.

    Sementara itu Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ir Rudy Suhendar dalam sambungan teleconference bersama Kepala BMKG menjelaskan aktivitas Gunung Anak Krakatau sudah terjadi sejak 9 Juni hingga saat ini. Menurutnya pada (22/12) kemarin pukul 21.00 WIB terus terjadi erupsi. “Kemudian dilaporkan jam 21.03 memang lagi terjadi letusan, hanya cuacanya kurang mendukung untuk pemantauan visual kita tidak melihat letusan ketinggianya. Namun demikian memang tiap letusan ini ada juga lereran-leleran lava yang timbul disisi lerenganya, diantara lumpur,” ujar Rudy.

    Akan tetapi terkait dengan tsunami ini, ia menduga ada keterkaitannya dengan Gunung Anak Krakatau. Namun menurutnya masih perlu dibuktikan besok saat sudah terang apakah ada longsoran atau tidak. “Ini memang kami masih menduga, apakah ada longsor material dari lereng anak krakatau atau bukan. ini masih perlu kami buktikan dulu sampai besok, apakah memanag ad longsoran atau tidak. Kalau secara visual, dan cara morfologi, Gunung Anak Kraktau memang ada kemungkinan, tapi kemungkinan nya kecil bisa merontokan tubuh dari Anak Krakatau,” ujar Rudy.

    Menurutnya aktivitas Gunung Anak Krakatau terjadi dengan beberapa waktu lalu. Serta tidak ada frekuensi yang mencurigakan, tetapi ia menyebut tsunami yang disebabkan erupsi Gunung Anak Krakatau masih diduga, nanti masih akan dilakukan verifikasi lagi. “Jadi yang menyebabkan tsunami itu Gunung Anak Krakatau ini sifatnya dugaan, kami bersama- sama BMKG akan melakukan verifikasi di lapangan. Saya kira itu,” imbuhnya.

    Berikut penjelasan lengkap yang disampaikan pihak BMKG dan Badan Geologi dalam jumpa pers pukul 02.00 WIB, Minggu (23/12).

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati

    BMKG berupaya untuk mengumpulkan seluruh informasi dan menganalisis karena ada beberapa hal yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan. Jadi rentang waktu mulai tanggal 21-22 Desember. Jadi pada tanggal 21 Desember Badan Geologi jadi ini nanti kita akan proses konferensi bersama Badan Geologi, karena fenomena Badan Geologi dan Geofisika juga sampaikan konferensi pers bersama kami. 

    Kemarin yaitu pukul 13.51 WIB tanggal 21 Desember Badan Geologi mengumumkan terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau dan level meningkat pada level waspada. Kemudian juga BMKG mulai kemarin pukul 07.00 WIB memberikan peringatan dini karena kami menganalisis dan mendeteksi ada potensi gelombang tinggi di perairan Selat Sunda, diperkirakan mulai kemarin 21 sampai 25 Desember. Ini dua peristiwa berbeda tapi terjadi di waktu yang sama dan lokasi yang sama sama di perairan Selat Sunda. Pertama adalah erupsi Gunung Anak Krakatau dan kedua potensi gelombang tinggi. 

    Tanggal 22 Desember pukul 09.00-11.00 WIB tim BMKG ada di perairan Selat Sunda melakukan uji coba instrumen di situ terverifikasi terjadi hujan lebat dengan gelombang dan angin kencang. Oleh karena itu tim kami kembali ke darat dan akhirnya masih tanggal 22 Desember pukul 21.03 WIB Badan Geologi mengumumkan terjadi lagi erupsi Anak Gunung Krakatau. Kemudian 21.27 tide gauge Badan Informasi Geofasial yang terekam BMKG menunjukan ada tiba-tiba kenaikan muka air pantai. Ada kenaikan air. Kami analisis kami memerlukan waktu apakah kenaikan air air pasang akibat fenomena atmosfir yang ada gelombang tinggi yang ada bulan purnama.

    Namun ternyata setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombamg tsunami. Jadi tipe polanya mirip dengan tsunami yang terjadi di Palu sehingga kami koordinasi segera dengan Badan Geologi dan kami sepakat bahwa diduga, kenapa ini diduga karena datanya belum cukup waktu saat ini kami belum bisa cek ke lapangan masih gelap, tadi kita coba pakai alat tapi tidak terlihat. Namun ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi, purnama, dan erupsi Anak Gunung Krakatau yang diduga menyebabkan tsunami. Jadi tsunami yang terjadi bukan karena seperti yg disampaikan BMKG gempa. tadi sdh dicek tidak tidak ada gejala tektonik yang menyebabkan tsunami sehingga setelah kami koordinasi bahwa diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami. 

    Kami masih perlu mengecek pada saat sudah terang, kami mencurigai longsor karena pola grafik tsunami periodenya pendek-pendek dan mirip seperti Palu karena longsor. Besok pagi kami berupaya mengumpulkan data lagi apakah benar itu karena longsor tebing. 

    Tsunami cukup jauh sampai Bandar Lampung, Cilegon, Serang, Banten dan artinya energinya cukup tinggi. Sehingga oleh karena itu yang paling penting bagi masyarakat tenang namun jangan berada di pantai selat sunda, baik di wilayah Lampung, Banten, Serang itu jangan kembali dulu. Karena pemicunya ini masih diduga.

    Deputi bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly

    Jadi untuk tsunami ini ada beberapa tempat ada tide gauge penunjukan di Serang, pantai Jambu pukul 21.27 padahal erupsi 21.03 dengan ketinggian tsunami 0.9 meter, di pelabuhan ciwandar pada 21.33 ketinggian 0,9 mter atau 90 cm. Kemudian di Banten pada 21.33 WIB ketinggian 0.3 meter, di Lampung Kota Agung 21.35 WIB tercatat 0,30 meter, pelabuhan Panjang 21.53 0,28 meter ketinggian tetapi masih berproses jadi ini masih berlangsung dan erupsi terjadi getaran tremor di Gunung Anak Krakatau sehingga kita terus mmonitor dengan PMVG sejauh apa yang terjadi di sana.

    Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono 

    Kami pastikan gelombang yang masuk ke daratan mulai jam 21.27 itu dipastikan bahwa akibat gelombang tsunami yang awal mulanya kita ragukan apa, tapi yang pasti bukan karena gempa tektonik kami tak mendeteksi adanya aktivitas kegempaan sampai beberapa detik terakir di sekitar Selat Sunda. Namun dari data tide gauge karena tadi pagi jam 21.58 WIB dapat laporan dari teman-teman BMKG dan saya pastikan itu gelombang tsunami. Saya dikirimi gambar tide gauge dan saya pastikan itu adalah gelombang tsunami

    Saya komunikasi dengan Badan Geologi dipastikan mendapat informasi jam 21.03 WIB bahwa ada erupsi di Anak Gunung Krakatau. Makanya kita mengindikasikan bahwa tsunami yang terjadi di Selat Sunda dan Lampung dugaan sementara karena erupsi Anak Gunung Krakatau. Kenapa BMKG tidak memberikan warning karena tidak ada warning yang diakibatkan, kami memberikan warning tsunami yang diakibatkan oleh gempa tektonik. Sedangkan ini yang diakibatkan gempa vulkanik. Sebelumnya BMKG telah memberikan warning memang ada gelombang tinggi. Tadi disampaikan dalam waktu bersamaan disampaikan gelombang tinggi jadi tsunami karena memang sebelumnya gelombang tinggi pagi-berlaku besok pagi, memang mungkin tsunaminya kecil tapi karena ada gelombang tinggi membuat gel tsunami bisa sampai ke daratan. Pada saat bersamaan adanya tsunami yang diakibatan aktivitas Anak Gunung Krakatau. Kalau nggak ada gelombang tinggi tsunami bisa saja nggak masuk ke daratan. 

    Karena begitu saya dapat laporan dari teman BMKG saya pastikan ini adalah tsunami karena waktu itu sudah menduga karena ini akibat Gunung Anak Krakatau karena tak ada aktifitas kegempaan di sana, tak ada di sekitar Selat Sunda. 

    Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono (via sambungan telepon)

    kami mendapatkan laporan dari teman-teman mengenai adanya tsunami atau gelombang pasang dari pada tadi jam 21.00 WIB. Terkait akitvitas Gunung Anak Krakatau, memang aktivitasnya sejaj 29 juni 2018 sampai sekarang memperlihatkan aktivitas yang cukup besar dan pada hari ini sejak jam 13.39, jam 17.00, jam 19.00 dan jam 21.00, terus menunjukan aktivitas-aktivitas atau letusan-letusan ini terjadi bukan hanya malam ini saja, tapi sudah terjadi hampir tiap hari, dengan tipe tembusan sembroya. Jadi lontaran material gunung api diatas dengan ketinggian ada yang sampai 1500, tapi yang tadi jam 19.00 WIB yang masih bisa pantau dari pos pengamatan kami itu rata-rata lemparanya hanya 100-300 meter ditaas puncak. 

    Kemudian dilaporkan jam 21.03 memang lagi terjadi letusan, hanya cuacanya kurang mendukung untuk pemantauan visual kita tidak melihat letusan ketinggianya. Namun demikian memang tiap letusan ini ada juga lereran-leleran lava yang timbul disisi lerenganya, diantara lumpur.

    Nah keterkaiatan dengan tsunami ini memang kami masih menduga apakah ada longsor material dari lereng Gunung Anak Krakatau atau bukan. Ini masih perlu kami buktikan dulu sampai besok, apakah memang ada longsoran atau tidak. Kalau secara visual, dan secara morfologi, Gunung Anak Kraktau memang ada kemungkinan, tapi kemungkinannya kecil bisa merontokan tubuh dari Anak Krakatau. Tapi kita tidak tahu, nanti kita buktikan sebesar apa yang memang kalau betul itu dugaan itu bagian dari longsoran Gunung Anak Krakatau, karena kejadiannya letusan terjadi 22 ini sama dengan letusan beberapa hari lalu. 

    Jadi yang menyebabkan tsunami itu Gunung Anak Kraktau ini sifatnya dugaan, kami bersama-sama BMKG akan melakukan verikiasi dilapangan. Saya kira itu. 

    (dtk)

  • BMKG Diskusikan Asal Suara Misterius di Langit Pantura

    BMKG Diskusikan Asal Suara Misterius di Langit Pantura

    Semarang (SL) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) masih mendiskusikan terkait fenomena suara misterius yang terjadi di langit Pantura dini hari tadi. Namun dipastikan suara itu bukan berasal dari fenomena cuaca.

    Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko, mengatakan BMKG belum bisa mengidentifikasi asal suara. Namun kemungkinannya dari pesawat dengan baling-baling. “Menurut info dari BMKG Ahmad Yani belum bisa teridentifikasi. Kalau dari suaranya seperti dengan baling-baling atau propeller,” kata Iis, Jumat (14/12/2018).

    Suara pesawat bisa terdengar jika pesawat itu terbang di bawah 24 ribu kaki. Meski demikian saat suara terdengar yaitu sekita pukul 01.00 tidak terlihat ada pesawat karena berawan. “Yang jelas bukan fenomena cuaca yang menyebabkan suara tersebut,” terang Iis.

    Diberitakan sebelumnya, warga di Pekalongan dan Semarang mendengar suara menderu di langit dini hari tadi. Dari laporan warga, suara itu didengar cukup luas dalam waktu yang bersamaan, dari Kabupaten dan Kota Semarang, Pemalang, Pekalongan bahkan hingga Cirebon. (detik)

  • BMKG Prediksi Adanya Fenomena Madden Julian Oscillation

    BMKG Prediksi Adanya Fenomena Madden Julian Oscillation

    Sinar Lampung – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memantau dan menganalisis curah hujan yang menunjukkan bahwa sejumlah daerah telah diguyur hujan selama beberapa hari terakhir yang menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti genangan, banjir, dan longsor.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo mengatakan, dalam beberapa hari terakhir menunjukkan mulai tampak adanya aktivitas aliran massa udara dingin dari Asia (Monsun Dingin Asia) yang signifikan sehingga dampaknya mempengaruhi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.

    Disamping itu, sepekan ke depan diprediksi akan adanya aliran massa udara basah yang menjalar dari Barat Samudera Hindia menuju ke wilayah Indonesia bagian Barat yang dikenal dengan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO). “Interaksi kedua fenomena tersebut dan ditambah dengan tingginya aktifitas gangguan tropis, berupa sirkulasi dan pertemuan angin dapat menyebabkan dan meningkatkan potensi terjadinya hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang khususnya di Sumatera dan Jawa,” kata Mulyono dalam pernyataan tertulisnya, Senin (10/12/2018).

    Selain provinsi di Sumatera dan Jawa, lanjut Mulyono, diperkirakan Bali dan Kalimantan Barat dan Tengah serta wilayah Maluku juga akan berpotensi terjadi hujan lebat pada periode ini.

    Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di beberapa wilayah Indonesia dalam periode seminggu ke depan (10 – 16 Desember 2018), antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur.

    Masih kata Mulyono, “Sedangkan potensi gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter diperkirakan terjadi di Perairan Utara Kepulauan Natuna, Perairan Barat Kep. Simeulue hingga Mentawai, Perairan Bengkulu – Enggano, Perairan Barat Lampung, Samudera Hindia Selatan Jawa hingga Lombok,” terangnya.

    Dia menghimbau, kepada masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak lanjutan yang dapat ditimbulkan kondisi cuaca tersebut seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.

  • Yogyakarta Diguncang Gempa 5.1 SR,  BMKG : Tak Berpotensi Tsunami

    Yogyakarta Diguncang Gempa 5.1 SR, BMKG : Tak Berpotensi Tsunami

    Yogyakarta (SL) – Gempa berkekuatan 5,1 SR mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta. Gempa disebut tidak berpotensi tsunami.

    Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa terjadi pada Jumat (30/11) pada pukul 3.42 WIB.

    Lokasi gempa berada di 122 kilometer barat daya Kabupaten Kulon Progo.
    Koordinat gempa berada di 8,84 Lintang Selatan dan 109,74 Bujur Timur dengan kedalaman gempa mencapai 18 kilometer di bawah laut.

    Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Djoko Budiono menyampaikan, pada bulan Desember mendatang seluruh wilayah di DIY dipastikan sudah akan memasuki musim penghujan.

    Hujan bulanan tersebut, diungkapkan Djoko berkisaran pada 301 – 500 mm/bulan yang mana kondisi itu mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya yang berada pada kisaran 100-200mm/bulan. “Khusus untuk Bantul bagian timur dan Gunungkidul bagian barat daya, jumlah curah hujan bulanan hanya berkisar antara 201-300 mm/bulan masuk dalam kategori sedang,” jelas dia, Rabu (28/11/2018) .

    Lebih lanjut, Ia menjelaskan, intensitas dan frekuensi hujan tersebut akan terus mengalami peningkatan dari bulan ke bulan.”Diprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Januari 2019 awal,” tambah dia.

  • Gempa 5,6 SH Guncang  di Bitung Sulut

    Gempa 5,6 SH Guncang di Bitung Sulut

    Jakarta (SL) – Gempa bermagnitudo 5,6 terjadi di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut). Gempa tidak berpotensi tsunami.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis gempa terjadi pada pukul 11.34 WIB, Sabtu (13/10/2018). Lokasi gempa berada di koordinat 1.36 LU-125.46 BT, 38 km tenggara Bitung dengan kedalaman gempa 97 km.

    Gempa ini dirasakan dengan MMI III di Bitung, MMI III di Tondano, MMI II di Manado, dan MMI II-III di Airmadidi. Skala MMI III menandakan getaran dirasakan nyata dalam rumah. (dn/net)

  • Status Gunung Kerinci Meningkat Level II, Waspada

    Status Gunung Kerinci Meningkat Level II, Waspada

    Jambi (SL) Gunung Kerinci, mengalami erupsi. Erupsi terjadi sejak dini hari dengan mengeluarkan abu vulkanik. Warga direkomendasikan untuk tak mendaki gunung. Dengan potensinya, penerbangan pun direkomendasikan untuk dihindari.

    Menurut informasi BMKG Jambi, abu vulkanik terlihat sejak Sabtu (29/9/2018) pukul 01.30 dini hari dan pada pukul 10.30 WIB. Semburan abu vulkanik sudah tidak terlihat lagi dikarenakan kondisi Gunung Kerinci yang tertutup awan.

    “Berdasarkan Sigmet dan VAAC, teramati erupsi abu vulkanik Gunung Kerinci pada lapisan permukaan dengan ketinggian mencapai 1.400 m disertai kecepatan 5 knot. RGB Citra Satelit cuaca Himawari diperbarui sekitar pukul 10.30 WIB hingga siang ini abu vulkanik tidak terdeteksi karena wilayah gunung Kerinci tertutup awan,” kata BMKG dalam keterangan tertulis.

    Tingkat aktivitas Gunung Kerinci Level II (Waspada) :

    1. Masyarakat disekitar gunungapi kerinci dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki kawah yang ada dipuncak gunungapi kerinci didalam radius 3 km dari kawah aktif (masyarakat dilarang beraktifitas didalam radius bahaya/KRB III).
    2. Sebaiknya jalur penerbangan disekitar gunung api kerinci dihindari karena sewaktu-waktu masih memiliki potensi letusan abu dengan ketinggian yang dapat mengganggu jalur penerbangan. (net)
  • Mall di Sulawesi Tengah Roboh Akibat Gempa 7,7 Skala Richter

    Mall di Sulawesi Tengah Roboh Akibat Gempa 7,7 Skala Richter

    Sulawesi Tengah (SL) – Gempa bumi baru saja terjadi di lintang -0.18 bujur 119.85, pada pukul 18.02 Waktu Indonesia Tengah (WITA), Jumat 28 September 2018. Gempa bumi tersebut, menurut BMKG, terjadi tepatnya di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

    Dilansir dari laman bmkg.go.id, gempa yang terjadi di Donggala berdaya 7,7 skala richter di kedalaman 10 kilometer dan berpotensi tsunami.

    Titik gempa berada di 27 kilometer timur laut Donggala, Sulawesi Tengah. Goyangan gempa tersebut dirasakan hingga di Makassar.

    Berdasarkan data sementara dari BPBD Kabupaten Donggala tercatat 1 orang meninggal dunia, 10 orang luka-luka serta puluhan rumah rusak, dan banyak korban tertimpa oleh bangunan yang roboh. Tak hanya rumah yang rusak, salah satu mall perbelanjaan di Sulawesi Tengah juga ikut roboh.

    Evakuasi masih dilakukan oleh petugas. Pendataan dan penanganan darurat masih dilakukan. Sebagian masyarakat masih berada di luar rumah. Mereka berada di tempat aman. Gempa susulan masih sering berlangsung.BMKG juga mencatat, ada empat kali gempa sepanjang hari ini. Gempa pertama terjadi pada pukul 14.00 WIB, di 8 kilometer timur laut Donggala, dengan magnitude 5,9 SR.

    Gempa kedua, terjadi pada pukul 14.28 WIB, di 10 kilometer timur laut Donggala, Sulteng dengan magnitude 5,3 SR. Gempa ketiga, terjadi pada pukul 15.25 WIB, di 11 kilometer timur laut Donggala, dengan magnitude 5,3 SR.

    Gempa keempat, terjadi di 27 kilometer timur laut Donggala, Sulawesi Tengah, dengan magnitude 7,7 skala richter. (NET)

  • Tadi Malam Gempa 5,5 SR Guncang Bengkulu

    Tadi Malam Gempa 5,5 SR Guncang Bengkulu

    Bengkulu (SL) – Gempa bumi mengguncang Bengkulu, Rabu (2/8/2018) malam ini. Gempa berkekuatan 5,5 Skala Richter (SR) tersebut terjadi sekitar Pukul 22.25 WIB. Data Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika menyebut, pusat gempa berada di 63 km barat daya Kaur-Bengkulu, kedalaman 28 km.

    Gempa yang terjadi dilaporkan tidak berpotensi tsunami.

    “#Gempa Mag:5.5, 01-Aug-18 22:25:28 WIB, Lok:5.76 LS,102.47 BT (163 km BaratDaya KAUR-BENGKULU), Kedlmn:28 Km, tdk berpotensi tsunami #BMKG.”

    (BMKG)