Bogor (SL)-Journey to The Past: Geoeducation for Sangkulirang-Mangkalihat Karst Sustainability meraih dua penghargaan katagori Emerald’s Special Award on Sustainability and Responsible Tourism serta katagori Best Presenter Awards pada International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH) 2022 di Kuching Sarawak, Malaysia. 03 September 2022.
A Journey to The Past: Geoeducation for Sangkulirang-Mangkalihat Karst Sustainability merupakan materi yang disampaikan Dr. Azyana Sunkar. Author pada makalah ini Dr. Azyana Sunkar dan Resti Meilani dari Insitut Pertanian Bogor (IPB), Eko Haryono dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Mohsen Brahmi dari University of Sfax, Tunisia, Pindi Setiawan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) and Siti Hasanah dari Sekolah Alam Bogor.
Dr. Ina mengatakan, sebenarnya kunjungan-kunjungan ke area geologi sudah lama seperti ke gunung, danau, dan air terjun. “Hanya saja masih sekedar kunjungan wisata belum dilengkapi dengan pemahaman-pemahaman bahwa obyek-obyek tesebut adalah berbasis geologi dan belum ada faktor edukasi di dalamnya,” katanya kepada awak media melalui telepon.
Saat ini pengembangan obyek wisata yang berbasis geologi dan difokuskan untuk meningkatkan pemahaman wisatawan akan pentingnya nilai geologi sudah mulai berkembang di Indonesia. “Terbukti dengan semakin banyaknya kawasan geopark juga dengan mulai banyaknya wisata edukasi ke area area obyek wisata geokogi, kata wanita dengan sapaan akrab Dr. Ina.
Dia menjelaskan, geoedukasi harus diikuti dengan adanya guide yang bisa menjelaskan proses-proses pembentukan yang terjadi di area tersebut, misalnya, Bagaimana kawasan karst dan gua terbetuk, Bagaimana danau terbentuk,
Pentingnya wisatawan memahami bahwa obyek wisata mereka adalah berbasis geologi yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sekali rusak akan hilang selamanya. “Selain penjelasan oleh guide, bisa juga dibangun pusat-pusat informasi edukasi,” tambahnya.
Penduduk lokal di sekitar Karst Sangkurilang Mangkalihat atau obyek wisata geologi lainnya dapat diperankan sebagai guide dengan dibekali pengetahuan terlebih dahulu tentang sumber daya geologi tingkat kerapuhan karst di kawasan tersebut.
Mereka juga bisa sebagai penyedia akomodasi juga makanan, tegas Dr. Ina, tentang peran penduduk lokal dalam rangka meningkatkan pendapatan ekonomi yang tidak merusak lingkungan sekitar Karst Sangkurilang Mangkalihat.
Kemudian lanjut Dr. Ina, media memainkan peran penting dalam pertumbuhan, pengembangan, dan promosi geowisata dengan menciptakan kesadaran dan pemahaman yang lebih baik bahwa sumber daya geologi yang menjadi atraksi wisata dalam geowisata adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, sehingga wisatawan juga harus tetap menjaga kelestariannya.
“Indonesia tidak hanya saja kaya akan keanekaragaman hayati namun juga kerahaman geologi. Semuanya harus dijaga dan dilestarikan karena bagian dari aset bangsa untuk memjukan negara melalui pengkatan perekomomian melalui wisata,” ujarnya.
Generasi muda adalah pemimpin bangsa di masa depan jadi harus bisa bertanggungjawab terhadap sumber daya alam negaranya,” Tegas Dr. Ina menutup pembicaraanya.
Diketahui bahwa Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Kalimantan Timur menyatakan,
Karst Sangkulirang Mangkalihat memiliki banyak potensi alam berupa kayu, non kayu, batuan mineral dan sarang burung walet yang dapat membantu ekonomi masyarakat setempat. Bahkan, tercatat bahwa kawasan ini merupakan pemasuk terbesar sarang walet di dunia. Untuk menuju kawasan ini, jalur yang digunakan sebagian besar melalui sungai-sungai.
Karst Sangkulirang-Mangkalihat dengan pesona goa telapak tangan peninggalan tahun 10.000 SM telah menjadi situs bersejarah yang popular di dunia Internasional. Tak sedikit turis asing yang datang hanya untuk menikmati keindahan lukisan tapak tangan di sepanjang dinding goa.
Tak hanya sebuah situs sejarah, jajaran gunung karst yang berbaris di sepanjang Kecamatan Sangkulirang hingga Sandaran, Kabupaten Kutai Timur, juga bisa menjadi tempat olahraga yang menguras adrenalin, wisata pendidikan dan lokasi wisata alam yang indah.
Sebagai situs sejarah, karena kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat yang memiliki hamparan seluas 2.145.301 ha dari Kabupaten Berau hingga Kabupaten Kutai Timur memiliki situs gambaran telapak tangan dan beberapa peninggalan sejarah pada dinding puluhan gua dan lorong panjang di dalamnya. Bahkan peninggalan tersebut diperkirakan merupakan awal penyebaran rumpun manusia purba Austronesia. Artinya, Karst Sangkulirang Mangkalihat menjadi titik awal kemunculan manusia purba yang ada di bumi pertiwi.
Sebagai lokasi wisata pendidikan, karst memiliki bidang plaeontologi, arkeologi, situs fosil, struktur geologi-mineral, litologi, serta beragamnya flora dan fauna endemik. Keberadaan gua-gua, sungai bawah laut, cadangan batu kapur dan bahan semen pun cukup melimpah.
Sebagai lokasi wisata, mereka yang berkunjung ke kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat akan disuguhkan pemandangan ornamen alami berupa stalagtit dan stalagmit mengagumkan. Ada pula jajaran flowstone yang memancarkan sinar Kristal kalsit memukau mata. Menjelajahi goa bawah tanah di sepanjang pegunungan karst juga menjadi tantangan tersendiri. Karena setiap spot memiliki ketinggian air yang berbeda.
Karts Sangkulirang-Mangkalihat juga memiliki potensi sungai bawah tanah yang bisa dimanfaatkan. Selain potensi alam yang bisa meningkatkan nilai ekonomi, seperti hutan kayu dan non kayu, batuan mineral, potensi wisata alam, serta sarang burung walet yang cukup menjanjikan. (Heny HDL)