Bandar Lampung – Laju inflasi yang tinggi masih menggeliat di Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi year on year (yoy) di daerah ini pada Januari 2024 mencapai 3,28 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,55.
Persentase itu jauh lebih tinggi dibanding laju inflasi yoy nasional sebesar 2,57 persen.
Laju inflasi di Lampung tertinggi terjadi di Lampung Timur sebesar 5,39 persen dengan IHK sebesar 109,05. Terendah terjadi Kota Metro sebesar 1,99 persen dengan IHK sebesar 104,52.
Inflasi yoy terjadi karena adanya kenaikan harga sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 7,49 persen.
Kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 3,84 persen, kelompok perumahan, air, listrik, bahan bakar rumah tangga 0,83 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,92 persen, kelompok kesehatan 0,88 persen, kelompok transportasi 0,78 persen, kelompok pendidikan 2,73 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,90 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 2,03 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan, yaitu: kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,07 persen, dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya 0,22 persen.
BPS juga mencatat tingkat inflasi month to month (m-to-m) dan tingkat inflasi year to date (y-to-d)
Provinsi Lampung bulan Januari 2024 mengalami penurunan indeks (deflasi) masing-masing sebesar 0,19 persen.
Berbeda dengan inflasi bulan-bulan sebelumnya, tingginya inflasi pada Januari 2024 di Lampung didorong kenaikan harga berbagai ragam komoditas, di mana sebelumnya lebih sering didominasi oleh komoditas sembako, rokok dan bahan bumbu dapur.
Pada Januari 2024, komoditas yang dominan menjadi penyumbang inflasi y-on-y jauh lebih banyak, seperti beras, bawang putih, tomat, cabai merah, sigaret kretek mesin (skm), gula pasir, ikan lele, kopi bubuk, emas perhiasan, daging ayam ras, jeruk, ayam hidup, sekolah menengah atas, tarif air minum pam, ikan nila, akademi/perguruan tinggi, tarif jalan tol, terong, susu bubuk, dan ice cream.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain: bawang merah, cabai rawit, angkutan udara, minyak goreng, makanan hewan peliharaan, kangkung, ikan kembung, ikan tongkol, ikan layang, vitamin, telur ayam ras, popok bayi sekali pakai/ diapers, shampo, besi hollow, pisang, dan ikan asin teri.
Sementara komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m pada Januari 2024, antara lain: bawang putih, kontrak rumah, beras, susu cair kemasan, cumi-cumi, kacang panjang, tomat, jeruk, dan sigaret kretek mesin (skm).
Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m, antara lain: cabai merah, cabai rawit , daging ayam ras, bensin, telur ayam ras , ikan kembung, ikan tongkol, udang basah, tempe, dan terong.(iwa)