Bandarlampung – Sebagai daerah yang dekat dengan Jakarta, Provinsi Lampung perlu meningkatkan kewaspadaan di pintu masuk Pelabuhan Bakauheni, sebab dari temuan kasus positif Jakarta, warga yang terpapar tidak bergejala, dan baru ketahuan positif setelah dilakukan tes swab di area genitalia dan bokong. Ketahuan pula bahwa penularan cacar monyet hampir 100 persen dari hubungan seksual berisiko (bukan suami istri), maka perlu dilakukan kampanye bahaya penularan cacar monyet di lokasi yang berpotensi berlangsungnya hubungan seksual berisiko, seperti spa dan lain-lain apa pun namanya.
Meniru Jakarta, dinas kesehatan di Provinsi Lampung perlu melakukan upaya prevent atau pencegahan di lokasi rawan protistusi dengan melakukan vaksinasi kepada para pekerja. Supaya aman, vaksinasi diberikan satu orang dua dosis, selang empat minggu.
Selain itu perlu adanya sosialisasi dan edukasi masif terkait pola hidup bersih dan sehat pakai masker, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun; hindari kontak kulit dan luka; berhubungan seksual yang aman, sehat, bersih. Hindari hubungan seksual jika sedang sakit atau bergejala.
Sementara ini, memang belum ditemukan kasus positif cacar monyet di Lampung Selatan.
Namun menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinkes Lampung Selatan Jamaluddin, meskipun belum ditemukan kasus penyakit menular ini, pihaknya tetap melakukan upaya pencegahan melalui sosialisasi di tingkat fasilitas layanan kesehatan oleh tenaga medis dan petugas kesehatan terkait deteksi dini gejala suspek cacar monyet.
“Apabila terdapat anggota keluarga yang mengalami demam lebih dari 38,5 derajat Celsius, sakit kepala, bagian otot terasa nyeri, tubuh terasa lemah terdapat benjolan berisi air atau nanah segera diperiksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan,” kata dia.
Dia menjelaskan cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox, yaitu virus yang termasuk dalam kelompok Orthopoxvirus.
Virus ini awalnya menular dari hewan ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan, seperti tupai, monyet, dan tikus yang terinfeksi virus monkeypox.
“Hindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus, hindari kontak dengan bahan apa saja yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit cacar monyet, cuci tangan yang baik dan benar,” ujarnya.
Menurut dia, penyakit cacar monyet memiliki gejala yang serupa dengan cacar air, yaitu bintil berair. Seiring perkembangan penyakit, bintil berair berubah menjadi bernanah dan menimbulkan benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
Jamaludin meminta kepada masyarakat untuk bersama-sama mencegah penularan cacar monyet, seperti yang sudah disosialisasikan oleh petugas kesehatan.
“Setelah kontak dengan manusia atau hewan yang terinfeksi cacar monyet, kalau mengolah atau memasak daging harus dengan benar dan matang,” katanya.(iwa/ant)