Tag: Campang Jaya

  • Stop Proyek Tower Indosat di Campang Jaya, Perkim Balam: Biar Kita Sama-sama Enak

    Stop Proyek Tower Indosat di Campang Jaya, Perkim Balam: Biar Kita Sama-sama Enak

    Bandar Lampung, sinarlampung.co – Pembangunan tower Base Transceiver Station (BTS) milik PT Indosat Tbk yang berada di wilayah RT 6, Kelurahan Campang Jaya, Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung terpaksa diberhentikan sementara. Hal itu diduga dipicu adanya terkait izin yang belum rampung dan kini masih proses.

    Hal tersebut disampaikan salah seorang pekerja bernama Jajang. Dia mengaku didatangi oleh pihak Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Kota Bandar Lampung di lokasi pembangunan tower.

    Kepada Jajang dan pekerja lainnya, salah seorang pegawai dari dinas terkait bernama Gani menghimbau pengerjaan tower dihentikan sementara, sebelum surat izin pembangunan keluar.

    “Iya tadi ada beberapa orang datang ke sini katanya dari Dinas Perkim, sekitar 10 orang lah. Kami disuruh berhenti dulu kerjanya sementara. Katanya jangan dulu kerja kalau izinnya belum keluar. Ya saya ngikut aja apa kata pemerintah sini,” kata Jajang saat ditemui di lokasi, Selasa (17/20/2023).

    Jajang mengatakan belum tahu sampai kapan dirinya dan pekerja lainnya dipanggil untuk bekerja kembali pasca pemberhentian. Sembari menunggu izin rampung, Jajang mengatakan ia beserta rekan-rekannya berencana akan pulang kampung terlebih dahulu.

    “Ya mau gimana kalo disuruh berhenti ya berhenti dulu. Kita pulang kampung dulu aja ke Sumedang. Cuman tadi saya izin di hari terakhir ini saya pasang coran dulu (untuk pondasi pagar keliling tower). Ya udah katanya daripada ini nanti kebalik,” kata Jajang menirukan ucapan pegawai Dinas Perkim Bandar Lampung.

    Menurut Jajang semua pekerja yang terlibat dalam proyek pembangunan tower BTS di Campang Jaya berasal dari Sumedang, Jawa Barat.

    Lebih jauh, Jajang menjelaskan jika dirinya merupakan pekerja yang digaji per hari oleh pihak ketiga pelaksana pembangunan proyek tower BTS milik PT Indosat tersebut. Jajang menyebut pelaksana proyek tower BTS adalah PT. Westline. “Itukan yang bayar bukan langsung dari perusahaan utama (Indosat) tapi pihak ketiga, PT Westline,” kata Jajang.

    Jajang juga sempat menyebut pihak ketiga yang tengah mengurus perizinan adalah Arif. Namun Jajang tidak menjelaskan rinci posisi Arif di pihak rekanan atau pelaksana pembangunan tower sebagai apa.

    Di luar keterangan Jajang, berdasarkan video yang diterima sinarlampung.co, salah satu pegawai Dinas Perkim Bandar Lampung menghimbau para pekerja agar pekerjaan tower diberhentikan sementara. Adapun pekerjaan boleh dilanjutkan ketika urusan perizinan benar-benar tuntas.

    “Sementara diberhentikan dulu. Sampe izinnya apa udah masuk. Izin PPG-nya masuk, lulus uji apa enggak, baru nanti bisa dikerjakan lagi ya. Sementara distop dulu, karena takutnya nanti bergejolak. Biar kita sama-sama enak,” ucap salah satu pegawai Dinas Perkim kepada para pekerja.

    Pantauan di lokasi pembangunan tower, di hari terakhir pemberhentian, tampak para pekerja tengah menyelesaikan pengecoran pondasi pagar pembatas. Terlihat juga pagar pembatas berbahan seng sudah berdiri sebagian. Sedangkan menurut informasi dari pekerja, ketinggian tower sudah mencapai 40 meter selama 12 hari pengerjaan. (Tam)

  • Pembangunan Tower BTS di Campang Jaya Abaikan K3, Pak RT Arogan Mau Siram Wartawan Pakai Kopi

    Pembangunan Tower BTS di Campang Jaya Abaikan K3, Pak RT Arogan Mau Siram Wartawan Pakai Kopi

    Bandar Lampung, sinarlampung.co Pembangunan menara tower Base Transceiver Stasion (BTS) di Kelurahan Campang Jaya, Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung yang dilakukan oleh pekerja terpantau tidak dilengkapi Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Sedangkan sesuai Permenaker Nomor 09 Tahun 2016 mewajibkan kepada kepada pengusaha atau pengurus untuk menerapkan K3 dalam bekerja di ketinggian.

    Jajang selaku pekerja mengatakan jika pembangunan tower BTS itu milik Indosat dan sudah dikerjakan selama 4 hari, terkait pekerja yang tidak memakai K3 seperti helm, tali pengait keamanan dan baju pelindung. Ia mengungkapkan jika prosedur itu ribet dan menghambat pekerjaan.

    “Iya kebanyakan di lapangan itu tidak di pake susah bikin ribet, pengawasnya ngga ada. Itu pak Rt sering ngecekin ke sini,” katanya.

    Ditanya soal himbauan atau pagar penutup di areal pembangunan karena jarak pembangunan tower BTS sangat dekat dengan pemukiman dan material yang tak sengaja jatuh seperti baut dan lainnya bisa membahayakan warga sekitar. Jajang mengatakan jika memang tidak memasang himbauan area dan pagar pembatas pembangunan, kemudian ia enggan memberikan keterangan lebih lanjut dan memilih diam.

    Di tempat yang sama, salah satu warga sekitar yang enggan menyebutkan namanya mengkhawatirkan menara yang sudah berdiri puluhan meter itu dinaiki oleh anak-anak di malam hari karena tidak adanya himbauan dan pagar pembatas pembangunan.

    “Iya ngga ada pagernya, ngerinya kalo ada anak iseng naik menara di malam hari. Kalo rumah pak Rt gang yang ada tower airnya itu,” ujarnya.

    Sementara saat ditemui dikediamannya, Rakim selaku RT setempat lantas sinis lantaran pertanyaan wartawan terkait keamanan warga sekitar dan pertanyaan apakah pihak pamong setempat sudah mengingatkan tentang K3 dalam pembangunan tower BTS tersebut demi keamanan.

    “Saya udah mengingatkan dan nanya kenapa ngga pake pengaman kalo jatoh bagaimana katanya ribet, kenapa ngga pake helem harusnya pemborong yang ngingetin cuma kita perikemanusiaan. Kamu ini nanya kesini mau apa? nanti saya telpon ini aja Edi pengawasnya, itu bukan urusan saya kan ada pemborong masing-masing. Lo kalo kesini salah dong itu bukan ranah saya kalo saya urusannya admnistrasi, kita orang sama babin lurah camatnya,”katanya.

    Saat ditanya terkait tidak ada himbauan area dan pagar penutup dalam proses pembangunan karena jaraknya yang begitu dekat dengan pemukiman warga, Rakim justru dengan arogannya dan diduga menuding secara tendensius jika wartawan hanya mencari-cari kesalahan.

    “Kalo mau cari baik-baik datang aja kesitu, saya itu cuma ngawasin dapat upah aja ngga saya. Lurah sering bhabin aja ngontrol juga. Kan belum jadi itu makanya belum ditutup pagar. Ngomong aja kalo mau ada pendekatan, saya udah bilang kalo ada wartawan kasih aja rokok-rokok,” ujarnya.

    Lanjutnya, dirinya mengawas karena ada kewajiban dari lurah dan pak Babin untuk mengontrol pembangunan itu hingga berdiri. Bahkan secara tidak langsung Rakim mengamini jika warga sekitar khususnya anak-anak terkadang bermain di area pembangunan itu, meski ditanya beberapa kali ia kesal dan tak menjawab.

    “Kamu ini mau apa? Gini aja mas ngga usah banyak cincong (omong-red) nanya nanti kalo udah berdiri kalo mau dimasalahin ya masalahin aja, Itu kan ada yang ngawasin juga itu. Bahkan ada anak-anak mainan megang kayak tali aja itu diomelin sama diorang pekerja itu artinya kurang apa saya,” jelasnnya.

    Kemudian Rakim menanya kepada wartawan, jika tidak ada yang ditanyakan kembali dia meminta wartawan untuk segera pergi. Kemudian awak media pun bersalaman dan meminta maaf jika ada kata-kata dalam pertanyaan yang kurang berkenan.

    “Udah itu aja kan, untung kamu nanya tadi gelas ini ngga saya pegang. Kalo ngga saya sebor (siram-red) pake kopi ini, yaudah kalo ngga ada yang ditanya lagi,” tuturnya. (Red)