Tag: China

  • Bangun Infrastuktur Pakai Utang dari China, Negara-Negara Ini Malah Bangkrut?

    Bangun Infrastuktur Pakai Utang dari China, Negara-Negara Ini Malah Bangkrut?

    Jakarta (SL) – Besaran utang luar negeri yang dihadapi oleh Indonesia tengah menjadi perhatian. Salah satunya adalah utang luar negeri yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di Indonesia.

    Peneliti di Institute dor Fevelopment of Economics and Finance (INDEF) Rizal Taufikurahman mengungkapkan, ada beberapa negara yang telah menggunakan skema utang dalam membiayai pembangunan infrastruktur, mulai dari Jepang, China, Korea Selatan, Angola, Zimbabwe, Nigeria, Sri Lanka.

    Akan tetapi pembiayaan infrastruktur melalui utang luar negeri tak selalu berjalan mulus, ada beberapa negara yang gagal bayar atau bangkrut.

    “Jadi ada bad story dan success story. Yang bad story itu Angola, Zimbabwe, Nigeria, Pakistan dan Sri Lanka,” ungkap Rizal saat diakusi dengan media di Kantor INDEF, Jakarta, Rabu (21/3/2018).

    Adapun kisah pahit negara yang gagal membayar utang dari utang luar negeri adalah Zimbabwe yang memiliki utang sebesar 40 juta dollar AS kepada China. Akan tetapi Zimbabwe tak mampu membayarkan utangnya kepada China, Hingga akhirnya harus mengganti mata uangnnya menjadi Yuan sebagai imbalan penghapusan utang.

    Penggantian mata uang itu berlaku sejak 1 Januari 2016, setelah Zimbabwe tidak mampu membayar utang jatuh tempo pada akhir Desember 2015.

    Kemudian, kisah pahit selanjutnya dialami oleh Nigeria yang disebabkan oleh model pembiayaan melalui utang yang disertai perjanjian merugikan negara penerima pinjaman dalam jangka panjang.

    Dalam hal ini China mensyaratkan penggunaan bahan baku dan buruh kasar asal China untuk pembangunan infrastruktur di Negeria.

    Kemudian, ada Sri Lanka yang juga tidak mampu membayarkan utang luar negerinya untuk pembangunan infrastruktur, Sri Lanka sampai harus melepas Pelabuhan Hambatota sebesar Rp 1,1 triliun atau sebesar 70 persen sahamnya dijual kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China.

    “Mereka membangun proyek infrastrukturnya lewat utang, akhirnya mereka tidak bisa bayar utang. Banyak beberapa negara, di antaranya Angola mengganti nilai mata uangnya. Zimbabwe juga,” ungkapnya.

    Hati-hati

    Rizal menegaskan, dengan demikian pemerintah perlu kehati-hatian dan kecermatan dalam mengelola utang luar negeri terutama yang berkaitan untuk pembangunan infrastruktur.

    Tercatat, pada akhir 2014, utang pemerintah mencapai Rp 2.609 triliun dengan rasio 24,7 persen terhadap PDB. Sedangkan hingga akhir 2017, utang pemerintah mencapai Rp 3.942 triliun dengan rasio 29,4 persen.

    Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Utang Luar Negeri Indonesia pada akhir Januari 2018 meningkat 10,3 persen (yoy) menjadi 357,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 4.915 triliun (kurs Rp 13.750 per dollar AS).

    Adapun rinciannya adalah 183,4 miliar dollar AS atau setara Rp 2.521 triliun utang pemerintah dan 174,2 miliar dollar AS atau setara Rp 2.394 triliun utang swasta. (Kompas)

  • China Sudah Siap Atur Waktu dan Tempat Hujan

    China Sudah Siap Atur Waktu dan Tempat Hujan

    China (SL) – Pemerintah China sedang mengembangan sistem modifikasi cuaca untuk mengatur waktu dan lokasi turunnya hujan.

    Proyek Tianhe atau artinya “Sungai Angkasa” memungkinkan manusia memindahkan uap air dalam jumlah besar dari wilayah barat China yang basah ke wilayah utara yang kering lewat “koridor udara” buatan manusia.

    Sebanyak enam satelit kini tengah dikembangkan Akademi Teknologi Luar Angkasa Shanghai untuk keperluan proyek ini.

    Dua satelit di antaranya sudah dapat diluncurkan pada 2020. Demikian dikabarkan media milik pemerintah.

    Model satelit pertama yang merupakan bagian dari fase awal proyek ini sudah ditampilkan dalam Pameran Angkasa Luar dan Penerbangan Internasional China ke-12 di kota Zhuhai.

    Pada 2022, diharapkan keenam satelit ini sudah bisa dioperasikan. Nantinya keenam satelit itu akan melintas di Sanjiangyuan, provinsi Qinghai setiap jam untuk membantu pemindahan uap air.

    Kawasan Sanjiangyuan merupakan hulu dari tiga sungai besar Asia yaitu Sungai Kuning, Yangtze, dan Mekong.

    Ketiga sungai ini, yang berasal dari dataran tinggi Tibet, bersumber dari gletser dan salju yang meleleh lalu mengalir ke tanah-tanah pertanian.

    Ilmuwan China, Wang Guangqian dan timnya mengidentifikasi potensi kanal uap air dari sisi barat Samudera Hindia, sisi timur Samudera Hindia, dataran tinggi Yunnan-Guizhou, dan Asia Tengah.

    Dalam teorinya, proyek ini diharapkan bisa mengalihkan 5 miliar kubik air setiap tahun untuk mengurangi kekurangan pasokan air di lembah Sungai Kuning dan sungai pedalaman lainnya.

    Satelit yang digunakan dalam proyek Tianhe ini dilengkapi berbagai peralatan seperti alat pengukur kelembaban dan suhu gelombang mikro, radar penghitung curah hujan, dan detektor awan.

    Praktik untuk menciptakan hujan buatan bukan barang baru di China.

    Saat ini, pemerintah tengah mengembangkan sebuah proyek penyemaian awan skala besar untuk meningkatkan curah hujan di dataran tinggi Tibet hingga 10 miliar kubik meter setahun.

    Upaya ambisius lainnya adalah upaya memodifikasi kondisi alami Bumi.

    Kota Chengdu rencananya akan diluncurkan sebuah bulan buatan untuk menggantikan lampu jalanan di waktu malam. (DinamikaJambi)

  • Prabowo: Tiongkok Sangat Penting bagi Indonesia

    Prabowo: Tiongkok Sangat Penting bagi Indonesia

    Jakarta (SL) – Capres Prabowo Subianto mengatakan China sangat penting bagi Indonesia. Karena itu, hubungan Indonesia dengan China harus dijaga.

    “Ya ini Hari Nasional Republik Rakyat Tiongkok, ya saya dapat undangan, saya hadir. Kita memandang Republik Rakyat Tiongkok sangat penting bagi Indonesia. Jadi kita harus pelihara hubungan baik, kita harus tingkatkan hubungan dalam tingkat yang lebih baik, saling membantu,” kata Prabowo setelah menghadiri Hari Nasional China di Hotel Sangri-La, Jakarta Pusat, Kamis (27/9/2018).

    Prabowo mengatakan, bukan hanya dengan China, Indonesia juga harus memelihara hubungan baik dengan negara-negara lain. Sebab, menurutnya, 1.000 kawan terlalu sedikit.

    “(Terhadap) semua negara, harus baik kita,” ujarnya.

    “Indonesia harus punya filosofi. Pandangan saya, 1.000 kawan terlalu sedikit, 1 lawan terlalu banyak,” lanjut capres nomor urut 02 itu.

    Dalam acara ini, Prabowo hadir sebagai tamu undangan. Dewan Pembina Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), juga hadir.

    Di sela-sela acara, Prabowo dan AHY sempat diajak naik ke atas panggung. Di sana, Prabowo dan AHY melakukan potong kue bersama undangan lainnya.(dtk)

  • China Minta Dua Pulau Untuk Bayar Utang RI?

    China Minta Dua Pulau Untuk Bayar Utang RI?

    Jakarta (SL) – Belakangan beredar hoaks alias berita palsu yang disebarkan blog-blog pendulang iklan online. Berita palsu itu terkait Tiongkok yang katanya meminta Pulau Sumatera dan Jawa untuk pembayaran utang Indonesia.

    ’’gimna tanggapan kalian kalau ini..??’’ tulis akun Facebook Dewa Amor di sebuah grup Facebook Kamis siang (9/8).

    Akun tersebut menyebarkan tulisan berjudul, ’’Utang Negara Bertambah, Cina Minta Pulau Sumatera dan Jawa Dijual Untuk Bayar Utang RI’’. Tulisan itu berasal dari nkri-news-trending.blogspot.com.

    Bagi kalangan tertentu, kabar itu mungkin bisa dianggap sebagai sebuah kebenaran. Apalagi, tulisan tersebut dilengkapi pula foto Jokowi sedang berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping.

    Jika Anda melakukan pencarian di search engine, dijamin tak ada satu pun media mainstream yang menuliskan kabar itu. Jejak yang ada hanya foto Jokowi dan Jinping. Foto tersebut ternyata kejadian Maret 2015. Saat itu Jokowi bertemu Xi Jinping di Balai Agung Rakyat di Beijing.

    Foto tersebut dijepret fotografer Reuters. Kala itu, Jokowi datang ke Tiongkok dalam rangka peringatan ulang tahun ke-65 hubungan kedua negara. Selain itu, Jokowi menandatangani beberapa kesepakatan kerja sama di berbagai bidang.

    Jadi, jangan percaya kabar-kabar seperti itu ya. Jangan pernah ikut menyebarkannya. Sebab, ada sanksi pidana yang bisa menjerat Anda. Lagian, minta pulau kok semudah itu, seperti anak kecil meminta permen saja. (replika.com)