Tag: Cuaca Ekstrim

  • Romzi Hermansyah Kritik Pemkot Metro Dalam Menangani Banjir

    Romzi Hermansyah Kritik Pemkot Metro Dalam Menangani Banjir

    Kota Metro (SL)- Jurnalis Muda asal Kota Metro, Romzi Hermansyah R.SP akrab di sapa Bang Roy, kritiki Pemerintah Kota Metro, bertepatan dengan program unggulan pengentasan banjir. Soal banjir yang terjadi di Kota Metro disebabkan penanggulangan mutlak yang tidak efektif dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Metro.

    “Penanggulangan banjir itu meliputi dua hal, baik dari segi pencegahan mitigasi, hingga penanganan darurat. Bagaimana Mitigasi itu, yakni seangkaian upaya mengurangi resiko bencana alam termasuk banjir, melalui pembangunan fisik maupun penyadadan dan peningkaan kemampuan menghadapi ancaman bencana banjir dan lainnya,”

    “Mungkin ini menurut pribadi saya, jurnalis sah sah saja mengkritiki to.! Siapa tau juga, jadi refrensi pemerintah walau tak seberapa berarti kritikan ini,”kata Romzi jurnalis muda jebolan kompetensi LSPR Angkaan II ini.

    Menurutnya, Ini lah yang tidak sama sekali di lihat dan dilaksanakan pemerintah Kota Metro, hanya asal buat program pengentasan banjir. Klasiknya melulu tergantung pembiayaan atau anggaran, itulah pimpinan daerah.

    “Kalau kejadian banjir itu ada, maka kita boleh sebut kegiatan mulai pencegahan mitigasi. Efektivitas dalam memitigasi bencana maupun penanganan, ketika sudah terjadi bencana itu sendiri, bisa dilihat dari upaya apa saja yang telah dilakukan. Jika upaya tersebut tidak dilakukan, maka tak heran jika banjir terjadi,”katanya.

    Masih kata Romzi, artinya bahwa, kita bisa cek, ada gak upaya pencegahan, apa yang sudah dilakukan untuk mencegah, apa yang sudah dilakukan untuk memitigasi, dan apa yang dilakukan untuk siap siaga,?.

    Cuaca ekstrem yang terjadi saat ini, dan tiap tahun berganti, tidak bisa dijadikan alasan, sebab pemerintah seharusnya sudah bisa memperhitungkan risiko bencana yang akan terjadi. “Namanya siap siaga yang dibangun itu disesuaikan dengan potensi resiko ke depannya seperti apa, enggak boleh terbesit karena musim hujan deras justru itu kita harus siapkan. Kita kan enggak pernah hitung risikonya seperti apa dan apa upaya untuk meminimalisirnya”.

    Pertanyaannya, apa sudah dilakukan baik untuk mengurangi risiko itu. Seberapa besar kita mengurangi risiko? Misal potensi risiko banjir 3 meter kalau kita bisa upaya kita mengurangi sampai semeter dan seterusnya.

    Saya menganggap wajar, jika banyak masyarakat yang membandingkan upaya antara pimpinan daerah saat ini dengan sebelumnya. Sebab, publik melihat apakah upaya penanganan itu sudah dilakukan secara maksimal atau belum.

    “Wajar artinya, ada upaya yang dilakukan sampe targetnya seberapa. Sekarang banjirnya seberapa, tapi upaya tidak dilakukan sesuai berapanya resiko, yang ada hanya sekedar terlaksana, saja cukup.,”

    Di Kota Metro ini, Romzi mengungkapkan, ada 5 Kecamatan 22 Kelurahan. Jika Pimpinan daerah saat ini, punya program unggulan salah satunya entaskan banjir, Yang bagaimana? Bagaimana tim percepatan pembangunannya? Apa upaya sebelumnya ? Bagaimana kajian minimalisir banjirnya ? Sejauh apa kajian efektif pengelolaan anggaran pengentasannya ?

    “Jangan ada alasan lagi..soal banjir, karena masyarakat buang sampah sembarangan..Ok lah.!! Lantas, ketegasan Perda nya gimana?bagaimana bangunan yang melanggar DAS, Bagaimana dengan penyempitan DAS,?”tegas Romzi.

    Masih kata Romzi, artinya, jangan melulu berdasarkan aturan.. lihat unsur kemanusiaannya..peduli nya..ini baru sehat akal, sehat hati..bukan sekedar kejar prestasi seremoni.

    Petakan Kota Metro, berapa DAS dalam perkotaan, irigasi, berapa besar wilayah kawasan resap air dan penghijauan, wilayah kecamatan mana yang terprioritaskan? Tiap Tahun itu ada perubahan sesuai RPJMD yang di ciptakan, jadi siapa yang harus bertanggungjawab,? Atau justru beralasan alibi dan atau membantalkan masyarakat lagi?.

    “Kemudian, data bangunan melanggar DAS, pertajam sanitasi normalisasi anak sungai, drainase dan lainnya. Ini saja belum dilakukan, bagaimana bisa bilang program unggulan pengentasan banjir..? Mitigasi ini saja belum terlewati..padahal sudah menahun soal banjir, artinya 2022 jika benar benar mengupayakannya dengan epat efektif, maka akan ada sejarah bagi pimpinan daerah saat ini. Pihak oknum – oknum Legeslatif juga, jangan jadi aji mumpung minta proyek pengentasan banjir, yang di kerjakan tangan besinya,”jelasnya. (Red/Red)

  • BMKG Imbau Nelayan Indonesia Untuk Sementara Tidak Melaut

    BMKG Imbau Nelayan Indonesia Untuk Sementara Tidak Melaut

    Jakarta (SL) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini cuaca ekstrim di laut Indonesia. BMKG memperkirakan akan terjadi gelombang tinggi laut dengan ketinggian 2,5 sampai 6 meter di sejumlah wilayah selama sepekan mendatang.

    “BMKG perlu memberikan peringatan dini, karena diperkirakan pada 23-28 Juli masih akan terjadi gelombang tinggi dengan ketinggian 2.0-6.0 meter. Dan puncak ekstrimnya diperkirakan terjadi pada tanggal 24-25 Juli 2018,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konfrensi pers bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Kafe Pisa, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (22/7/2018).

    Dia memaparkan, tinggi gelombang 1,25-2,5 meter dengan status sangat waspada berpeluang terjadi di laut Jawa bagian Timur, perairan Timur Kotabaru, Selat Makassar bagin Selatan, laut Flores, perairan Baubau-Kepulauan Wakatobi dan laut Banda.

    Kemudian, perairan Selatan Pulau Buru-Pulau Seram, perairan Kepulauam Kei-Kep. Aru, perairan Kep. Barbar-Kep. Tanimbar, perairan Barat Yos Sudarso, laut Arafuru dan perairan Jayapura.

    Sedangkan tinggi gelombang 2,5 – 4 meter yang berstatus berbahaya, berpeluang terjadi di perairan Sabang, perairan Utara dan Barat Aceh, perairan Barat pulau Simeuleu hingga kepulauan Mentawai. Lalu perairan Barat Bengkulu hingga Lampung, selat Sunda bagian Selatan, perairan Selatan Jawa hingga P. Sumba, selat Bali – selat Lombok, selat Alas bagian Selatan, perairan Selatan P.Sumba, laut Sawu, dan perairan Selatan P.Rote.

    Pada tanggal 24-25 Juli berpeluang terjadi peningkatan tinggi gelombang menjadi 4-6 meter dengan status sangat berbahaya di sejumlah wilayah. Diantaranya, perairan Sabang, perairan Utara dan Barat Aceh, perairan Barat pulau Simeuleu hungga kepuluan Mentawai, perairan Barat Bengkulu hingga Lampung, Samudera Hindia Barat Sumatera, selat Sunda bagian Selatan, perairan Selatan Jawa hingga pulau Sumba, selat Bali – Selat Lombok – selat Alas bagian Selatan, Samudera Hindia Selatan Jawa hingga NTB.

    Dia menjelaskan, kondisi tekanan tinggi yang bertahan di Samuder Hindia (Barat Australia) atau disebut dengan istilah Mascarene High memicu terjadinya gelombang tinggi di perairan Selatan Indonesia.

    “Hal ini dikarenakan kecepatan angin yang tinggi di sekitar wilayah kejadian mascarene high di Samudera Hindia (Barat Australia) dan terjadinya swell/alun yang dibangkitkan oleh mascarane high menjalar hingga wilayah perairan Barat Sumatera, Selatan Jawa hingga pulau Sumba. Kondisi itu juga berdampak pada peningkatan tinggi gelombang hingga berkisar 4-6 meter di perairan Selatan Jawa hingga Nusa Tenggara,” terang dia.

    Oleh sebab itu, ia memperingatkan semua masyarakat untuk tetap waspada atas potensi kecelakaan laut akibat gelombang tinggi di laut, khususnya para nelayan dan kapal-kapal yang berlayar.

    “Kami himbau masyarakat tetap waspada, menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda. Masyarakat, terutama perahu nelayan dan kapal-kapal ukuran kecil agar tidak memaksakan diri melaut, serta tetap waspada san siaga dalam melakukan aktivitas pelayaran,” kata dia. (net)

  • Tak Hanya di Tanggamus Badai Ekstrim Juga Menyapu Lamban Apung Kabupaten Pesibar

    Tak Hanya di Tanggamus Badai Ekstrim Juga Menyapu Lamban Apung Kabupaten Pesibar

    Krui (SL) – Badai tidak hanya menyapu dermaga dan belasan kapal di Tanggamus, tetapi juga meluluh lantak Lamban Apung di Krui Pesisir Barat pada Jumat Subuh. Hingga Sabtu, 2 Juni 2018, tempat peristirahatan itu masih berantakan.

    Cuaca di sepanjang pantai Krui diwarnai hujan dan badai setinggi dua hingga tiga meter sejak Kamis malam. Puncaknya terjadi pada Jumat Subuh. Pada Sabtu, tinggi ombak masih sekitar dua meter. Kompleks pariwisata yang biasanya ramai untuk ngabuburit menjadi sepi.

    Lamban Apung milik Bupati Pesisir Barat. Seorang pekerja di sana mengatakan tidak ada sisa dari bangunan yang terbuat dari kayu tersebut. Semua dihempaskan ke tengah laut dan bekas-bekas kayunya dibawa lagi ke tepi pantai. (NN/Wsn*)

  • Peringatan Dini Cuaca Ekstrim Di Bandar Lampung

    Peringatan Dini Cuaca Ekstrim Di Bandar Lampung

    Ilustrasi (Foto/Dok/Google)

    Bandarlampung (SL)-Peringatan Dini Cuaca Lampung Tanggal 28 Februari 2018 pukul 18.20 WIB. Masih Berpotensi terjadi hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada pukul 18.30 WIB di Balam(Rjbasa, Kedaton, Kemiling, Tj Seneng).

    Lamsel(Jati Agung, Tj Bintang, Merbau Mataram, Natar), Lamtim(Batanghari, Skampung Udik, Jabug, Waway Karya, Bndr Sribawono), Metro, Lampura(Abung Selatan, Abung Semuli, Kobum Utara, Kobum, Abung Timu, Sungkai Selatan), lamteng(Way Pengubuan, Punggur, Terusan Nyunyai). Dan dapat meluas ke Lamtim(Metro Kibang, Marga Tiga, Pekalongan, Way Jepara, Sukadana, Bumi Agung, Batanghari Nuban, Raman Utara, Purbolinggo, Purbolinggo Utara, TNWK), Lamteng(Gn Sugih, Spth Agung, Terbangi Besar, Kota Gajah, Spth Raman, Spth Mtrm, Way Spth, Spth Banyak, Rumbia, Bndr Mtrm), Tubabar(Daya Murni, Tuba Tengah, Tuba Udik), Lampura (Bunga Mayang, M. Sungkai, Abung Sukakarta) Tuba(Menggala, Gdg Meneng), Way Kanan(Pk. Ratu, N. Besar, B. Umpu). Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga pukul 21.00 WIB