Tag: Dikeroyok

  • Kentut Sembarang, Warga Banjar Ketapang Dikeroyok Tiga Orang Tak Dikenal

    Kentut Sembarang, Warga Banjar Ketapang Dikeroyok Tiga Orang Tak Dikenal

    Metro (SL) – Hati-hati dengan kentut. Jika asal ‘membuangnya’ bisa berujung petaka. Seperti yang dialami pria berinisial EA, asal Kel. Banjar Ketapang Kec. Sungkai Selatan Kab. Lampung Utara. Ia babak belur dikeroyok tiga orang tak dikenal lantaran buang gas alias kentut sembarangan di halaman Parkir Masjid Taqwa pada hari Kamis tanggal 17 Januari 2019 lalu.

    Terdengar lucu memang. Namun inilah yang terungkap oleh jajaran Kepolisian Sektor Metro Pusat. Kentut yang merupakan hal sepele dapat berakibat fatal bila dikeluarkan di sembarang tempat hingga menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan.

    Kapolres Metro AKBP Ganda M.H Saragih melalui Kapolsek Metro Pusat AKP Suhardo dalam rilis humas Polres Metro menjelaskan, peristiwa pengeroyokan karena kentut tersebut berawal dari korban EA yang tak sengaja buang gas di dekat pelaku BD. “Pengroyokan terjadi di halaman Masjid Taqwa Kota Metro. Saat itu korban berinisial EA yang sedang duduk atas sepeda motor miliknya di dekat parkiran Masjid Taqwa tidak sengaja kentut didekat pelaku pengeroyokan berinisial BD. Pelaku BD yang tidak senang akibat EA kentut sembarangan melakukan pengeroyokan bersama dua temannya kepada korban,” ungkapnya, Rabu (23/1/2019).

    Polisi mengatakan, BD yang merupakan warga jalan Bambu Kuning Kel. Hadimulyo Barat Kec. Metro Pusat bersama dua rekannya dilaporkan korban atas tuduhan penganiayaan hingga korban mengalami luka dibeberapa bagian badan. “Akibat pengeroyokan itu, korban mengalami luka lecet di bagian perut sebelah kiri, dan benjolan di kepala sebelah kanan serta pelipis kanan,” ujarnya.

    Namun, permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan rembuk kelurahan tanpa harus melalui proses hukum. Kedua belah pihak sepakat untuk berdamai, dan pelaku bertanggungjawab penuh untuk pengobatan korban. “Kemudian guna menyelesaikan permasalahan, dilakukan rembuk kelurahan pada hari Selasa tanggal 22 Januari 2019, yang mempertemukan korban dan pelaku. Dari rembuk kelurahan tersebut pelaku menyetujui untuk siap mengganti kerugian,” jelas Kapolsek.

  • Kader PBB Yang Dikeroyok Kritisi Yusril

    Kader PBB Yang Dikeroyok Kritisi Yusril

    Jakarta (SL) – Ali Wardi (45) yang menjadi korban pengeroyokan sesama kader PBB kini mengenakan penyanggah leher. Ia mengklaim sikap kritisnya yang memicu kejadian di halaman kantor PBB pada Sabtu malam (19/1) itu. “Sejak Pak Yusril memutuskan menjadi penasihat hukum tim Jokowi, saya memang sangat kritis karena dia membawa dukungan ke 01. Sementara PBB satu-satunya partai yang berasaskan Islam, harusnya searah dengan ijtima ulama,” jelas Ali kepada Kantor Berita Politik RMOL saat ditemui di Mapolres Jakarta Selatan, Jalan Wijaya, Jaksel, Senin (21/1).

    Mantan Wakil Ketua DPC PBB Kabupaten Bogor ini menceritakan, berawal ketika ia mengikuti rapat pleno untuk memutuskan arah dukungan partai. “Saat jeda saya ingin salat Isya, tiba-tiba beberapa orang mengerumuni saya, salah seorang meneriakkan ‘kamu Ali Wardi ya’ tanpa banyak bicara langsung memukul,” ulas Ali sambil menunjukkan Kartu Tanda Anggota (KTA) PBB.

    Seingat dia, ada sekitar 20-an orang berpakaian serba hitam nampak seperti orang-orang timur, yang mengeroyoknya. “Saya pastikan mereka bukan kader, orang asing semua di sana,” ucap kader PBB asal Pariaman tersebut.

    Selang 10 menit kemudian ia dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Pertamina untuk pengobatan sekaligus visum. Ali pun menunjukan kondisi tubuhnya saat ini terutama pada bagian punggung dan kepala masih tampak lebam-lebam. “Dokter bilang, saya harus rawat jalan, leher, kepala ini semua masih bengkak,” imbuhnya.

    Saat pengeroyokan terjadi, ia sempat berpikir akan dihabisi karena sebelum kejadian seringkali menerima teror ancamam baik melalui pesan singkat maupun di sosial media. “Sudah sering saya ditelepon, SMS, ngancam-ngancam tapi tidak pernah surut saya,” tegas Ali.

    Namun yang pasti, kata Ali, dari semua orang yang mengeroyoknya itu ada Sinyo dikenal sebagai pengawal Yusril. “Dia salah satu yang memprovokasi pada saat itu, dan ikut injak-injak saya,” jelas Ali. (kabaracehraya)

  • Hendak Rapat Harian, Tiga Kader HMI Dikeroyok

    Hendak Rapat Harian, Tiga Kader HMI Dikeroyok

    Jakarta (SL) – Tiga kader HMI luka-luka akibat dikeroyok sejumlah oknum pengurus PB HMI ketika akan rapat menindaklanjuti Putusan Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK) PB HMI atas gugatan 61 pengurus PB HMI.

    Mereka adalah Diyan berasal dari HMI Cabang Metro, Rahmat Hidayat mantan Ketua Umum HMI Cabang Tembilahan, Hersan asal HMI Cabang Kolaka. Ketiganya mengalami luka lebam dan sobek di bagian mulut.

    Rencana, mereka akan menindaklanjuti tiga putusan MPK. Salah satu putusannya yakni memberhentikan Respiratori Saddam Aljihad dari jabatannya sebagai Ketua Umum PB HMI. Rapat harian itu akan digelar di Sekretariat PB HMI Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Kamis (17/1).

    Insiden pengeroyokan dan dugaan penganiayaan ini telah dilaporkan ke polisi yakni Polsek Setiabudi, Jakarta.

  • Klarifikasi Proyek PPK Distrik Navigasi Makassar, LSM dan Wartawan Dikeroyok

    Klarifikasi Proyek PPK Distrik Navigasi Makassar, LSM dan Wartawan Dikeroyok

    Makassar (SL) – PPK Distrik Navigasi Makassar Gunakan Preman Keroyok Ketua Formasel dan Wartawan pada saat mau konfirmasi. Ketatnya peraturan untuk menemui salah satu pejabat di Distrik Navigasi Makassar, Ketua Formasel (Forum Mahasiswa Sulawesi Selatan), Rahmat, H dan Andi Zainal wartawan salah satu media online, harus menunggu hingga 3 (tiga) jam.

    Disaat ketua aktifis tersebut menunggu, bersama zainal abidin (wartawan) ternyata dalam penantiannya diduga ada konfirasi pihak pejabat Distrik Navigasi Makassar dengan sejumlah preman.

     

    Proyek PPK Distrik Navigasi Makassar

    Disaat aktifis tersebut diajak di salah satu ruang rapat Kantor Distrik Navigasi Makassar, Brian PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)menanyakan keperluan aktifis tersebut. “Maaf apa yang bisa saya bantu”, tanya Brian.

    Aktifis tersebut menjawab “maaf saya mau klarifikasi keberadaan beberapa proyek yang ada di kantor bapak, diantaranya proyek Breakwater di Debril Kabupaten Pangkep dan Proyek Taman Pelampung di dermaga Kantor Navigasi”, tanya Andi Zainal.

    Namun Brian menyebut nama sejumlah Ketua LSM. Bukan cuma itu, Brian juga menelpon seseorang pria menggunakan telepon selular, dan menanyakan kamu datang berapa orang dan posisi sekarang sudah sampai dimana, yang didengar oleh salah satu aktifis penggiat anti korupsi. Andi kemudian bertanya pada Brian, “siapa yang mau datang pak Brian, dan dijawab TP4D”.

    Beberapa menit kemudian setelah Brian menelpon, muncul segerombolan preman langsung masuk ruang rapat tempat Brian dan sejumlah pejabat Kantor Distrik Navigasi Makassar dan mengeroyok Ketua Formasel. Anehnya sejumlah preman yang datang, bisa masuk tanpa ada halangan dari security. Brian berdalih preman tersebut “sering datang membeli ikan di Kantor Navigasi Makassar”.

    Andi Zainal mengatakan, Kepala Kantor Distrik Navigasi Makassar, harus bertanggung jawab atas insiden tersebut. Andi juga minta agar Brian diberhentikan dari jabatan PPK. Andi berjanji akan membawa kasus ini ke rana hukum, tandasnya. Guntur. (transindo)

  • Dikeroyok dengan Sadis, Farida: Kakak Saya Dipukuli Seperti Tikus

    Dikeroyok dengan Sadis, Farida: Kakak Saya Dipukuli Seperti Tikus

    Sinarlampung (SL)- Hujan rintik-rintik yang turun di Desa Tumpukrenteng, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Minggu (25/11) petang seolah menggambarkan kesedihan yang menimpa Farida, 39. Ia tak menyangka kakaknya, Juari, 41, meregang nyawa dengan cara keji setelah dikeroyok massa pada Minggu (25/11) dini hari kemarin.

    Wajah sendu Farida, terlihat jelas sewaktu menyambut para pelayat yang datang ke rumah kerabatnya, Pargimin, 70. Ia ingat betul kejadian nahas yang menimpa kakaknya tersebut. Sebab, hal itu terjadi persis di depan matanya. Farida bercerita, kisah pilu tersebut bermula pada Minggu (25/11) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. Kakaknya dan istrinya tersebut baru pulang dari melihat pertunjukan kuda lumping di Wajak.

    Juari pulang dalam keadaan mabuk. Bahkan, hingga berbusa dan muntah-muntah. Farida yang memang sengaja menunggu kehadiran kakaknya ini panik. Dia berupaya untuk menyadarkan kakaknya yang sempat tak sadarkan diri, hingga memanggil ‘orang pintar’ untuk menyadarkan kakaknya. Akhirnya si kakak berhasil sadar kembali. Farida pun membuatkan teh hangat. Juari bisa tidur dengan tenang usai meminum teh buatan adik kesayangannya itu.

    Namun, belum lama terdengar keributan dari luar. Sekelompok orang yang ditaksir berjumlah enam orang mendatangi rumahnya. Mereka berteriak memanggil Juari dan memintanya keluar. Farida pun keluar menemui para pencari kakaknya. “Juari metuo aku onok urusan ambe awakmu (Juari cepat keluar. Saya ada urusan dengan dirimu, Red),” kata Farida menirukan perkataan para pencari kakaknya.

    Karena sudah dini hari dan ada anak kecil, Farida pun meminta agar para pencari kakaknya tersebut pulang. “Ngapain sih mas malam-malam ramai-ramai di kampung orang. Wis, sampeyan pulang saja. Apalagi ini ada anak kecil. Maaf jika kakak saya ada salah,” kata Farida mengulangi perkataannya waktu itu.

    Namun bukannya pulang, enam orang itu justru merangsek masuk. Mereka memecah kaca depan dan merusak rumah Juari. Tak lama kemudian, muncul gerombolan lain yang diperkirakan sudah bersembunyi di tempat lain.

    Dia melihat bagaimana kakaknya dipukuli dengan beragam alat. Mulai celurit, pacul, pentungan kayu hingga cor-coran. Semua benda itu dipukulkan dengan membabi buta ke tubuh laki-laki yang pernah mendekam selama 3,5 tahun di lembaga pemasyarakatan (Lapas) Lowokwaru itu.

    Farida panik, istri Juari, Jamiatul Masamah, 43 juga panik. Mereka berusaha meminta bantuan warga sekitar. Bahkan Juari juga sempat meminta tolong. Namun sayang, tak seorang pun warga yang keluar rumah dan menolong Juari. “Aku nggak iso nolong cacakku (Saya tidak bisa menolong kakak saya, Red). Cacakku digepuki koyok tikus. Cacakku menungso guduk tikus (Kakak saya dipukuli seperti tikus. Kakak saya manusia bukannya tikus,Red),” katanya dengan terbata karena sembari menangis.

    Sebelum melakukan penganiayaan, mereka telah mematikan lampu penerangan kampung sehingga keadaan gelap gulita. “Kejadiannya cepat. Saya belum sempat menutup pintu, motor masih di luar. Mereka sudah membawa celurit dan senjata lainnya,” kata Farida sambil menangis, sementara anaknya yang masih berusia satu tahun mengusap pipi ibunya seolah menenangkan.

    Para pengeroyok menyeret Juari yang tidur di ruang tengah. Tanpa ampun, tanpa kata, tanpa tanya, laki-laki yang belum dikaruniai keturunan bersama Masamah itu pun digebuki tanpa ampun.

    Ada yang menyabetkan celurit, ada yang memukulkan pentungan, gagang pacul, pacul dan cor-coran. Tanpa ampun mereka menganiaya korban. Belum puas mereka menganiaya korban yang sudah tak berdaya, dalam kondisi berlumur darah itu para pengeroyok tega menyeret Juari. Posisi tubuh Juari telungkup dengan wajah menghadap aspal. Dia diseret di jalan kampung dengan jarak 100 meter. Juari pun akhirnya tewas. (red)