Bandar Lampung, sinarlampung.co – Kepala Dinas Perdagangan Kota Bandar Lampung, Wilson Faisol enggan berkomentar terlalu jauh soal dugaan pungutan liar (pungli) dan jual-beli lapak di Revitalisasi Pasar Pasir Gintung yang kini menjadi sorotan sejumlah media. Dia ogah berkomentar lantaran dugaan praktik pungli dan jual beli lapak tersebut baginya hanya sebatas isu, belum ada laporan dan bukti.
“Sepanjang hanya isu, kalau tidak ada bukti saya gak bisa. Kalau ada laporan, ada bukti, ada data, baru,” ucap Wilson saat dikonfirmasi sinarlampung.co tentang dugaan pungli dan jual-beli lapak di Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung di ruang kerjanya, Rabu, 18 September 2024, sore.
Begitu pula berkaitan dengan situasi depan gedung Pasar Pasir Gintung yang tampak semrawut karena banyaknya pedagang lapak dan lost hamparan revitalisasi yang turun ke bahu jalan, termasuk dugaan pungli retribusi dan praktik jual-beli lapak oleh oknum seharga Rp15 juta per lapak, Wilson juga tetap tidak mau berkomentar. “Saya tidak mau komen, sebelum ada laporan dan buktinya. Yang pasti di luar pendapatan yang harus kami ambil, itu bukan kewenangan kami,” tegas Wilson.
Sementara, terkait penertiban pedagang yang berada di luar gedung revitalisasi Pasar Pasir Gintung, Wilson mengatakan hal ini bukan menjadi urusan Dinas Perdagangan Bandar Lampung.
“Penertiban bukan urusan kami, koordinasi sudah kami jalankan dan sampai saat masih berjalan. Terkait keberadaan pedagang (di bahu jalan) kami sudah berupaya maksimal. Kami mau jaga 24 jam, kemampuan kami terbatas. Sebulan penuh kami jaga, sudah kami lakukan,” tambahnya.
Lebih jauh, Wilson juga tak mau ikut campur mengenai adanya oknum-oknum nakal yang diduga melakukan praktik pungli dan jual beli lapak, selama kegiatan tersebut tidak melibatkan bawahannya. “Terkait oknum-oknum, saya tidak mau ikut campur, selagi bukan bawahan saya,” tegas dia lagi.
Namun ketika disebutkan salah satu oknum bawahannya yang berinisial Y diduga terlibat dalam praktik jual beli lapak tersebut, Wilson justru balik bertanya. “Y yang mana? Ada banyak Y di UPT. Ada dua ada tiga yang namanya Y,” kata dia.
“Kalo oknum bawahan saya, sudah menjadi tugas saya. Tapi kalo di luar-luar ya namanya orang cari makan. Kalo mau tegas-tegasan sekarang, diangkutin (pedagang di luar bangunan Pasir Pasar Gintung) setiap hari, apa iya begitu?,” tanya Wilson ke wartawan.
Wilson juga sangat mendukung upaya aparat penegak hukum untuk mengusut dugaan-dugaan tersebut.
Lebih lanjut, Wilson pun tak memungkiri dengan banyaknya lapak atau kios yang kosong di bangunan Pasar Pasir Gintung otomatis berdampak pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun begitu, Dia tidak bisa memaksa para pedagang untuk segera pindah dan mengisi lapak/kios yang tersedia terutama di lantai 3 bangunan Pasar Pasir Gintung yang kondisinya saat ini memang kosong. Bagi Wilson, mengajak para pedagang untuk tertib sesuai aturan tidaklah mudah. Menurutnya, perlu dilakukan langkah persuasif.
“Semakin banyak pedagang PAD masuk. Tapi kalau kosong kami gak dapet. Yang di luar (bahu jalan) setengah mati kami mengusir (memindahkan), tapi itulah dinamikanya, tapi bertahap, kita gak bisa tegas-tegasan,” kata Wilson lagi.
Disinggung soal oknum yang diduga menjual area parkir (basement) untuk berdagang seharga Rp80 juta dengan DP Rp5 juta per lapak, Wilson mengatakan hal tersebut tidak masuk akal. “Masuk akal gak harga segitu. Balik gak modal pedagang, pikir pake logika,” cetusnya.
Namun di sisi lain, Wilson tak menampik soal adanya oknum nakal yang sengaja menandai area parkir tersebut dengan cat untuk dijadikan lahan berdagang kemudian diperjual-belikan. “Itu oknum-oknum yang mau ambil alih dari kita. Tapi yang penting sekarang sudah beres kan (persoalannya),” ucap Wilson.
Sebagaimana penjelasan Kepala Bidang Pengelolaan Pasar, Farid Yanuza sebelumnya, bahwa area parkir (basement) tersebut sudah diajukan ke Kementerian PU untuk dijadikan lapak khusus usaha parut kelapa.
Wilson pun membenarkan hal itu. “Iya kita sudah ajukan ke Kementerian PU, untuk usaha parut kelapa. Kan kalo mesin parut kelapa geter makanya di taruh di lantai basement (lahan parkir). Ini (revitalisasi) semuanya masih dalam tahap pembenahan,” ujar Wilson.
Sebagai informasi, pada 26 Agustus 2024, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan revitalisasi Pasar Pasir Gintung Bandar Lampung yang menelan anggaran pembangunan sebesar Rp38 miliar itu.
Dalam peresmian tersebut, Jokowi menjelaskan, revitalisasi pasar ini berawal dari keluhan para pedagang dan masyarakat terkait fasilitas serta kondisi pasar yang kurang memadai.
“Banyak ibu-ibu pedagang, para pedagang yang menyampaikan, “Pak, pasarnya tidak rapi Pak”, “Pak, pasarnya kotor, Pak”, “Pak, pasarnya kurang tertata, Pak” sehingga, saya perintahkan untuk membangun Pasar Pasir Gintung,” ujar Presiden, Senin, 26 Agustus 2024.
Presiden juga menekankan bahwa pasar yang aktif menunjukkan bahwa perekonomian di suatu provinsi berjalan dengan baik. Presiden juga berpesan agar pasar yang telah direvitalisasi ini dijaga kerapian dan kebersihannya.
“Pasar ini dibangun menghabiskan anggaran Rp38 miliar, uang yang tidak kecil. Sehingga saya pesan kepada Bu Wali dan seluruh pedagang agar pasar dirawat sebaik-baiknya, biar tetap rapi, bersih,” pungkas Presiden.
Namun sayangnya, pesan dan harapan Presiden Jokowi tampak terabaikan. Pasalnya hingga saat ini kondisi pasar tidak menunjukkan perubahan yang signifikan meski telah direvitalisasi. Para pedagang tampak masih memadati area depan bangunan revitalisasi Pasar Pasir Gintung, tepatnya di bahu jalan, sehingga terlihat kumuh dan tidak rapi.
Meski berulang kali ditertibkan oleh aparat dari Satuan Pol-PP, pedagang bersikeras untuk tetap berdagang di bahu jalan lantaran diduga dibekingi oknum kemananan pasar setempat. Ditambah lagi, oknum-oknum terkait diduga memanfaatkan situasi dengan mengeruk keuntungan dari pungli dan jual beli lapak dengan harga fantastis. (Tam/Er)