Tag: Facebook

  • Zimbabwe Siap Blokir WhatsApp, Facebook, dan Twitter

    Zimbabwe Siap Blokir WhatsApp, Facebook, dan Twitter

    Jakarta (SL) – Di saat WhatsApp jadi perhatian di sejumlah negara, termasuk Indonesia, karena mulai membatasi jumlah forward pesan hingga lima kali. Layanan pesan instan tersebut justru diblokir di negara satu ini.

    Adalah Pemerintah Zimbabwe yang menyatakan sikap untuk memblokir WhatsApp di tengah konflik yang terjadi di negara yang terletak di benua Afrika itu. Tak hanya WhatsApp, Zimbabwe juga menutup akses ke Facebook dan Twitter.

    Dilansir dari BBC, Rabu (23/1/2019) akses internet di Zimbabwe tersedia melalui para penyelenggara layanan internet (ISP). Karenananya, mudah bagi pemerintah di sana untuk menginstruksikan para ISP tersebut mematikan jalur ke layanan yang dilarang oleh pemerintah.

    Belum diketahui sampai kapan penutupan internet di Zimbabwe berlangsung. Bila ada yang bisa berselancar di dunia maya, itu pun bisa terjadi karena menggunakan koneksi VPN. BBC melaporkan pemadaman internet turut menambah krisis bertahun-tahun di Zimbabwe, di mana negara ini dilanda penjarahan hingga beberapa kotanya ditutup dan dijaga oleh militer karena kasus kenaikan BBM.

    Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa mengatakan, kenaikan BBM itu ditujukan guna mengatasi kekurangan yang disebabkan oleh melonjaknya penggunaan bahan bakar dan perdagangan ilegal. Diketahui harga BBM di Zimbabwe naik USD 1,24 (Rp 17 ribuan) menjadi USD 3,31 (Rp 47 ribuan) per liternya dan diesel naik dari USD 1,36 (Rp 19 ribuan) menjadi 3,11 (Rp 44 ribuan) per liternya. Menurut, GlobalPetrolPrices.com, harga BBM di Zimbabwe tersebut menjadikannya yang termahal di dunia.

    Sebuah kelompok HAM setempat mengatakan setidakan 12 orang terbunuh dan banyak masyarakat yang disiksa oleh pihak keamanan akibat konflik ini. Forum HAM Zimbabwe menuding pemerintahnya memblokir akses internet untuk menutup kasus pelanggara HAM yang terjadi di sana. Terkait kasus ini, PBB juga telah meminta Pemerintah Zimbabwe agar menghentikan penggunaan kekuatan berlebih dalam mengatasi persoalan di negara mereka, seperti menggunakan senjata dan melakukan pemukulan dari pintu ke pintu di malam hari. (detik)

  • Diduga Terlibat Kampanye Hitam, Bos Facebook Mark Zuckerberg Didesak Mundur dari Jabatannya

    Diduga Terlibat Kampanye Hitam, Bos Facebook Mark Zuckerberg Didesak Mundur dari Jabatannya

    Jakarta (SL) – Mark Zuckerberg kembali diminta mundur dari posisinya sebagai Chairman Facebook. Hal ini kembali mengemuka setelah laporan New York Times menyebutkan Facebook menyewa public relation untuk melakukan kampanye hitam pada kompetitor.

    Dikutip detikINET dari Telegraph, Facebook dilaporkan menyewa Definers untuk memperbaiki reputasinya terkait skandal kebocoran data Cambridge Analytica serta gagalnya antisipasi menangkis campur tangan Rusia pada pilpres Amerika Serikat tahun 2016.

    Definers lalu dituding mengkampanyekan mereka yang mengkritik Facebook sebagai anti Yahudi. Mereka juga mempublikasikan berita untuk menjelekkan kompetitor seperti Apple serta Google. Zuck telah membantah ia tahu menahu soal penyewaan Definers oleh perusahaannya. “Setelah aku tahu soal ini, aku bicara pada tim kami dan kami tidak lagi bekerja sama dengan perusahaan ini,” sebut Zuck.

    Tapi hal itu tak cukup buat Jonas Kron, Senior Vice President Asset management yang memiliki saham Facebook senilai 8,5 juta poundsterling. Ia mendesak Zuck lengser dari posisi Chairman dan hanya menjabat CEO. “Facebook bersikap seolah mereka istimewa. Tidak begitu. Mereka adalah perusahaan dan perusahaan perlu memisahkan posisi antara Chairman dan CEO,” tegas Jonas.

    Sebelumnya, 4 pengelola public funds atau dana publik di wilayah Illinois, Rhodes Island, Penssylvania dan New York yang juga punya saham di Facebook mengajukan proposal agar Zuck mundur, juga terkait terkait berbagai skandal yang belakangan menimpa Facebook.

    Upaya serupa pernah dilakukan pada tahun 2017 namun gagal. Zuck memang sangat susah didongkel karena dia memiliki kontrol mayoritas terhadap Facebook. Zuckerberg tercatat memiliki 60% voting power. Ia memiliki kekuasaan sangat besar di situs yang ia dirikan pada tahun 2004 tersebut.(detik)

  • APJII Sikapi Kebocoran Data Pengguna Facebook

    APJII Sikapi Kebocoran Data Pengguna Facebook

    Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga APJII Tedi Supardi Jakarta, Senin (2/4/2018)

    Jakarta (SL) – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengeluarkan sikap mengenai krisis kebocoran data 50 juta pengguna Facebook. APJII menilai krisis yang mendera facebook melibatkan Cambridge Analytica terkait upaya pemenangan Presiden Trump di AS itu harusnya bisa menjadi momentum mengevaluasi Facebook sebagai media sosial terbesar di dunia. Selain itu, perlu didorong bangkitnya media sosial yang dikreasi anak bangsa.

    Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga APJII Tedi Supardi Muslih mengatakan, berdasarkan hasil survei lembaganya, jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2017 telah mencapai 143,26 juta jiwa dari total 262 juta jiwa penduduk Indoesia. Kebanyakan dari jumlah itu menggunakan internet untuk berinteraksi di media sosial.

    “Kebocoran data itu adalah momentum untuk mengevaluasi Facebook. Apalagi, Facebook juga tercatat sebagai pemilik Whatsapp dan Instagram. Sebaiknya ini juga jadi momentum kebangkitan media sosial Indonesia. Jangan sampai masyarakat Indonesia hanya jadi pengguna saja,” ujar Tedi Supardi Muslih dalam perbincangan dengan wartawan, di Jakarta, Senin (2/4/2018).

    Tedi memaparkan, bedasarkan hasil riset lembaganya pada 2017, pertumbuhan penetrasi internet di Indonesia di sepanjang 2017 menunjukkan separuh pengguna teknologi internet adalah milenial (49,52 persen). Menurut survei tersebut, pengguna teknologi internet bukan hanya dinikmati oleh yang berada di perkotaan. Bila dirunut berdasarkan wilayah, terungkap bahwa penetrasi pengguna internet terbesar ternyata ada di Pulau Kalimantan dengan penetrasi hingga 72 persen, jauh di atas Pulau Jawa yang hanya 58 persen populasi penduduk. Ini berarti, ada akses yang relatif sama bagi milenial di seluruh Indonesia.

    “Dengan jumlah pengguna internet sebanyak itu, Indonesia tercatat sebagai negara pengguna Facebook terbanyak ke-4 di dunia. Jadi, dengan potensi pelanggan sebanyak itu harusnya bisa muncul media sosial khas Indonesia, kita tidak hanya menjadi konsumen,” ujar Tedi yang pemilik dan pendiri PC24 Group, yakni bisnis grup yang bergerak dibidang komputer IT solution.

    Menurut Tedi, Indonesia sebaiknya bisa mencontoh China yang bisa melaju di dunia internet dengan media sosial seperti Baidu, Weibo, dan Wechat.

    Senada dengan Tedi, ahli digital forensik Rubi Alamsyah menanggapi kasus kebocoran data Facebook itu sebagai pembelajaran mengenai pentingnya kehati-hatian dan privasi di media sosial.

    “Media sosial ini kita gunakan secara gratis, banyak manfaat yang kita dapat. Tapi sejak mendaftar dan instal, sering kali orang banyak yang lupa mengenai kehati-hatian membagikan data-data yang bersifat pribadi,” ujar Rubi.

    Menurut Rubi, pengguna media sosial di Indonesia masih perlu diedukasi mengenai pentingnya perlindungan data pribadi agar tidak disalahgunakan oleh pihak ketiga.

    “Di Amerika, kesadaran mengenai privasi sudah sangat tinggi. Berbeda dengan di Indonesia, kita masih sangat rendah. Kita menggunakan media sosial, seringkali kebablasan membagikan data yang bersifat pribadi secara sukarela, padahal itu penting,” tegas Rubi.