Bandar Lampung (SL) – Melihat zona merah yang hampir merata di Lampung, Ketua DPD Ormas MKGR Provinsi Lampung Nizwar Affandi justru khawatir dengan grafik kematian covid-19 di Lampung.
“Sebenarnya tidak perlu terlalu terkejut soal zonasi ini, Lampung sejak tahun lalu sudah biasa gonta-ganti warna,” kata Nizwar.
“Yang lebih mengkhawatirkan itu soal angka kematian, trennya benar-benar menakutkan. 938 orang wafat di Bulan Juli, rata-rata 30-31 orang perhari. Sekarang Agustus baru tiga hari, yang wafat sudah sebanyak 217 orang, rata-rata 72-73 orang per hari,” katanya.
Menurut Nizwar, angka kematian itu menggambarkan kapasitas Health System yang dimiliki oleh Lampung. Karena itu terkait langsung dengan tanggung jawab pemerintah daerah memastikan treatment dari 3T (Testing, Tracing, Treatment) berjalan dengan baik minimal sesuai standar yang diminta oleh WHO dan Kemenkes.
“Beda dengan penambahan kasus baru, tanggung-jawabnya berbagi antara 5M nya masyarakat dengan 3T nya pemerintah. Kalau sudah begini kan jadi semakin aneh berbagai apresiasi, pujian dan sanjungan yang kita baca minggu lalu, seperti suara tepuk tangan buatan yang dipergunakan di film-film kartun,” katanya.
Nizwar menilai memang ada dua kategori reaksi manusia ketika menerima pujian, yang pertama akan lebih giat dan bersemangat bekerja, sedangkan yang kedua akan merasa sudah berhasil dan sudah paling benar.
“Saya khawatir banyak pejabat publik di Lampung yang termasuk kategori kedua, yang baru bergerak ketika hatinya panas karena merasa terganggu oleh pemberitaan, tulisan dan komentar publik tetapi langsung kembali tenang jika menerima pujian,” ujarnya tanpa mau menyebut manusia yang dimaksud.
“Karena itu kembali saya ingatkan mari kita simpan dulu semua pujian dan sanjungan sampai peperangan besar ini usai,” katanya. (Red)