Tag: Guru Honorer

  • Transaksi Sabu-Sabu, Polres Aceh Utara Tangkap Oknum Guru Honorer

    Transaksi Sabu-Sabu, Polres Aceh Utara Tangkap Oknum Guru Honorer

    Aceh Utara(SL) – Seorang oknum guru honor berinisial MU (30), warga Desa Kumbang, Kecamatan Tanah Pasir, Kabupaten Aceh Utara ditangkap oleh petugas Resnarkoba Polres Aceh Utara diduga saat transaksi narkotika jenis-jenis sabu-sabu. MU merupakan guru di salah satu SMK di kabupaten tersebut. Dia ditangkap bersama temannya, TA (45), warga Desa Me Meurbo, kecamatan setempat.

    Kapolres Aceh Utara AKBP Ian Rizkian Milyardin melalui Kasat Resnarkoba AKP Ildani Ilyas mengatakan, penangkapan tersebut berlangsung di Desa Me Meurbo sekitar pukul 21.00 WIB, Selasa (27/11) kemarin. Penangkapan dilakukan petugas berdasarkan adanya informasi dari masyarakat. “Kita mendapatkan informasi bahwa di salah satu rumah di desa itu sering dijadikan tempat transaksi narkoba. Maka kita langsung bergerak menuju ke TKP (Tempat Kejadian Perkara). Dalam penangkapan ini kita berhasil mendapat barang bukti sabu-sabu sebanyak 5 paket yang dikemas dengan plastik bening seberat 13,04 gram/bruto,” kata AKP Ildani Ilyas, Kamis (29/11).

    AKP Ildani mengatakan, barang bukti lain yang berhasil diamankan seperti 1 kotak warna hitam, plastik bening diduga digunakan untuk mengemasi sabu-sabu. Saat ini kedua tersangka dan semua barang bukti sudah diamankan di Satuan Resnarkoba Polres Aceh Utara untuk proses penyelidikan lebih lanjut. “Semua barang bukti sudah kita amankan. Kita berharap kepada masyarakat agar jika melihat, mendengar atau mengetahui adanya penyalahgunaan narkoba segera memberitahukan kepada Polisi,” tukas AKP Ildani Ilyas. (negaraonline)

  • Kesal Motor Dipinjam Tak Dikebalikan, Oknum Guru Honorer Tikam Temannya Hingga Tewas

    Kesal Motor Dipinjam Tak Dikebalikan, Oknum Guru Honorer Tikam Temannya Hingga Tewas

    Sumatera Selatan (SL) – Hanya gara-gara motornya tak kunjung dikembalikan, seorang guru honorer di Musi Rawas Utara, AR (43) membunuh temannya sendiri, HB (35). Usai menghabisi rekannya, pelaku langsung menyerahkan diri ke Kantor Polsek Rupit, Polres Musi Rawas, Sumatera Selatan. Peristiwa itu terjadi saat keduanya berpapasan di rumah warga di kampungnya, Dusun 9, Desa Lubuk Rumbai, Kecamatan Rupit, Musi Rawas Utara, Sumsel, Minggu (25/11).

    Pelaku menanyakan sepeda motor miliknya yang dipinjam korban beberapa waktu lalu. Tak puas dengan jawaban korban, pelaku emosi sehingga terjadilah cekcok mulut. Pelaku menyerang korban menggunakan sebilah pisau hingga mengenai beberapa bagian tubuh petani itu. Warga sempat mengevakuasi korban ke rumah sakit namun nyawanya tak tertolong lagi karena lukanya cukup banyak dan kehabisan darah. Korban mengalami luka tusuk di dada kanan, punggung, pinggang, dan luka sayat di telapak tangan kanan.

    Kapolres Musi Rawas AKBP Suhendro mengungkapkan, tersangka sudah diamankan di Mapolsek Rupit setelah menyerahkan diri atas inisiatifnya sendiri usai kejadian. Dari pemeriksaan tersangka mengakui perbuatannya karena kesal dan dendam korban tak kunjung mengembalikan sepeda motornya yang dipinjam. “Motifnya karena tersangka menaruh dendam, dia meminjamkan motor ke korban tapi tak dikembalikan, korban tak bisa menjelaskan alasannya,” ungkap Suhendro, Senin (26/11).

    Atas perbuatannya, tersangka dikenakan Pasal 338 KUHP dengan ancaman pidana 15 tahun penjara. Barang bukti diamankan berupa sebilah pisau yang digunakan dan beberapa helai pakaian korban. (dinamikajambi)

  • Istana Bantah Jokowi Pernah Janjikan Guru Honorer Jadi PNS

    Istana Bantah Jokowi Pernah Janjikan Guru Honorer Jadi PNS

    Jakarta (SL) – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko membantah Presiden Joko Widodo pernah berjanji bakal mengangkat seluruh guru honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil(PNS). Hal ini disampaikan menyikapi unjuk rasa guru honorer di depan Istana Negara beberapa waktu lalu.

    “Oh enggak juga, ntar dulu, janji di mana? Makanya sekarang tegas Presiden enggak ada lagi janji-janji politik untuk urusan pengangkatan CPNS,” kata Moeldoko di Kompleks Istana Bogor, Jumat (2/11). Sebelumnya, ribuan karyawan honorer kategori dua (K2), yang mayoritas guru, melakukan aksi demonstrasi menuntut agar diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS).

    Para guru yang berasal dari sejumlah daerah di Indonesia itu menggelar aksi demonstrasi dan menginap di seberang Istana sejak Selasa (30/10). Moeldoko menyatakan janji-janji seperti itu malah disampaikan para calon kepala daerah dalam Pilkada tahun ini dan sebelumnya. “Justru presiden yang menekankan itu. Jangan dibalik-balik,” tuturnya.

    Pemerintah, kata Moeldoko, telah menawarkan sejumlah opsi bagi mereka seperti membuka formasi CPNS khusus untuk guru honorer. Namun, hal ini dikomplain sebab hanya yang berusia di bawah 35 tahun bisa mengikuti tes ini. Pilihan lainnya adalah mendaftarkan diri sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) bagi mereka yang tak bisa mengikuti tes CPNS. Peraturan ini sedang difinalisasi pemerintah.

    Pemerintah juga akan mengupayakan agar sisa tenaga honorer yang ada melalui pendekatan kesejahteraan yang ditentukan pemerintah daerah masing-masing jika tak lulus PPPK. “Terus kami ada solusi itu, tiga solusi. Sekarang masih ada yang tidak puas ya tidak bisa semuanya dipenuhi dong,” kata mantan Panglima TNI ini.

    Ketiga opsi itu dibuat atas dasar banyak pertimbangan tanpa mengurangi peningkatan kualitas birokrasi. “Itu pilihannya. Kalau mau asal-asalan ya sudah, sama aja kan. Jangan dong sekian lama dia punya usia mengabdi pada pemerintah, kalau enggak dibenahin, mulai sekarang enggak pernah begitu,” tutur Moeldoko.(repelita)

  • Demo Depan Istana Negara, Guru Honorer: Jokowi Bohong!

    Demo Depan Istana Negara, Guru Honorer: Jokowi Bohong!

    Jakarta (SL) – Massa yang tergabung dalam Front Pembela Honorer Indonesia (FPHI) menuntut Presiden Joko Widodo untuk menaikkan upah guru honorer.
    “Tolong Pak Jokowi kami ini guru, tolong perhatikan kami,” teriak salah satu perwakilan guru dari Bekasi, Tuti di depan Istana Negara, Jumat (14/9).
    Sekitar 150 orang massa FPHI yang kebanyakan ibu-ibu terus menyuarakan aspirasi mereka. Bahkan para guru honorer itu mengatakan Presiden Jokowi membohongi mereka.
    “Pak Jokowi bohong. Upah kami kecil harga bahan pokok mahal, kami mau masak dan makan pakai apa pak ?” ujar Tuti.

    Dia pun mengingatkan jika upah guru honorer di Jakarta berbeda dengan di daerah.

    “Di daerah itu dibayar Rp 600 ribu, di Jakarta untungnya dibantu oleh Gubernur Anies lumayan dapatnya,” tambah Tuti. (net)
  • Guru Honorer Tuding Jokowi Bohong di Depan Istana Negara

    Guru Honorer Tuding Jokowi Bohong di Depan Istana Negara

    Jakarta (SL) – Massa yang tergabung dalam Front Pembela Honorer Indonesia (FPHI) menuntut Presiden Joko Widodo untuk menaikkan upah guru honorer. “Tolong Pak Jokowi kami ini guru, tolong perhatikan kami,” teriak salah satu perwakilan guru dari Bekasi, Tuti di depan Istana Negara, Jumat (14/9).

    Sekitar 150 orang massa FPHI yang kebanyakan ibu-ibu terus menyuarakan aspirasi mereka. Bahkan para guru honorer itu mengatakan Presiden Jokowi membohongi mereka. “Pak Jokowi bohong. Upah kami kecil harga bahan pokok mahal, kami mau masak dan makan pakai apa pak ?” ujar Tuti.

    Dia pun mengingatkan jika upah guru honorer di Jakarta berbeda dengan di daerah. “Di daerah itu dibayar Rp 600 ribu, di Jakarta untungnya dibantu oleh Gubernur Anies lumayan dapatnya,” tambah Tuti. (rmol.co)

  • Gaji Guru di Idi Rayeuk Ini Cuma Rp100 Ribu Perbulan

    Gaji Guru di Idi Rayeuk Ini Cuma Rp100 Ribu Perbulan

    Aceh Timur (SL) – “Guru, pahlawan tanpa tanda jasa,” Setidaknya ungkapan tersebut layak disematkan kepada Meutia Dewi, salah seorang guru yang berjuang mengabdikan dirinya sebagai guru bakti di SDN Kuala Peudawa Puntong, Kec. Idi Rayek, Kab. Aceh Timur.

    Setiap hari berangkat dari rumah untuk mengajar di sekolah, guru ini hanya bergaji tak lebih dari Rp.100 ribu per bulannya.

    “Saya Ikhlas demi mengajar anak-anak,” ungkap Meutia Dewi kepada Reportase Global, Selasa 17 April 2018.

    Meutia Dewi tidak sendirian, ada 13 guru bakti lainnya bernasib sama di sekolah tepi pantai tersebut. Meutia sendiri mengaku sudah mengabdi di sekolah itu sejak tahun 2009 silam.

    “Ada 13 orang lagi gajinya sama, diantaranya ada yang Rp.300 ribu per bulan, kalau saya dari 2009 tetap Rp.100 ribu,” ungkapnya lagi.

    Dia berharap pemerintah memberi perhatian lebih dengan meningkatkan pendapatan mereka dan mengangkatnya sebagai PNS.

    “Ya kalau bisa honornya ditambah, dan diangkat jadi pegawai,” ujarnya kepada media ini.

    Meutia Dewi mengaku honornya yang tidak memadai itu tidak berdampak pada proses belajar mengajar di kelas, sebab dirinya selalu berusaha hadir ke sekolah dan bahkan mengajar lebih giat lagi setiap waktunya.

    “Ga ada masalah, saya selalu datang ke sekolah untuk mengajar,” katanya.

    Plt. Kepala sekolah SDN Kuala Peudawa Puntong,Yunsyah Putra,S.Pd.SD, saat dikonfirmasi Reportase Global, membenarkan terkait honor Rp.100 ribu yang diterima bawahannya tersebut.

    Yunsyah yang baru saja 3 bulan menggantikan kepemimpinan kepala sekolah yang lama di sekolah tersebut mengatakan, dirinya terus berupaya meningkatkan kemajuan di sekolah yang terdiri dari murid yang kebanyakan berasal keluarga kurang mampu dan yatim piatu tersebut, termasuk memperjuangkan nasib para guru bakti.

    “Guru-guru ini honornya dari alokasi dana BOS, yang penggunaannya sangat terbatas untuk itu, sekitar 15% dari dana tersebut. Sebab nggak boleh lebih, nanti jadi temuan. Namun saya terus perjuangkan, agar honor mereka bertambah, bila perlu UMR, saya juga upayakan mereka dapat tambahan dari kegiatan lain, tahun ini juga saya usulkan ke pemerintah supaya status mereka diangkat tahun ini,” ungkap Yunsyah.

    Sebelumnya, Bupati Aceh Timur, Hasballah M Thaib, diketahui sempat melobi pemerintah pusat melalui Menpan RB terkait nasib para guru honorer di Kabupaten Aceh Timur. (ony)