Tag: Habib Rizieq Syihab

  • Alasan FB Suspend FPI dan Habib Rizieq Dipertanyakan

    Alasan FB Suspend FPI dan Habib Rizieq Dipertanyakan

    Jakarta (SL) – Pengelola Facebook membatasi unggahan terkait Front Pembela Islam (FPI) dan Imam Besar FPI M. Rizieq Shihab. Banyak unggahan terkait FPI dan Habib Rizieg yang di suspend.

    Terbaru, kebijakan tersebut menimpa akun Alireza Alatas, pembela ulama dan NKRI sekaligus aktivis Silaturahmi Anak Bangsa Nusantara (Silabna). Akunnya diblokir sementara (suspend) lantaran mengunggah FPI dan Rizieq. “Segala hal yang terkait HRS (Habib Rizieq Shihab) dan FPI haram hukumnya diposting di FB,” kata Alireza Alatas, Jumat (14/12).

    Padahal, akunnya baru beberapa hari terbebas dari suspend oleh Facebook. Namun, kini kembali di-blokir. “Segala hal yang terkait HRS dan FPI haram hukumnya diposting di FB. Sejauh ini FB menggunakan frekuensi yang merupakan wilayah publik. Apa alasannya FB men-suspended dengan alasan berita terkait HRS?” ujar Alireza Alatas.

    Alireza Alatas yang memposting penghargaan kepada Habib Rizieq sebagai Ulama Awards pada Malam Anugerah Moeslim Choice Award 2018 di Jakarta pada 12 Desember 2018 di-suspended oleh Facebook. (rml)

  • HRS Buka-bukaan Soal Peristiwa Penangkapan Dirinya Oleh Aparat Kepolisian Arab Saudi

    HRS Buka-bukaan Soal Peristiwa Penangkapan Dirinya Oleh Aparat Kepolisian Arab Saudi

    Jakarta (SL) – Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab (HRS) buka-bukaan soal peristiwa yang membuat dia diperiksa oleh aparat keamanan Arab Saudi. Dia merasa sebagai korban.

    Pernyataan itu disampaikan Habib Rizieq lewat video yang ditayangkan Youtube Front TV. Dia didampinngi oleh istri dan anak-anaknya.

    Habib Rizieq menyebut benda yang terpasang di kediamannya itu bukan bendera, melainkan poster yang dipasang dengan double stip. Dia mengatakan poster itu dipasang oleh orang tak dikenal.

    “Ada satu pihak, entah seseorang atau mungkin lebih dari satu orang, telah menempelkan dengan double stip, yaitu suatu poster yang terbuat dari plastik, di dinding rumah saya atau tempat tinggal saya atau kami semua, bagian sebelah luar, yaitu di wilayah belakang rumah,” ungkap Rizieq, Jumat (9/11/2018).

    Gara-gara poster itu, kediaman Habib Rizieq didatangi aparat keamanan Arab Saudi. “Mereka datang dengan santun, dengan sopan, kemudian meminta saya selaku penghuni rumah untuk menemui mereka di lapangan parkir di belakang rumah saya, maka saya segera menemui mereka,” ungkapnya.

    Saat keluar rumah, poster itu sudah tidak ada. Rizieq menyebut poster itu dicabut oleh aparat.

    “Pada saat saya keluar dari rumah, poster yang saya sebutkan tadi itu sudah tidak ada, sudah dicabut oleh aparat keamanan Saudi. Jadi saya tidak pernah liat poster yang dipasang tersebut. Nah kemudian dalam pertemuan saya bersama dengan para aparat keamanan Saudi tadi, mereka meminta kesediaan saya untuk ikut ke kantor polisi dalam rangka untuk dimintai keterangan,” ucap Habib Rizieq.

    Rizieq mengaku tidak ingin menarik perhatian tetangga. Dia menegaskan tidak ditangkap, ditahan, maupun digeledah.

    “Nah karena itu saya tidak ingin menjadi perhatian tetangga atau perhatian orang, adanya aparat keamanan yang datang, saya setuju dan saya berangkat yaitu bersama mereka. Jadi tidak betul kalau ada berita saya ditangkap, saya ditahan, rumah saya disergap kemudian digeledah, itu semua bohong. Jadi tidak ada penggeledahan, tidak ada penyergapan. Yang ada mereka datang, mereka turunkan poster, mereka meminta saya menemui mereka, dan mereka minta kesediaan saya untuk memberi keterangan di kantor kepolisian,” ungkapnya.

    Dia lalu memberi keterangan di kantor polisi. Habib Rizieq menegaskan dia tidak memasang poster itu dan tidak tahu siapa yang memasangnya. Dia kemudian dilepas.

    “Saya dilepas oleh kepolisian Saudi karena memang saya sebagai korban, jadi saya dilepas tanpa jaminan apapun, sekali lagi tanpa jaminan apapun,” tegas Habib Rizieq. (Detik.com)

  • Eggi: Habib Rizieq Tak Terkait ISIS, Ada Fitnah yang Dimainkan

    Eggi: Habib Rizieq Tak Terkait ISIS, Ada Fitnah yang Dimainkan

    Jakarta (SL) – Kemlu menyatakan Habib Rizieq Syihab ditangkap polisi dan intelijen Arab Saudi karena bendera yang dianggap sebagai bendera ISIS. Pengacara Habib Rizieq, Eggi Sudjana, membantah kliennya terlibat dalam organisasi teroris itu.

    “Saya sebagai lawyer-nya tahu persis karakter Habib. Dia tidak sejalan dan tidak sependapat dengan cara-cara perjuangan ISIS. Apalagi ISIS itu buatan Amerika. Itu fakta,” ujar Eggi dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (7/11/2018).

    Eggi memastikan anggapan yang mengaitkan Habib Rizieq dengan ISIS merupakan fitnah. Anggapan itu, menurutnya, tidak berdasar.

    “Ini kontra-intelijen yang dimainkan untuk menjerat Habib. Jadi ini merupakan bagian dari fitnah yang dimainkan,” ujar Eggi.

    Eggi juga mengkritik Kemlu yang dinilai menangani persoalan yang dihadapi Habib Rizieq dengan tidak sesuai prosedur. Kemlu dan KBRI Riyadh sebelumnya menyatakan Habib Rizieq sempat ditahan dan diperiksa polisi-intelijen Saudi karena adanya aduan yang menganggap ada bendera mirip bendera ISIS di rumah Habib Rizieq.

    “Ini kritik keras juga untuk Kemlu. Jangan menginformasikan ke masyarakat sesuatu yang sifatnya masih mentah begitu. Justru dia harus melindungi warga negara Indonesia, di mana pun warga itu berada,” tutur Eggi.

    “Jangan malah mengait-kaitkan terkesan menyudutkan Habib Rizieq. Kan berbahaya muncul opini begitu. Jangan sampai malah membuat jadi kisruh,” sambungnya. (detik)

  • Kronologi Pemeriksaan Habib Rizieq Shihab di Arab Saudi

    Kronologi Pemeriksaan Habib Rizieq Shihab di Arab Saudi

    Jakarta (SL) – Kementerian Luar Negeri RI membenarkan bahwa Rizieq Shihab diperiksa Otoritas Arab Saudi, karena bendera yang diduga mirip ISIS terpasang di rumahnya di Mekkah. Duta Besar RI untuk Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengatakan Rizieq sempat ditahan kepolisian sebelum dibebaskan dengan jaminan.

    Melalui pernyataan, Agus mengatakan ia mendapat kabar penangkapan Rizieq pada Senin (5/11) sekitar pukul 23.30 waktu Arab. Sejak itu,  KBRI berupaya mengubungi kerabat dan kolega Rizieq di Saudi untuk mengonfirmasi kabar penangkapan tersebut.

    “Dari hasil penelusuran KBRI mengetahui bahwa pada tanggal 5 November 2018 sekitar pukul 08.00 waktu Saudi, tempat tinggal MRS (Rizieq) didatangi oleh pihak kepolisian Makkah karena diketahui adanya pemasangan bendera hitam yang mengarah pada ciri-ciri gerakan ekstrimis di dinding bagian belakang rumah MRS,” ucap Agus melalui pernyataan yang didapat CNNIndonesia.com pada Rabu (7/11).

    Agus menuturkan pada Senin sore, sekitar pukul 16.00, Rizieq dijemput kepolisian Mekkah dan Mahabis Ammah (intelijen umum Saudi) dan dibawa ke kantor Mahabis Ammah. Rizieq lalu ditahan untuk diperiksa dan dimintai keterangan.

    Usai diperiksa di kantor Mahabis Ammah, Rizieq diserahkan kepada Kepolisian Sektor Mansyuriah Mekkah pada Selasa (6/11) sekitar pukul 16.00. “Pada 6 November 2018 sekitar pukul 20.00 waktu Saudi, dengan didampingi oleh staf KJRI Jeddah, MRS dikeluarkan dari tahanan kepolisian Mekkah dengan jaminan,” ucap Agus.

    “Jaminannya (Rizieq) itu sahabat beliau yang merupakan warga Saudi. Yang bisa jadi jaminan itu harus warga negara Saudi,” kata Agus.

    Meski begitu, Agus tidak menjelaskan apakah ada biaya yang dibayarkan kepada otoritas Saudi untuk membebaskan Rizieq. Dia juga tidak bisa memastikan apakah Rizieq akan kembali diperiksa oleh otoritas Saudi.

    Lebih lanjut, Agus berharap bahwa perkara penahanan Rizieq hanya karena masalah izin tinggalnya yang sudah kedaluwarsa sejak Juli lalu. Dia memastikan KBRI di Riyadh dan KJRI di Jeddah akan memberikan perlindungan dan pendampingan kekonsuleran kepada Rizieq, sebagaimana yang selama ini diberikan perwakilan RI di luar negeri kepada setiap WNI.

    “Saya sangat khawatir jika yang dituduhkan kepada MRS terkait keamanan Kerajaan Arab Saudi, jika ini yang dituduhkan, maka lembaga yang akan menangani adalah lembaga super body Saudi yang ada di bawah Raja yang dikenal dengan Riasah Amni ad-Daulah atau Presidency of State Security.”

    Nama Rizieq kembali menjadi perhatian setelah beredar kabar bahwa pemimpin FPI itu diperiksa otoritas Saudi lantaran diduga memasang bendera tauhid di tembok depan rumahnya. Kabar tersebut berada di grup-grup WhatsApp sejak Selasa (6/11). Selain itu, foto-foto Rizieq juga beredar.

    Dalam foto, Rizieq tampak tengah berdiri bersama sejumlah orang. Salah satu dari mereka mengenakan pakaian aparat, tampak dari pangkat di lengannya. Sekretaris Umum DPP FPI, Munarman, menyatakan bahwa ada pihak yang sengaja memasang bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid mirip miliknya Hizbut Tahrir di kediaman Rizieq. (CNNIndonesia)

  • FPI Tahu Pihak Yang Membuat HRS Diperiksa Polisi Arab Saudi

    FPI Tahu Pihak Yang Membuat HRS Diperiksa Polisi Arab Saudi

    Jakarta (SL) – Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS), sempat berurusan dengan pihak keamanan Arab Saudi. HRS diperiksa kepolisian Arab Saudi gara-gara terdapat bendera hitam bertulis kalimat tauhid di depan rumahnya.

    FPI menuding bendera tersebut ulah pihak-pihak yang sengaja ingin memfitnah HRS. Petinggi FPI, Munarman mengklaim mengetahui persis pihak yang ingin mempersulit HRS di Arab Saudi. “Kami, FPI sangat tahu siapa mereka,” ujarnya kepada poskotanews.com, Rabu (7/11/2018).

    Namun, Munarman enggan membeberkan kepada publik pihak yang dia maksud. Menurutnya pengetahuan itu cukup untuk kalangan internal FPI. “Tapi biarlah itu menjadi data kami,” imbuhnya.

    Kabar HRS diperiksa kepolisian Arab Saudi beredar luas di media sosial sejak Selasa (6/11/2018). Terdapat dua foto yang beredar di medsos yang menggambarkan HRS saat bersama pihak keamanan Arab Saudi, dan tempat tinggal HRS yang dipasang bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid.

    FPI menilai pemeriksaan HRS karena ulang yang sengaja ingin memfitnah dan mencelakai HRS di Arab Saudi. “Bendera dipasang oleh tukang fitnah. Ada operasi false flag terhadap HRS di Mekkah saat ini. Mereka berharap dengan adanya peristiwa tersebut, HRS mendapatkan kesulitan dari pihak keamanan Saudi,” ungkap Munarman.

    “Jadi memang sungguh jahat para tukang fitnah tersebut. Tak cukup mereka memfitnah HRS di Indonesia, namun terus mereka lakukan fitnah hingga HRS berada di Saudi, tujuannya hanya satu, yaitu HRS mendapatkan kesulitan dan mereka para tukang fitnah berharap celaka ke HRS,” terang dia. (Poskota)

  • Habib Rizieq Syihab Dalam Cengkeraman Intelijen

    Habib Rizieq Syihab Dalam Cengkeraman Intelijen

    Oleh: DR. H. Abdul Chair Ramadhan, SH, MH, Ketua Umum HRS Center

    Pencegahan terhadap Imam Besar Indonesia Habib Rizieq Syihab (HRS) untuk ke luar dari Saudi Arabia tidak dapat dilepaskan dari adanya motif politik yang mempengaruhinya. Motif politik tersebut sangat terkait dengan tahun politik (Pileg dan Pilpres) yang menjadi pusat perhatian publik. Di sisi lain, pencegahan yang dialami oleh HRS ditengarai adanya pengaruh kekuatan yang ‘dimainkan’ oleh pihak intelijen.

    Pada prinsipnya, konsep intelijen terkorelasi langsung dengan konsep Keamanan Nasional, dimana intelijen dipandang sebagai sebuah alat pencegahan, penangkalan, dan penanggulangan terhadap setiap ancaman bagi Keamanan Nasional. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang atau kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi Keamanan Nasional, maka dilakukan serangkaian tindakan berupa pencegahan, penangkalan, dan penanggulangan. Terkait dengan hubungan antara intelijen dan Negara – yang kemudian melahirkan konsep intelijen Negara – terdapat 2 (dua) tipe intelijen Negara yaitu tipe ideal intelijen Negara dalam rezim otoriter dan tipe ideal intelijen Negara dalam rezim demokratik.

    Pada kondisi yang dialami oleh HRS terdapat asumsi adanya keterhubungan antara kepentingan politik dan intelijen Negara, maka tipe interaksi intelijen negara mengarah kepada intelijen politik. Tipe ini untuk mengantisipasi munculnya ancaman-ancaman internal yang terutama berasal dari oposisi politik, yaitu orang atau organisasi yang merupakan ‘lawan politik’ rejim yang berkuasa. Lazimnya intelijen politik berlaku pada Negara yang berkarakter otoriter.

    Kita ketahui, bahwa sejumlah kasus yang ‘menjerat’ HRS sebelumnya sangatlah dipaksakan adanya, nuansa ‘kriminalisasi’ demikian terasa. Pemenuhan unsur delik maupun alat bukti cenderung dipaksakan. Belum lagi, berbagai ancaman berupa teror kepada HRS demikian nyata, sehingga HRS mau tidak mau harus mengambil langkah penyelamatan (hijrah) ke Saudi Arabia guna menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan. Hijrahnya beliau bersama keluarga mengacu kepada hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah dari ancaman dan teror kaum kafir Quraisy Makkah.

    Dalam perspektif politik kekuasaan, terdapat dua model yang lazim diterapkan yakni ‘perangkulan’ dan ‘penggalangan’, model ini pun lazim dilakukan oleh intelijen Negara. Apabila perangkulan atau penggalangan tidak mampu dilakukan, maka model lainnya adalah ‘penumbangan’, atau setidak-tidaknya ‘pembatasan’. Dari sejumlah informasi yang penulis himpun, diketahui bahwa HRS ternyata tidak dapat untuk dirangkul atau digalang oleh pihak-pihak tertentu, dan ini terjadi ketika kasus penodaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahja Purnama (Ahok) mencuat.

    Berbagai tawaran disampaikan kepada HRS, seperti sejumlah uang yang sangat fantastis berjumlah ‘satu triliun’ dan lain-lain. Namun kesemuanya itu ditolak mentah-mentah oleh HRS. Dapat dikatakan, upaya ‘perangkulan’ atau ‘penggalangan’ sia-sia adanya. Oleh karena misi ‘perangkulan’ atau ‘penggalangan’ tidak dapat dilakukan, maka tindakan ancaman berupa teror menjadi model untuk melemahkan yang bersangkutan. Penembakan di kediaman HRS (Pesantren Mega Mendung) dan peledakan Bom saat acara FPI di Cawang Jakarta Timur adalah bentuk teror kepada HRS yang sampai pada saat ini tidak ada kejelasannya.

    Lebih lanjut, adanya kenyataan HRS dicegah untuk meninggalkan Saudi Arabia menuju Malaysia ternyata diketahui terkait dengan keselamatan diri beliau, sebagaimana disampaikan pihak Kerajaan Saudi Arabia melalui Duta Besar Kerajaan Saudi Arabia di Indonesia beberapa hari yang lalu. Jika hal tersebut benar adanya, maka HRS telah diposisikan sebagai orang yang merupakan lawan politik rejim yang berkuasa. HRS menjadi ancaman bagi kepentingan rezim yang berkuasa, dan ini sangat terkait dengan kepentingan Pilpres 2019. Terlebih lagi adanya informasi yang menyebutkan bahwa kediaman HRS saat ini di Makkah diawasi oleh pihak Badan Intelejen Negara (BIN), dimana BIN menyewa rumah yang letaknya di depan rumah HRS. Dapat dipastikan, kegiatan memantau HRS sangat terkait dengan kepentingan pembatasan ruang gerak HRS.

    Di sisi lain, overstay yang terjadi ternyata memang telah dikondisikan sedemikian rupa sebelumnya. Konsekuensinya HRS diposisikan sebagai Warga Negara Indonesia ‘undocumented”, karena izin tinggal telah habis sejak tanggal 21 Juli 2018. Dengan adanya ‘penciptaan’ overstay ini, HRS terancam di deportasi (pengusiran) dengan tindakan-tindakan pendahuluan berupa hukuman imigrasi maksimum 1 (satu) tahun, selain terkena sanksi denda yang besar dan sanksi blacklsit tidak boleh ke Saudi Arabia dalam beberapa tahun ke depan.

    HRS juga mengalami pembatasan khusus, termasuk bertemu dengan orang lain dan bahkan tidak bisa ke luar rumah dengan pemantauan langsung dari pihak BIN, sungguh memprihatinkan. Kiranya, apa yang dialami oleh HRS adalah ‘karantina terselubung’ dengan pengawasan khusus oleh BIN.

    Penulis berpendapat, apa yang dialami oleh HRS adalah rekayasa sistematis terkait dengan kegiatan intelijen politik dan tahun politik. Sepertinya ada pihak-pihak tertentu dalam rezim ini yang menginginkan pembatasan ruang gerak HRS, bukan saja di Saudi Arabia namun juga pembatasan ruang gerak di Indonesia.

    Jika HRS mengalami pencegahan tidak bisa meninggalkan Saudi Arabia selama waktu maksimum, yakni satu tahun sejak tanggal 21 Juli 2018, maka itu berkorelasi dengan hari pelaksanaan pemungutan suara Pemilu (April 2019). Dengan kata lain, memang HRS telah dikondisikan sedemikian rupa untuk tidak berada di Indonesia, minimal sampai hari pemungutan suara.

    Asumsi lainnya, bisa saja terjadi HRS akan dideportasi dalam waktu yang tidak berlangsung lama, pada saat yang bersamaan kasus yang menjeratnya dibuka kembali (pembatalan SP3) dan kemudian perkara dilimpahkan ke Pengadilan untuk selanjutnya dapat dilakukan penahanan terhadap HRS guna kepentingan proses peradilan. Kesemuanya itu menunjuk pada suatu prakondisi, agar HRS tidak mampu lagi memobilisasi massa secara langsung sebagaimana terjadi pada Aksi Bela Islam yang bergelombang dengan Aksi Fenomenal 212 mampu menumbangkan sang petahana Ahok. Jadi, kembalinya HRS ke Tanah Air tentu sangat dikhawatirkan, tumbangnya Ahok pada Pilkada Jakarta tentu tidak diinginkan terulang kembali pada Pilpres 2019.

    Tegasnya, kekhawatiran pihak-pihak tertentu itulah yang menjadikan HRS pada kondisi seperti saat ini. Disinilah terkonfirmasi adanya hubungan yang sangat erat antara intelijen dan politik, yang melahirkan suatu rekayasa sistemik penciptaan overstay HRS dan pembatasan ruang gerak HRS dalam kaitannya dengan agenda “2019 Ganti Presiden”.*

  • PBB Utus MS Kaban dan Afriansyah Noor Bertemu Habib Rizieq di Arab Saudi

    PBB Utus MS Kaban dan Afriansyah Noor Bertemu Habib Rizieq di Arab Saudi

    Jakarta (SL) – Partai Bulan Bintang (PBB) mengutus Ketua Majelis Syuro Dr MS Kaban dan Sekretaris Jenderal Ir. Afriansyah Noor berangkat ke Saudi Arabia untuk bertemu dengan Habib Rizieq Syihab (HRS). Pertemuan dimaksudkan untuk memperoleh informasi dari tangan pertama tentang apa yang terjadi pada HRS sebagaimana banyak diberitakan media dalam beberapa hari belakangan ini, Sabtu (29/9/2018).

    Hasil pertemuan dengan HRS akan segera dilaporkan kepada Ketua Umum PBB, Yusril Ihza Mahendra untuk ditindaklanjuti. Yusril yang juga seorang advokat pernah secara aktif menangani kasus HRS. Dengan sepengetahuan HRS tahun 2017 yang lalu, Yusril bertemu dengan Kapolri Tito Karnavian dan Presiden Joko Widodo dan menyampaikan usulan kongkret yang ditanyakan pemerintah untuk menyelesaikan berbagai kasus hukum yang menimpa HRS secara damai dan bermartabat.

    Yusril kembali menegaskan keinginannya untuk menangani masalah yang dihadapi HRS baik dengan Pemerintah Indonesia maupun dengan Pemerintah Saudi Arabia.

    “Saya akan menangani masalah tersebut secara kongkret dan profesional, dengan tentunya lebih diberi kuasa hukum oleh HRS untuk menanganinya”, ujar Yusril.

    Yusril optimis hubungan pribadinya dengan Pemerintah Saudi Arabia dan Pemerintah RI berjalan cukup baik, sehingga masalah yang ditimpakan kepada HRS dapat diselesaikan dengan baik. Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra hubungan partainya dengan HRS sangat baik.

    “Komunikasi kami dengan HRS tidak pernah terputus meski beliau berada di Saudi Arabia. Begitupun hubungan dengan Front Pembela Islam, Alumni 212 juga berjalan baik,” ungkapnya.

    Yusril mengatakan tidak dapat berangkat ke Saudi Arabia untuk menemui HRS karena kesibukannya di dalam negeri.

    “Pak Kaban dan Pak Ferry juga mengenal baik HRS. Mudah-mudahan pertemuan dari hati ke hati dengan HRS akan membuahkan hasil yang baik, bukan hanya bagi PBB dan HRS, tetapi juga bagi umat Islam dan bangsa Indonesia” kata Yusril mengakhiri keterangannya.