Tag: Hari Pahlawan

  • Upacara Hari Pahlawan Polres Way Kanan, Mensos Ingatkan Warga Negara Patut Bangga Punya Sosok Pahlawan Pemberani

    Upacara Hari Pahlawan Polres Way Kanan, Mensos Ingatkan Warga Negara Patut Bangga Punya Sosok Pahlawan Pemberani

    Way Kanan, sinarlampung.co Polres Way Kanan menggelar upacara peringatan Hari Pahlawan 2024 di lapangan apel Mapolres setempat, Senin, 11 November 2023. Upacara peringatan yang mengangkat tema, “Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu” dipimpin Wakapolres Way Kanan, Kompol Iwan Setiawan dan dihadiri Pejabat Utama, para Kapolsek, anggota dan ASN Polri di wilayah hukum Polres setempat.

    Rangkaian kegiatan peringatan diawali pengibaran Bendera Merah Putih dengan diiringi lagu Indonesia Raya. Kemudian, dilanjutkan mengheningkan cipta untuk mengenang arwah pahlawan dan pembacaan teks pancasila oleh inspektur upacara yang di ikuti oleh seluruh peserta upacara.

    Wakapolres Way Kanan Kompol Iwan Setiawan dalam menyampaikan amanat Menteri Sosial (Mensos) Republik Indonesia, Saifullah Yusuf, bahwa sebagai putri putri bangsa patut bangga dan bersyukur karena di bumi nusantara ini banyak melahirkan sosok para pahlawan pemberani yang siap mati demi NKRI.

    “Mereka mujahid pemberani dengan segala pengorbanannya berhasil membentuk NKRI. Mereka adalah patriot bangsa yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk mencapai Indonesia merdeka dan kini mewariskannya kepada kita semua untuk diteruskan demi mencapai cita-cita Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur,” kata Iwan.

    Iwan melanjutkan, ketika dahulu implementasi kepahlawanan adalah dengan semangat mendobrak, menjebol dan meruntuhkan bangunan struktural kolonialisme penjajah, maka saat ini implementasinya adalah meruntuhkan kultur dan struktur kemiskinan dan kebodohan yang menjadi akar masalah sosial di Indonesia.

    “Oleh karenanya, semangat kepahlawanan harus menjalar pada semangat membangun, menciptakan kemakmuran rakyat, mewujudkan perlindungan sosial sepanjang rakyat, mewujudkan kesejahteraan social yang inklusif untuk rakyat dimanapun berada,” kata Iwan lantang.

    Selain itu, kemajuan sebuah bangsa bukan saja diukur dari kemampuannya mengejar pertumbuhan ekonomi, namun kemajuan sebuah bangsa juga diukur dari kemampuannya mengelola masalah sosial. “Semoga kita semua mampu meneladani dan menanamkan nilai-nilai kepahlawanan serta mewariskannya kepada generasi yang akan datang,” ucap Iwan menutup penyampaian tertulis Mensos.

    Pantauan di lapangan, upacara berlangsung dalam suasana khidmat, tertib dan sederhana terlebih saat pembacaan doa untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur. (Syaripudin)

  • Peringati Hari Pahlawan, Kapolres Lampung Utara Tabur Bunga di Makam Pahlawan Kotabumi

    Peringati Hari Pahlawan, Kapolres Lampung Utara Tabur Bunga di Makam Pahlawan Kotabumi

    Lampung Utara (SL) – Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan, sebagai momen reflektif untuk memberi makna atas pengorbanan para Pahlawan Kusuma Bangsa, dengan menyalakan jiwa Kepahlawanan dalam perjuangan mengisi Kemerdekaan.

    Untuk memperingati Hari Pahlawan dalam mengenang jasa-jasanya, setelah menjadi irup upacara Hari Pahlawan di pemda, Kapolres Lampung Utara AKBP Budiman Sulaksono, S.I.K. bersama Forkopimda dan Bhayangkari gelar Tabur Bunga di Makam Pahlawan Kotabumi, Sabtu, (10/11).

    Ziarah tabur bunga ini diawali dengan penghormatan kepada arwah para pahlawan atas jasa-jasanya selama hidup, kemudian mengheningkan cipta, peletakan karangan bunga yang dilakukan langsung oleh Ka Kimal Lampung dan dilanjutkan penghormatan terakhir arwah para pahlawan kemudian prosesi tabur bunga.

    Kapolres Lampung Utara mengatakan, ziarah dan tabur bunga dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Ke-73 sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa.

    “Dengan peringatan hari Hari Pahlawan ini semoga kita bisa mengisi kemerdekaan dengan terus bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja  ikhlas serta terus berkarya membangun Lampung Utara menuju lebih baik lagi,” ujar AKBP Budiman Sulaksono, S.I.K. (*/ardi)

  • Dirgahayu Pahlawan, Mengenang Pertempuran Surabaya

    Dirgahayu Pahlawan, Mengenang Pertempuran Surabaya

    Bandarlampung (SL)-Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Britania Raya. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur.

    Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

    Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.

    Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara.

    Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.

    Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan. Pasukan sekutu mendapatkan perlawanan dari pasukan dan milisi Indonesia.

    Selain Bung Tomo terdapat pula tokoh-tokoh berpengaruh lain dalam menggerakkan rakyat Surabaya pada masa itu, beberapa datang dari latar belakang agama seperti KH.

    Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai/ulama) sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung alot, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya.

    Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran ini mencapai waktu sekitar tiga minggu. Setidaknya 6,000 – 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 – 2000 tentara.

    Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk melakukan perlawanan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang. (sumber : wikipedia)