Tag: ICRTH 2022

  • Hari Pertama ICRTH, Harry Bahas Peran Penting Industri Travel Dan Tourism Board

    Hari Pertama ICRTH, Harry Bahas Peran Penting Industri Travel Dan Tourism Board

    Jakarta (SL)-Lessons Learned From Covid-19 and Future Directions for Sustainable Events Tourism menjadi salah satu materi yang dibahas di hari pertama acara International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH) 2022 di Kuching, Malaysia. Kamis, 01 Septrmber 2022.

    Pada Konferensi tersebut, Product Tour Manager Anta Vaya Leisure, Harry Pradinata memaparkan materi terkait tantangan dan peluang setelah pandemi. Seperti tantangan opsi penerbangan terbatas, tarif tiket mahal, ketidakpastian di wilayah tertentu selama covid. Kemudian hal lainnya seperti, perubahan peraturan, karantina setelah tur, serta proses visa lebih lama karena permintaan tinggi.

    “Permintaan naik, destinasi baru termasuk pasar domestik, lebih banyak permintaan untuk grup/Insentif dan pribadi, serta klien bersedia membayar lebih untuk tur, ini merupakan peluang. Travel industri harus beradaptasi, memahami bahwa covid akan hidup diantara kita, dan dengan itu pelan-pelan membangun kembali pariwisata kita sambil menjaga prokes,” papar Harry melalui E-mail.

    Menurutnya, saat ini demand sedang naik, terutama wisatawan domestik dengan tujuan ke Bali, Labuan Bajo dan Raja Ampat menjadi primadona. Sementara untuk mancanegara masih didominasi oleh permintaan ke Turki dan Eropa.

    Kemudian, kerjasama antara airlines, hotel, travel agent, restaurant, tourism object (faktor internal) dan tourism board (faktor eksternal) sudah tercapai, beberapa Tourism Board seperti Singapore Tourism Board, Tourism Australia dan Korea Tourism Organization sudah memulai kampanye dengan melibatkan travel agent untuk menaikan jumlah wisatawan.

    Harry menambahkan, fam trip (travel agen serta media online dan offline) serta pameran/travel fair yang mulai banyak di bulan September dan Oktober. Ini merupakan strategi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.

    “Virtual tour saat ini sudah tidak relevan kecuali untuk negara yang masih memberlakukan karantina, seperti China, Taiwan, dan Hongkong. Virtual tour sudah mulai turun peminatnya karena banyak negara sudah membuka dan bisa dikunjungi oleh wisatawan,” ujarnya.

    Di sisi lain, Harry sepakat dengan audiens yang menyatakan bahwa makanan halal sangat penting bagi umat Islam. Karena menurutnya, makanan halal berarti kualitasnya baik. (Heny HDL)

  • IPB Mendukung Pengembangan Masyarakat Di Tingkat Tapak Pada Konferensi Internasional

    IPB Mendukung Pengembangan Masyarakat Di Tingkat Tapak Pada Konferensi Internasional

    Malaysia (SL)-International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH) 2022 diadakan di Kuching Sarawak, Malaysia pada tanggal 01 sampai 03 September 2022. Acara ini dibuka oleh Mentri Pariwisata Seni Kreatif dan Pertunjukan Sarawak YB Dato Sri Abdul Karim Rahman Hamzah pada Kamis, (01/09/2022).

    Community Based Tourism (CBT) adalah materi yang disampaikan pembicara dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Arzyana Sunkar secara langsung dari Kuching Sarawak, Malaysia yang diikuti para peserta termasuk secara daring.

    “IPB melalui Departemen Konservasi Sumber daya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) Fakultas Kehutanan dan Ligkungan) sudah banyak terlibat dengan pengembangan masyarakat di tingkat tapak (unit paling dasar di daerah pada bidang lingkungan hidup dan kehutanan, red). DKSHE juga banyak melakukan penelitian untuk mengkaji tingkat keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan wisata dengan memberikan berbagai macam bentuk kegiatan pemberdayaan seperti memberikan pelatihan termasuk melatih masyarakat setempat untuk mampu menjadi pemandu dan interpreter,” kata wanita yang akrab disapa Dr. Ina melalui telepon pada awak media.

    Selain itu, IPB juga membantu menciptakan dan menguatkan berbagai organisasi lokal sebagai salah satu kunci keberhasilan CBT. “Dari aspek sosial, IPB membantu meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap potensi sumberdaya lokal yang dimiliki, dari aspek budaya membantu pengembangan budaya lokal, dari aspek lingkungan, IPB juga mengkaji terkait daya dukung areal wisata, pengelolaan limbah, juga membantu meningkatkan dan memberikan pendidikan konservasi dan lingkungan,” kata Dr.Ina sekretaris program studi S3 Konservasi Biodiversitas Tropika.

    Dr. Ina menjelaskan, ketika pandemi, sebenarnya potensi lokal justru berkembang, karena masyarakat tidak bisa keman-mana dan mencoba memperbaiki penghidupan dari potensi di areanya sendiri. Bisa jadi masyarakat tidak mengenali bahwa potensi yang mereka miliki bisa dikembangkan sebagai wisata.

    “Di sini peran orang luar untuk bisa membantu memfasilitasi mereka, yang pertama harus dilakukan masyarakat sendiri adalah mereka harus menentukan visi dan tujuan yang mereka inginkan dengan adanya wisata di sana. Kedua, mereka harus bisa menyiapkan diri untuk mengelola kegiatan wisata, disinilah pelatihan pelatihan dari pihak luar bisa membantu. Ketiga, kembangkan organisasi pengelola di tingkat lokal,” katanya.

    “Yang pasti modal sosial masyarakat dalam hal kepercayaan diantara mereka, kepercayaan terhadap wisatawan, lalu norma-norma lokal perlu difahami oleh mereka sendiri, sebab CBT menmbutuhkan modal sosial yang kuat, karena masyarakat sebagai perencana dan pelaksana kegiatan”, tambah Dr. Ina.

    Dia juga memberikan beberapa contoh desa yang telah berhasil melakukan CBT, seperti desa Pemuteran dan desa Penglipuran di Bali, desa Ngelanggeren dan desa Pentingsari di Yogyakarta serta desa Wenurejo (dekat Borobudur) dan masih banyak lagi desa lainnya, imbuh Dr. Ina.

    Dr. Ina menambahkan, didorong oleh komunitas berbasis asset atau Asset Based Community Driven (ABCD) desa-desa yang sudah disebutkan di atas, sudah menerapkan CBT sehingga mereka sudah menjalankan Asset-Based Community Driven ini.

    “Meskipun demikian, di banyak tempat di Indonesia, masih belum banyak penerapannya. Lebih banyak di drive atau didorong oleh pihak luar pengembangannya. Di banyak tempat masyarakat belum mngenali bahwa potensi di wilayah mereka dapat digunakan untuk pengembangan wisata,” Dr. Ina menutup pembicaraanya.

    Diketahui, materi pada konfrensi internasional ini, seperti Pariwisata Berbasis Komunitas, Wisata Olahraga, Pariwisata Domestik, Smart Tourism, Events tourism, Pemberdayaan Pemuda, Wisata Budaya dan Warisan, Wisata Medis, Ekowisata, Wisata Inklusif, Gastronomi dan Wisata Kuliner, Agrowisata, Layanan Perhotelan, Sounds in Experiential Travel, Pengalaman Pemandu Wisata, Pendidikan Pariwisata, Pariwisata dan SDGs, Ketahanan dalam Industri Perhotelan, UCCN – Kota Gastronomi, Pemasaran di Destinasi, Kewirausahaan di Pariwisata, Business Events, Wanita di Pariwisata, Wisata Rekreasi , Rekreasi Pengembangan Bakat di Bidang Pariwisata, serta Wisata Kopi dan Teh. (Heny HDL)