Tag: IDI

  • Bantah Malpraktik, Tindakan Medis RSIA Restu Bunda Sesuai SOP

    Bantah Malpraktik, Tindakan Medis RSIA Restu Bunda Sesuai SOP

    Bandar Lampung, (SL) – Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Restu Bunda, Kota Bandar Lampung, dr. Reza Yulisfa Susanto, MARS, memastikan semua tindakan medis yang dilakukan di Rumah Sakit yang Ia pimpin sesuai standar operasional prosedur (SOP).

    Terlebih, tindakan medis yang membutuhkan perhatian dan penanganan besar seperti Operasi Caesar misalnya, sudah semestinya tidak abai terhadap faktor kecil sekalipun, sebab bisa menimbulkan risiko fatal.

    Penegasan itu diungkapkan Reza, menanggapi munculnya kabar dugaan malapraktik atau kelalaian terhadap pasien bernama Siska Adelina Astuti (35) yang menjalani operasi sesar di rumah sakit itu. Sehingga, pasien mengalami infeksi pasca operasi.

    Dijelaskan, malapraktik harus dibuktikan secara empiris berdasarkan ilmu pengetahuan hingga pendapat para ahli.
    “Jadi butuh tahapan dan proses yang tidak mudah dan cepat,” jelasnya, Senin (30/10) petang.

    Reza juga menegaskan, dokter dan Paramedis yang menangani Operasi Caesar itu telah sesuai SOP.
    “Sehingga saya tegaskan tidak terjadi technical error pada penanganan operasi itu,” kata Reza.

    Mengenai terjadinya rasa nyeri pada bekas luka operasi, terlihat kulit memerah dan mulai terjadi pembengkakan pada pasien yang selanjutnya didiagnosa mengalami infeksi pasca operasi, Reza menjelaskan pihaknya memang merujuk pasien ke rumah sakit lain.

    “Kami rujuk ke Rumah Sakit Graha Husada karena ada peralatan medis di sana lebih lengkap. Dokter kami yang menanganinya turut mengawal hingga penanganan itu selesai di RS Graha,” ujar Reza.

    Dijelaskan, pasca penanganan itu, kondisi pasien sudah baik. Sehingga, infeksi yang sempat terjadi pasca operasi sesar itu sudah tertangani.

    “Mengenai suami dan keluarganya yang datang dan tidak bertemu saya, bukannya saya menghindari tetapi memang sedang ada keperluan takziah,” ujar Reza.

    Reza menambahkan, pihaknya juga mempertimbangkan untuk dilakukannya pendekatan antara dokter dengan pasien. Sehingga bisa menjembatani terjalin komunikasi yang baik untuk menghadirkan solusi jika memang persoalan dianggap belum selesai.

    “Namun jika tetap mau menanyakan tanggung jawab rumah sakit, ya ajukan secara tertulis. Sehingga kami bisa mempelajari dan memberi jawaban,” tutup Reza. (Red)

  • Tewasnya Siswa SPN Kemiling Polda Lampung Masih Jadi Misteri Kompolnas Sampai Turun Tangan, Akankah Terkuak?

    Tewasnya Siswa SPN Kemiling Polda Lampung Masih Jadi Misteri Kompolnas Sampai Turun Tangan, Akankah Terkuak?

    Lampung Selatan (SL) – Polda Lampung terus mendalami kasus tewasnya siswa SPN Kemiling, Advent Pratama Telaumbanua (APT). Pasalnya, hingga kini kasus tersebut masih menjadi misteri dan belum menemui titik terang.

    Belum lama ini, Polda Lampung telah membentuk tim khusus (timsus) dengan ketua Wakapolda Lampung, Brigjen Pol Umar Effendi untuk mengungkap kebenaran dibalik tewasnya siswa SPN Kemiling tersebut.

    Bahkan pihak eksternal seperti Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Ombudsman, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Ikatan Dokter Forensik (IDF) turut andil guna memecahkan kasus ini.

    Kapolda Lampung, Irjen. Pol. Helmy Santika berharap dengan keterlibatan pihak eksternal kasus kematian APT dapat terungkap dan menemui titik terang. Sementara kata dia, hadirnya Kompolnas adalah untuk bersama melakukan penyelidikan yang dilakukan tim khusus secara transparan.

    “Kami berharap adanya pihak eksternal, seperti Kompolnas, Ombudsman, dan IDI, bisa membantu kami melakukan penyelidikan untuk membuat kasus ini menjadi terang serta lebih komperhensif agar diterima masyarakat,” ujar Helmy saat Konferensi Pers di Siger Lounge, Mapolda Lampung, Rabu, 23 Agustus 2023.

    “Penyidikan ini bertujuan agar peristiwa tersebut dapat ditangani secara lebih profesional, obyektif, komprehensif, akuntabel dan transparan dan apapun hasilnya akan disampaikan ke publik,” tambahnya lagi.

    Sementara saat ditanya sejauh mana proses penyelidikan, Helmy mengatakan pihaknya masih menunggu hasil autopsi terhadap jenazah APT. “Kita saat ini menunggu hasil autopsi,” ucapnya.

    Di lain pihak, Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto mengapresiasi keseriusan Polda Lampung dalam mengusut tuntas kasus kematian APT. Terlebih, Polda Lampung telah membuka ruang bagi pihak eksternal untuk terlibat dalam penyelidikan.

    Sampai saat ini, publik masih menunggu hasil penanganan kasus tewasnya siswa SPN tersebut. Terlebih Polda Lampung mendapat dorongan dan bantuan dari pihak eksternal.

    Sehingga, kasus tersebut diharapkan dapat menemui kejelasan dan tidak lagi menjadi misteri. Terutama harapan pihak keluarga almarhum yang ingin Polda Lampung bisa transparan menguak fakta dibalik kasus tewasnya APT. (Heny)

  • IDI Akan Peringati IPD di Taman Merdeka Metro

    IDI Akan Peringati IPD di Taman Merdeka Metro

    Kota Metro (SL)-Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
    berencana menggelar peringatan International Pathology Day (IPD) sekaligus Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Taman Merdeka pada 13 November 2022 mendatang. Oleh karena itu, IDI dan Pemkot Metro melangsungkan audensi membahas rencana tersebut di ruang kerja Wali Kota setempat. Kamis, 03 November 2022.

    Dalam audensi, Ketua Pelaksana Antonius JR mengatakan bahwa kedatangan IDI bermaksud meminta restu Wali Kota terkait pelaksanaan kegiatan. “Kegiatan akan berlangsung mulai pukul 06.00 sampai 10.00 di Taman Merdeka.
    Semua agenda menjadi satu dan dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia,” ujarnya.

    Menurut Antonius, adapun pihak terlibat dalam peringatan HUT IDI dan HKN, antara lain anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik, Kedokteran Laboratorium, perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Anatomik, dan anggota Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia.

    Sedangkan jenis-jenis kegiatan, lanjutnya, meliputi kegiatan penyampaian informasi dan pengetahuan kepada masyarakat. Kemudian materi terkait peran dokter Pathologist dalam pelayanan kesehatan di bidang patologi.

    Bahasan Peran dokter Pathologist, yakni prihal Patologi Klinik, Patologi Anatomik dan Patologi Forensik melalui pemasangan spanduk serta penyediaan hooth infomasi. kegiatan lainnya seperti olahraga bersama masyarakat di arca terbuka, meliputi senam zumba, pemeriksaan tensi darah dan laboratorium gratis (Glukosa, Asam Urat dan Kolesterol).

    “Dalam kegiatan ini nantinya, akan dihadiri oleh seluruh keluarga besar dari Dokter Spesialis Patologi Klinik, Dokter Spesialis Patologi Anatomik, Dokter Spesialis Forensik di seluruh propinsi Lampung serta masyarakat umum, ” terangnya.

    Sementara itu, Wali Kota Metro Wahdi atas nama pemerintah menyambut baik kedatangan rombongan IDI ke kantor setempat. Dia juga mengapresiasi dan bahkan mempersilahkan pelaksanaan kegiatan di Taman Merdeka Kota Metro.

    “Saya mengapresiasi kegiatan ini dan saya berpesan agar IDI melaksanakan kegiatan yang memang betul-betul berkaitan dengan keorganisasian. Dan selama itu bersifat kemasyarakatan, silahkan di lakukan. Namun tolong namun tolong untuk Kadis Kesehatan agar dapat terus memantau jalannya kegiatan tersebut,” ujarnya. (Red)

     

  • APD Tak Memadai, Dokter dan Petugas Medis Ancam Mogok Tangani Covid-19

    APD Tak Memadai, Dokter dan Petugas Medis Ancam Mogok Tangani Covid-19

    Jakarta (SL)-Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan sejumlah organisasi profesi lain menyampaikan protes kepada pemerintah karena tak memadainya alat pelindung diri (APD) bagi para dokter, perawat dan tenaga medis yang terlibat dalam penatalaksanaan pasien dalam kondisi wabah Corona.

    Sejumlah organisasi profesi ini bahkan mengancam mogok melakukan perawatan penanganan terhadap pasien COVID-19, jika pemerintahan tidak memenuhi APD yang dibutuhkan.

    “Setiap tenaga kesehatan berisiko untuk tertular COVID-19. Maka, kami meminta terjaminnya Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai untuk setiap tenaga kesehatan,” demikian bunyi surat pernyataan yang diteken Ketua IDI, Daeng M Faqih, Jumat, 27 Maret 2020.

    “Bila hal ini tidak terpenuhi maka kami meminta kepada anggota profesi kami untuk sementara tidak ikut melakukan perawatan penanganan pasien COVID-19 demi melindungi dan menjaga keselamatan sejawat.”

    Dalam surat tersebut, Daeng menyebut, tak terpenuhinya APD bagi dokter, perawat, dan tenaga medis memungkinkan tenaga kesehatan yang terjangkit COVID-19 semakin meningkat bahkan sebagian meninggal dunia. “Sejawat yang tertular COVID-19, selain akan jatuh sakit, akan berdampak pada terhentinya pelayanan penanganan kepada pasien serta dapat menularkan kepada pasien”.

    Sekretaris Eksekutif PB IDI Dien Kuswardani membenarkan adanya surat tersebut. Dia menyebut, pernyataan tersebut disepakati dengan beberapa organisasi profesi lainnya seperti; Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia, dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

    Senin lalu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan pemerintah sudah mendapatkan 105 ribu APD yang siap didistribusikan ke rumah sakit di seluruh wilayah Indonesia. Rinciannya, 45 ribu unit didistribusikan untuk DKI Jakarta, Bogor dan Banten.

    Sebanyak 40 ribu unit didistribusikan untuk Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI. Yogyakarta dan Bali. Sementara 10 ribu unit akan didistribusikan di luar Jawa dan 10 ribu unit disimpan sebagai cadangan. Dan 2000 diantarannya ke Lampung. Namun, kenyataannya, sejumlah rumah sakit masih mengeluhkan kekurangan APD. (tempo)

  • IDI Berduka Enam Dokter Positif Covid-19 Berpulang

    IDI Berduka Enam Dokter Positif Covid-19 Berpulang

    Jakarta (SL)-Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia baru saja merilis para dokter yang meninggal dunia akibat Virus Corona atau Covid-19. IDI menyatakan ada enam dokter anggota mereka yang gugur dalam menjalankan tugas menyelamatkan para pasien Covid-19 di Indonesia.

    Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,” tulis PB IDI di akun Twitter resminya, Minggu 22 Maret 2020.

    Enam dokter yang meninggal dunia sebagai pahlawan melawan pandemi COID-19 yakni, Dokter Hadio Ali dari IDI cabang Jakarta Selatan, Dokter Djoko Judodjoko Cabang Kota Bogor, Dokter Laurentius dari IDI cabang Jakarta Timur.

    Kemudian Dokter Adi Mirsaputra dari IDI cabang Bekasi, Dokter Ucok Martin dari IDI cabang Medan, dan Dokter Toni D Silitonga dari IDI cabang Bandung Barat. “Pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia berduka cita amat dalam atas wafatnya sejawat-sejata anggota IDI sebagai korban pandemi COVID-19,” tulis IDI. (red)

  • Tolak Pasien, IDI dan RS Bumi Waras Kompak ‘Kambing Hitamkan’ Oknum Dokter

    Tolak Pasien, IDI dan RS Bumi Waras Kompak ‘Kambing Hitamkan’ Oknum Dokter

    Bandar Lampung (SL) – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Lampung menilai penolakan pasien yang dilakukan pihak Rumah Sakit Bumi Waras (RS BW) adalah kesalahan oknum.

    “Direktur Pelayanan RS BW (Arif Yulizar) sudah memberikan penjelasan. Saya rasa sudah cukup jelas, yang disampaikan dr. Arief selaku direktur pelayanan sudah tepat,” ungkap Ketua IDI Wilayah Lampung, Asep Sukohar saat dihubungi, Kamis (13/09/2018) malam.
    Disinggung bisakah dokter bisa menentukan kewajiban pembayaran pada calon pasien di awal, tanpa sepengetahuan management RS BW?.
    “Itu namanya oknum. Managemen RS BW sudah jelas SOP (standar operasional prosedur) -nya,” kilahnya.
    Asep pun enggan menjawab pertanyaan soal dugaan management RS BW yang kerap meminta uang pembayaran sebesar 50% di awal sebelum pasien ditangani.
    Sementara di media sosial, akun Facebook atas nama Hendri Chaniago menulis di kolom komentar pasca pemberitaan bergulir.
    “Baru ketahuan skrng, dari dulu kayak gini tau…,” tulisnya.
    Warganet lain menulis seolah memberikan dukungan agar RS BW bisa lebih profesional dalam menangani pasien.
    “Viral kan,” tulis akun Hen Putra.
    Direktur Pelayanan Rumah Sakit Bumi Waras Arif membantah bahwa pihaknya menolak pasien. Menurutnya hanya terjadi mis komunikasi antara pasien dengan dokter. “Tidak benar kami menolak pasien, hanya miskomunikasi saja,” kilah Arif, Rabu (12/09).
    Menariknya, Arif membenarkan bahwa memang ada dokter bedah mulut dan rahang dengan inisial BS yang meminta pembayaran di muka sebesar 50 persen pada pasien. “Akibat hal tersebut pasien merasa tidak nyaman, akhirnya pasien tersebut kami rujuk ke RSUD Abdul Moeloek,” terangnya.