Malaysia (SL)-International Conference on Responsible Tourism and Hospitality (ICRTH) 2022 diadakan di Kuching Sarawak, Malaysia pada tanggal 01 sampai 03 September 2022. Acara ini dibuka oleh Mentri Pariwisata Seni Kreatif dan Pertunjukan Sarawak YB Dato Sri Abdul Karim Rahman Hamzah pada Kamis, (01/09/2022).
Community Based Tourism (CBT) adalah materi yang disampaikan pembicara dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Arzyana Sunkar secara langsung dari Kuching Sarawak, Malaysia yang diikuti para peserta termasuk secara daring.
“IPB melalui Departemen Konservasi Sumber daya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) Fakultas Kehutanan dan Ligkungan) sudah banyak terlibat dengan pengembangan masyarakat di tingkat tapak (unit paling dasar di daerah pada bidang lingkungan hidup dan kehutanan, red). DKSHE juga banyak melakukan penelitian untuk mengkaji tingkat keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan wisata dengan memberikan berbagai macam bentuk kegiatan pemberdayaan seperti memberikan pelatihan termasuk melatih masyarakat setempat untuk mampu menjadi pemandu dan interpreter,” kata wanita yang akrab disapa Dr. Ina melalui telepon pada awak media.
Selain itu, IPB juga membantu menciptakan dan menguatkan berbagai organisasi lokal sebagai salah satu kunci keberhasilan CBT. “Dari aspek sosial, IPB membantu meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap potensi sumberdaya lokal yang dimiliki, dari aspek budaya membantu pengembangan budaya lokal, dari aspek lingkungan, IPB juga mengkaji terkait daya dukung areal wisata, pengelolaan limbah, juga membantu meningkatkan dan memberikan pendidikan konservasi dan lingkungan,” kata Dr.Ina sekretaris program studi S3 Konservasi Biodiversitas Tropika.
Dr. Ina menjelaskan, ketika pandemi, sebenarnya potensi lokal justru berkembang, karena masyarakat tidak bisa keman-mana dan mencoba memperbaiki penghidupan dari potensi di areanya sendiri. Bisa jadi masyarakat tidak mengenali bahwa potensi yang mereka miliki bisa dikembangkan sebagai wisata.
“Di sini peran orang luar untuk bisa membantu memfasilitasi mereka, yang pertama harus dilakukan masyarakat sendiri adalah mereka harus menentukan visi dan tujuan yang mereka inginkan dengan adanya wisata di sana. Kedua, mereka harus bisa menyiapkan diri untuk mengelola kegiatan wisata, disinilah pelatihan pelatihan dari pihak luar bisa membantu. Ketiga, kembangkan organisasi pengelola di tingkat lokal,” katanya.
“Yang pasti modal sosial masyarakat dalam hal kepercayaan diantara mereka, kepercayaan terhadap wisatawan, lalu norma-norma lokal perlu difahami oleh mereka sendiri, sebab CBT menmbutuhkan modal sosial yang kuat, karena masyarakat sebagai perencana dan pelaksana kegiatan”, tambah Dr. Ina.
Dia juga memberikan beberapa contoh desa yang telah berhasil melakukan CBT, seperti desa Pemuteran dan desa Penglipuran di Bali, desa Ngelanggeren dan desa Pentingsari di Yogyakarta serta desa Wenurejo (dekat Borobudur) dan masih banyak lagi desa lainnya, imbuh Dr. Ina.
Dr. Ina menambahkan, didorong oleh komunitas berbasis asset atau Asset Based Community Driven (ABCD) desa-desa yang sudah disebutkan di atas, sudah menerapkan CBT sehingga mereka sudah menjalankan Asset-Based Community Driven ini.
“Meskipun demikian, di banyak tempat di Indonesia, masih belum banyak penerapannya. Lebih banyak di drive atau didorong oleh pihak luar pengembangannya. Di banyak tempat masyarakat belum mngenali bahwa potensi di wilayah mereka dapat digunakan untuk pengembangan wisata,” Dr. Ina menutup pembicaraanya.
Diketahui, materi pada konfrensi internasional ini, seperti Pariwisata Berbasis Komunitas, Wisata Olahraga, Pariwisata Domestik, Smart Tourism, Events tourism, Pemberdayaan Pemuda, Wisata Budaya dan Warisan, Wisata Medis, Ekowisata, Wisata Inklusif, Gastronomi dan Wisata Kuliner, Agrowisata, Layanan Perhotelan, Sounds in Experiential Travel, Pengalaman Pemandu Wisata, Pendidikan Pariwisata, Pariwisata dan SDGs, Ketahanan dalam Industri Perhotelan, UCCN – Kota Gastronomi, Pemasaran di Destinasi, Kewirausahaan di Pariwisata, Business Events, Wanita di Pariwisata, Wisata Rekreasi , Rekreasi Pengembangan Bakat di Bidang Pariwisata, serta Wisata Kopi dan Teh. (Heny HDL)