Tag: Jakarta

  • Polres Jaksel Tegaskan Email “Cybercrime@polri.go.id” Bukan Milik Polri

    Polres Jaksel Tegaskan Email “Cybercrime@polri.go.id” Bukan Milik Polri

    Jakarta (SL) – Polres Jakarta Selatan menegaskan surat elektronik atau email dengan alamat cybercrime@polri.go.id bukanlah milik Polri. Masyarakat diminta mengabaikan setiap pesan yang diterima dari alamat email tersebut.

    “Untuk itu masyarakat diminta mengabaikan pesan berantai via pesan singkat telepon seluler, yang mengampanyekan alamat surat elektronik itu. Itu bukan situs milik Polri,” ujar Kasubag Humas Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Aswin, kepada wartawan, Minggu (9/6/2013).

    Sebelumnya, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Suhardi Alius juga pernah menyampaikan perihal ketidakbenaran alamat email tersebut. Ia menyatakan Polri memiliki situs cyber crime yang lain. “Tidak benar kami menggunakan alamat surat elektronik itu. Ini sudah dikonfirmasi ke Direktur Ekonomi Khusus Bareskrim, tidak ada yang pakai alamat itu. Situs cyber crime Polri bukan itu,” kata Suhardi, Kamis (11/4) lalu.

    Sempat beredar informasi melalui pesan pendek telepon seluler yang berisi, ‘Jika kalian mengalami penipuan dalam transaksi online, cukup kirim kronologis dan nomor rekening si penipu ke email cybercrime@polri.go.id.’.

    Suhardi menambahkan, jika masyarakat harus cerdas dalam menanggapi dan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. “Kalau telanjur menjadi korban, cepat lapor ke polisi terdekat. Harus resmi membuat laporan agar kami bisa segera menindaklanjuti dan berupaya menangkap pelakunya,” tutupnya. (red)

  • Presiden Soal Atasi Terorisme: Tindakan Preventif Lebih Penting dari Langkah Represif

    Presiden Soal Atasi Terorisme: Tindakan Preventif Lebih Penting dari Langkah Represif

    Jakarta (SL) – Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah terorisme, tindakan preventif jauh lebih penting dibandingkan langkah-langkah represif. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden dalam sambutannya saat berbuka puasa bersama pimpinan lembaga negara, menteri Kabinet Kerja, tokoh agama Islam, dan tokoh-tokoh lainnya di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 18 Mei 2018.

    “Langkah-langkah preventif yang paling baik adalah bagaimana kita semuanya bisa membersihkan lembaga-lembaga pendidikan dari TK, dari SD, dari SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan juga ruang-ruang publik, mimbar-mimbar umum, dari ajaran-ajaran ideologi yang sesat yaitu terorisme,” ucap Presiden.

    Hal ini menjadi sorotan Presiden karena dari serangkaian aksi terorisme yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, semuanya melibatkan anak-anak di bawah umur.

    “Seharusnya anak-anak ini, masih dalam kondisi, mungkin masih senang bermain-main di halaman rumah atau di gang-gang, dan juga seharusnya anak-anak ini juga masih dalam kondisi senang-senang sekolah. Dan mungkin juga masih senang-senangnya berkumpul dengan keluarga, berkumpul dengan teman-temannya,” katanya.

    Presiden menggarisbawahi betapa kejam dan kejinya ideologi terorisme yang sudah melibatkan anak-anak dalam melakukan aksinya. Oleh karena itu, Presiden berharap tidak ada lagi keluarga yang hancur karena ideologi sesat seperti terorisme.

    “Saya hanya ingin mengingatkan artinya ini apa? Artinya ideologi yang kejam ini, ideologi terorisme ini telah masuk ke dalam sendi-sendi keluarga kita, keluarga di Indonesia. Ini yang harus hati-hati di sini,” ujar Kepala Negara.

    Peran keluarga, lanjut Presiden, seharusnya membangun masa depan anak, memberikan rasa optimisme kepada anak, memberikan nilai-nilai yang baik, dan nilai-nilai budi pekerti kepada anak. “Tapi justru kebalikannya, hilang semuanya karena keluarga itu mengikuti ideologi terorisme,” lanjutnya.

    Lebih lanjut, Presiden menegaskan bahwa pemerintah dan DPR sedang berusaha agar Undang-Undang Antiterorisme bisa segera diselesaikan secepatnya. Sementara itu, terkait proses pembentukan Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) TNI untuk menangani terorisme, Presiden mengatakan bahwa hal tersebut hanya akan dilakukan apabila situasi sudah di luar kapasitas Polri.

    “Pemerintah dalam proses membentuk Komando Operasi Khusus Gabungan yang berasal dari Kopassus, dari Marinir, dari Paskhas, dalam rangka memberi rasa aman kepada masyarakat, tetapi dengan catatan itu dilakukan apabila situasi sudah di luar kapasitas Polri,” ujar Presiden.

    Jakarta, 18 Mei 2018
    Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden

    Bey Machmudin

  • Korupsi Warisan Turun Temurun Masa Orde Baru

    Korupsi Warisan Turun Temurun Masa Orde Baru

    Jakarta (SL) – Orde Baru yang runtuh 20 tahun lalu masih menyisakan peninggalan lamanya yaitu korupsi. Meski selama 20 tahun reformasi berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi angka korupsi, namun rupanya rasuah tak jua lenyap dari negeri ini.

    Selama Orde Baru, bau anyir korupsi terasa menyengat. Tetapi kekuasaan yang sentralistis membuat kasus-kasus korupsi menguap. “Kasus di zaman Orba itu karena sentralisasi kekuasaan. Apalagi biasanya pemilik kewenangan itu mainnya di kekuasaan yang tersentralisasi,” kata Direktur Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada Zainal Arifin Mochtar kepada Tempo di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta beberapa waktu lalu.

    Menariknya, kata Zainal, kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme di Orde Baru menjadi legal karena memiliki payung hukum berupa keputusan presiden (keppres). “Misal keppres-keppres yang memberikan kewenangan tertentu pada anak Pak Harto kala itu,” katanya.

    Zainal menyebutkan salah satu contoh kasusnya adalah mobnas atau mobil nasional. Pada 1996, Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1996 yang menginstruksikan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman modal agar secepatnya mewujudkan industri mobil nasional.

    Bersamaan dengan dikeluarkannya Inpres Nomor 2 Tahun 1996 itu, ditunjuklah PT Timor Putra Nasional (TPN) sebagai pionir mobil nasional. TPN adalah perusahaan milik Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto.

    Dengan ditunjuknya TPN sebagai pionir mobil nasional, perusahaan itu dibebaskan dari bea masuk dan pajak lainnya dengan syarat TPN harus menggunakan komponen lokal sebesar 20 persen pada tahun pertama, 40 persen pada tahun kedua, dan 60 persen pada tahun berikutnya.

    Demi melancarkan proyek mobnas Timor, bukannya membangun pabrik perakitan dan industri komponen untuk menunjang mobnas, Presiden Soeharto malah mengeluarkan kembali Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 1996. Inti dari keppres itu adalah TPN tak perlu melalui tahapan pemenuhan komponen lokal itu dan boleh mengimpor mobil secara utuh atau completely built up. Dengan begitu, TPN memperoleh fasilitas antara lain pembebasan bea masuk impor mobil.

    Akibat meng-anakemas-kan TPN inilah, Indonesia kemudian digugat oleh Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), karena dianggap antara lain melanggar pasal memberikan perlakuan dikriminatif terhadap perusahaan lainnya.

    Gurita bisnis keluarga Cendana sempat ditulis oleh Majalah Time dengan judul Suharto Inc. Majalah Time saat itu bekerja sama dengan pengajar sosiologi korupsi di Universitas Newcastle George Junus Aditjondro. George pada September 1998 menerbitkan buku berjudul From Suharto to Habibie: The Two Leading Corruptors of the New Order.

    Pada edisi 24 Mei 1999, Time Asia kemudian meluncurkan artikel 14 halaman berjudul Suharto Inc: How Indonesia’s Longtime Boss Built a Family Fortune.

    Tulisan ini kemudian digugat oleh keluarga Cendana. Pada 30 Agustus 2007 majelis kasasi Mahkamah Agung memutuskan Time dinyatakan melawan hukum atas tindakannya memuat tulisan tersebut. Time dihukum ganti rugi immaterial Rp 1 triliun terhadap Soeharto.

    Putusan itu membatalkan putusan perkara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 6 Juni 2000 yang memenangkan Time atas Soeharto. Putusan pengadilan pertama itu sempat dikuatkan di Pengadilan Tinggi Jakarta pada 16 Maret 2001.

    Namun pada 16 April 2009, upaya peninjauan kembali yang diminta Time berhasil. Majelis hakim Mahkamah Agung memenangkan Time pada April 2009.

    Upaya mengendus harta Soeharto juga sempat dilakukan dua lembaga raksasa yakni Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Bank Dunia. Mereka pernah meluncurkan berkas setebal 48 halaman berjudul Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative atau Prakarsa Pengembalian Aset Curian.

    Dalam berkas di halaman 11 dilansir sepuluh pemimpin politik paling korup di dunia, dan mantan presiden Soeharto bertengger di urutan pertama. Berdasarkan data itu total hasil curiannya mencapai US$ 15-35 miliar atau sekitar Rp 135-315 triliun pada kurs tahun 2007.

    Adapun pemerintah mengusut harta Soeharto dimulai setelah ia lengser. Pada 1 September 1998, Kejaksaan Agung menemukan sejumlah penyelewengan pada yayasan yang dikelola Soeharto.

    Soeharto saat itu membantah tudingan tersebut. Muncul di televisi, Soeharto berkata, “Saya tidak punya uang satu sen pun di luar negeri.”

    Korupsi di era Soeharto tak lepas dari keputusan presiden yang dikeluarkan saat itu. Menurut Hamid Chalid, salah satu pelopor pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi, mengatakan ada puluhan keppres yang menyimpang di era Orde Baru. Hal itu terungkap dari hasil kajian yang dilakukan Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) dan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)

    Ketika Soeharto lengser, PSHK dan MTI mengusulkan kepada pengganti Soeharto, BJ Habibie, untuk mencabut keppres tersebut. “Ada 53 keppres yang dicabut keberlakuannya oleh pemerintahan Habibie waktu itu,” kata Hamid yang kini menjabat sebagai anggota Dewan Pengawas MTI.

    Hamid menuturkan, menghapuskan KKN merupakan semangat reformasi. Sulitnya memberantas korupsi di era Soeharto karena semua berada di bawah kendali pemerintah pusat. Menurut dia, tak satu pun orang yang berani menyuarakan yang berbeda untuk melawan. Bahkan, KKN dipandang sebagai sesuatu yang wajar.

    Karena itu, Hamid menilai bahwa upaya pemberantasan korupsi harus dimulai dari komitmen kepala negara. “Artinya bagaimana seorang pemimpin berperilaku punya impact yang luas ke bawah. Sebetulnya, it’s really a matter of leadership. Masalahnya pada kepemimpinan,” katanya. (sumber tempo.co)

    Mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. TEMPO/Rully Kesuma

  • Presiden Salat Tarawih di Masjid Istiqlal

    Presiden Salat Tarawih di Masjid Istiqlal

    Jakarta (SL) – Presiden Joko Widodo melaksanakan salat tarawih pertama Ramadan tahun ini di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu, 16 Mei 2018. Presiden tampak mengenakan baju koko putih, sarung, dan peci hitam.

    Presiden tiba sekitar pukul 18.50 WIB dengan didampingi sejumlah menteri. Tampak hadir Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala Staf Presiden Moeldoko.

    Setibanya di Masjid Istiqlal, Presiden langsung melaksanakan salat sunah tahiyatul masjid yang kemudian dilanjutkan dengan salat Isya berjamaah. Setelah salat Isya dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran dan ceramah yang disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. Nasaruddin Umar.

    Dalam ceramahnya Nasaruddin mengajak jamaah untuk berhati-hati dalam menggunakan telepon genggam dan lebih giat membaca Alquran di bulan Ramadan.

    “Saya ingin mengingatkan hati-hati kemuliaan Ramadan jangan ditukar dengan kepentingan sesaat. Hati-hati memberikan statement, hati-hati menggunakan jari kita untuk mengenter whatsapp, jari jemari harus juga berpuasa. Kita di depan handphone, saya mengajak untuk meninggalkan benda kecil itu untuk membaca Quran,” kata Nasaruddin.

    Selesai ceramah, Presiden kemudian melaksanakan salat tarawih berjamaah. Bertindak sebagai imam dalam salat tarawih ini adalah Drs. H. Muhasyim Abdul Majid, M.A.

    Setelah selesai melaksanakan salat tarawih, Presiden bersama para menteri pergi meninggalkan Masjid Istiqlal.

    Jakarta, 16 Mei 2018
    Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden

    Bey Machmudin
    [17/5 05:10] Yudi Wijanarko Istana: Foto: Biro Pers Setpres

  • Di Tengah Isu Bom, Pemerintah Diam-Diam Impor Lagi Beras 500.000 Ton

    Di Tengah Isu Bom, Pemerintah Diam-Diam Impor Lagi Beras 500.000 Ton

    Jakarta (SL) – Pemerintah membenarkan adanya tambahan impor beras sebanyak 500.000 ton dari Vietnam dan Thailand. Hal itu diputuskan dalam Rapat Koordinasi di Kantor Menteri Koordinator Perekonomian.

    Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita membenarkan pemberitaan pada laman The Voice Of Vietnam Online (vov.vn), yang menyebutkan bahwa Perum Bulog telah menandatangani kontrak untuk melakukan pembelian beras sebanyak 300.000 ribu ton dari Vietnam dan 200.000 dari Thailand. “Iya, betul. Itu pemasukan April hingga Juli 2018,” kata Enggartiasto, di Jakarta, Senin (14/5/2018).

    Dalam berita yang berjudul “Import Demand Continues Boosting Vietnam`s Rice Export” tersebut, dinyatakan bahwa importasi tersebut merupakan yang kali ketiga sejak 2018. Chairman Asosiasi Makanan Vietnam (VFA) Nguyen Ngoc Nam membenarkan laporan itu.

    Nguyen menyatakan, Perum Bulog telah mengundang The Vietnam Northern Food Corporation dan The Vietnam Southern Food Corporation untuk menyuplai beras itu. Kontrak tesebut akan direalisasikan pada periode April hingga Juli 2018. “Itu keputusan rakor, bukan keputusan saya. Kemudian Bulog yang melaksanakan. Ini untuk menambah cadangan beras pemerintah setidaknya hingga tahun depan. Jika tidak ada impor sejak awal, maka kita akan defisit,” kata Enggartiasto.

    Sebelumnya, pada awal tahun 2018, pemerintah juga telah memutuskan untuk mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand sebanyak 500.000 ton untuk memperkuat stok pemerintah dan menekan harga komoditas tersebut yang pada saat itu mencapai Rp13.000 per kilogram

    Stok Perum Bulog pada 14 Mei 2018 tercatat sebanyak 1.262.782 ton. Sebanyak 453.787 ton merupakan beras asal impor dan stok komersial sebanyak 106.186 ton. Sementara sisanya merupakan hasil dari serapan Perum Bulog sejak awal 2018.  (iNews)

  • Presiden Lepas Ekspor Indonesia Dengan Kapal Besar di Tanjung Priok

    Presiden Lepas Ekspor Indonesia Dengan Kapal Besar di Tanjung Priok

    Jakarta (SL) – Presiden Joko Widodo melepas ekspor produk-produk Indonesia dengan kapal kontainer ukuran besar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa, 15 Mei 2018. Presiden tiba di Jakarta International Container Terminal (JICT) sekitar pukul 17.00 WIB. “Melalui pelepasan ekspor dengan kapal besar kita ingin tunjukkan bahwa ekonomi kita tetap berjalan dengan baik, ekonomi kita tetap tangguh dan terus bergerak dan tujuan ekspor pada sore hari ini adalah Amerika Serikat,” kata Presiden dalam sambutannya.

    Ekspor yang dilakukan hari ini menggunakan kapal besar yakni Kapal MV. CMA CGM Tage berkapasitas 10 ribu TEUs dan berbobot 95.263 GT (Gross Tonnage). Kapal ini memiliki layanan Java-Ameica Express (JAX) yang rutin melayani rute Pelabuhan Tanjung Priok ke West Coast (LA dan Oakland) Amerika Serikat (direct call). “Artinya pengiriman ini besar sekali dan dilakukan dengan sangat efisien dengan direct call. Ini akan menurunkan biaya logistik yang sangat besar. Tadi sudah disampaikan oleh Dirut Pelindo bahwa setiap kontainer menghemat biaya kurang lebih USD300 dan ini akan memberikan daya saing produk-produk kita terhadap produk-produk dari negara lain,” lanjutnya.

    Untuk diketahui, selain kapal CMA CGM Tage, ada beberapa kapal besar (mother vessel) yang rutin berlabuh di Tanjung Priok, seperti generasi Post – Panamax APL Salalah dan Vessel Pelleas. Bahkan kapal APL Salalah memiliki kapasitas di atas 10 ribu TEUs dengan bobot hampir 130 ribu ton dan panjang mencapai 347 meter. Rute layanan langsung (direct call) yang ditangani antara lain tujuan Eropa Utara, pantai barat Amerika Serikat, dan Intra-Asia.

    Presiden mengatakan bahwa komoditas yang dikirim pada ekspor kali ini terdiri dari 50 persen sepatu, 15 persen garmen, 10 persen berupa produk karet, ban dan turunannya, alat-alat elektronik sebesar 10 persen, dan produk lainnya sebanyak 15 persen. “Bukan bahan mentah, tetapi sudah bahan-bahan produksi, produk-produk industri yang kita harapkan ini akan meningkatkan ekspor kita,” ujarnya.

    Pada kesempatan itu Presiden juga menyampaikan bahwa ekspor ke Amerika Serikat hari ini adalah penanda bahwa Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam geo ekonomi di Indo Pasifik. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, lanjut Presiden, Indonesia sedang terus bergerak untuk menjadikan kawasan Indo Pasifik sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi, pusat perdagangan, dan industri dunia. “Dan di saat yang bersamaan peningkatan ekspor seperti sekarang akan terus kita tingkatkan sehingga akan menguatkan pertumbuhan ekonomi kita,” imbuhnya.

    Turut hadir mendampingi Presiden dalam pelepasan ekspor ini adalah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri BUMN Rini Soemarno dan Direktur Utama IPC Elvyn G. Masassya.

    Jakarta, 15 Mei 2018
    Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden

    Bey Machmudin

  • Polisi Tembak Mati Empat Terduga Teroris Penyerangan Polda Riau

    Polisi Tembak Mati Empat Terduga Teroris Penyerangan Polda Riau

    Jakarta (SL) – Petugas Polda Riau menembak mati empat terduga teroris yang menyerang Markas Polda Riau, pada Rabu (16/5/2018) pagi sekitar pukul 09.00 WIB.

    “Orang tidak dikenal itu menyerang anggota menggunakan kendaraan dan senjata tajam,” kata Kadiv Humas polri Irjen Pol Setyo Wasisto di Jakarta, Rabu (16/5/2018) siang.

    Irjen Pol Setyo mengatakan, sekelompok orang itu menumpang mobil berwarna putih kemudian menyerang Polda Riau. Saat menyerang, petugas menembak mati empat orang terduga teroris dan seorang lainnya melarikan diri. “Seorang melarikan diri bisa ditangkap petugas,” ucap Irjen Pol Setyo Wasisto.

    Akibat aksi itu, seorang anggota Polda Riau meninggal dunia dan dua anggota lainnya terluka, serta seorang pewarta dari televisi nasional juga terluka. (red)

  • Kapolri Minta Panglima TNI Marsekal Hadi Bersama Menangani Teroris

    Kapolri Minta Panglima TNI Marsekal Hadi Bersama Menangani Teroris

    Jakarta (SL) – Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, telah meminta bantuan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk ikut melakukan operasi bersama penangkapan teroris setelah terjadi tiga ledakan bom di Surabaya.

    “Tadi pagi saya sudah telepon Panglima TNI Marsekal Hadi. Saya minta: Pak Kalau bisa kita bergabung. Saya akan kirim dari Kopassus. Terimakasih…” kata Tito Karnavian dalam acara Indonesia Lawyer Club di TV One, Selasa (15/5/2018) semalam.

    Tito berharap, mudah-mudahan teman-teman dari Kopassus sudah bergabung karena akan ada beberapa penangkapan yang akan kita lakukan. “Jangan sampai peristiwa seperti surabaya, terjadi lagi. Kita akan tutup semua.”

    Sebelumnya, Minggu (13/5/2018) di Surabaya, Tito juga mengatakan, “Saya sudah minta bapak Panglima TNI, beliau kirimkan kekuatan untuk lakukan operasi bersama melakukan penangkan sel-sel JAD dan JAT yang diduga akan melakukan aksi,” kata Tito.

    Menurut Tito, penindakan terhadap terduga terorisme akan terus dilakukan. “Saya perintahkan lanjut, ndak boleh berhenti. Kalau berhenti kita kasih nafas mereka dan mereka akan bergerak lagi,” kata Tiro.

    Dia menambahkan, “Kita akan hantam terus, kita akan kejar terus. Di beberapa daerah lain juga sudah bergerak.” Tandasnya (red)

     

  • Jokowi Perintahkan TNI Bantu Polisi

    Jokowi Perintahkan TNI Bantu Polisi

    Jakarta (SL) – Presiden Joko Widodo menginstruksikan TNI membantu Polri demi mengatasi aksi terorisme. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, berdasarkan perintah Presiden itu, Polri akan dibantu satuan TNI demi memberantas terorisme.

    Menurut Moeldoko, Satuan TNI yang dikerahkan tergantung dari kebutuhan Polri. Anggota Kopassus TNI AD. (gulalives.com). “Bisa nanti pengerahan Badan Intelijen Strategis untuk membantu intelijen dari kepolisian. Bahkan secara represif bisa menggunakan Satuan Gultor (Satuan 81) telah disiapkan,” kata Moeldoko di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (14/5/2018).

    Moeldoko menerangkan, tidak akan terjadi tumpang tindih kewenangan antara Polri dan TNI. Menurutnya, TNI tetap berada di belakang Polri untuk memperkuat penanganan terorisme. “Justru yang tetap yang di depan adalah kepolisian, TNI memberi perkuatan. Dikolaborasikan dalam menangani sebuah persoalan yang sama. Intinya di situ,” jelas Moeldoko.

    Bom bunuh diri terjadi di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, kemarin. Aksi teror itu, direncanakan dan dilakukan oleh satu keluarga. Bom meledak secara beruntun. Bom pertama di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela sekira pukul 06.30. Berikutnya di Gereja Kristen Indonesia sekira pukul 07.15. Terakhir di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya 07.53.

    Peristiwa itu menyebabkan sebanyak 13 orang tewas dan 45 anggota jemaat gereja terluka. (rls)

  • Sore Nanti Kementrian Agama Akan Gelar Sidang Isbat Menentukan Awal Ramadhan 1439 H

    Sore Nanti Kementrian Agama Akan Gelar Sidang Isbat Menentukan Awal Ramadhan 1439 H

    Jakarta (SL) – Kementerian Agama akan menggelar sidang Isbat menentukan awal Ramadan 2018, Selasa (15/5) sore nanti. Sidang isbat digelar di Auditorium HM Rasjidi, Kementerian Agama, Jl MH Thamrin,Jakarta.

    “Sidang isbat awal puasa Ramadan akan dilaksanakan pada Selasa, 15 Mei 2017, di Auditorium HM Rasjidi, Kementerian Agama RI, Jl MH Thamrin No 6, Jakarta,” Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Juraidi, seperti dilansir situs Kemenag.go.id.

    Menurut Juraidi, sidang isbat akan dihadiri Duta Besar negara-negara sahabat, Ketua Komisi VIII DPR, Mahkamah Agung, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Informasi Geospasial (BIG), Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB), Planetarium, Pakar Falak dari Ormas-ormas Islam, Pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama, dan Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama.

    “Sidang isbat merupakan wujud kebersamaan Kementerian Agama selaku Pemerintah dengan Ormas Islam dan instansi terkait dalam mengambil keputusan, yang hasilnya diharapkan dapat dilaksanakan bersama,” katanya.

    Proses sidang akan dimulai pukul 16.00 WIB, diawali dengan pemaparan dari Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama tentang posisi hilal menjelang awal Ramadhan 1439 H.

    Sementara, proses sidang isbat, dijadwalkan berlangsung selepas salat Maghrib, setelah adanya laporan hasil rukyatul hilal dari lokasi pemantauan. “Hasil Rukyatul Hilal dan Data Hisab, posisi hilal awal Ramadan 1439H akan dimusyawarahkan dalam sidang isbat untuk kemudian diambil keputusan penentuan awal Ramadan 1439H,” kata Juraidi.

    Sidang isbat tersebut akan berlangsung tertutup, seperti sidang isbat awal Ramadan dan awal Syawal tahun lalu. Hasilnya disampaikan secara terbuka dalam konferensi pers setelah sidang.

    Juraidi menambahkan, Kementerian Agama akan menurunkan sejumlah pemantau hilal Ramadan 1439H di seluruh provinsi di Indonesia. Mereka berasal dari petugas Kanwil Kementerian Agama dan Kemenag Kabupaten/Kota yang bekerjasama dengan Pengadilan Agama, ormas Islam serta instansi terkait setempat. (red)