Jawa Timur (SL) – Jumlah korban tewas dari ledakan bom di 3 gereja di Surabaya, Jawa Timur bertambah. Saat ini untuk sementara jumlah korban yaitu 11 orang. “Update hari ini tambah 1 yang meninggal dunia di Ngagel, jadi totalnya ada 11,” ujar Kabid Humas Polda Jawa Timur Frans Barung Mangera saat konferensi pers di Polda Jawa Timur, Minggu (13/5/2018), seperti dikutip dari laman dari detik.com.
Barung mengaku belum bisa menyampaikan informasi tentang identifikasi korban. Saat ini, menurut Barung, proses identifikasi masih dilakukan. Sementara untuk korban yang luka-luka, Barung mengatakan ada 41 korban. “Iya ada 41 korban,” ujarnya.
Sementara itu, Barung mengatakan kepolisian terus melakukan penjagaan. Penjagaan ini dilakukan di beberapa lokasi yang tingkat keramaiannya tinggi. “Penjagaan ketat terus kita lakukan di beberapa titik keramaian di Surabaya,” kata Barung.
Sebelumnya rentetan bom terjadi di 3 lokasi yaitu di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela yang beralamat di Jalan Ngagel Madya Utara, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan di Jalan Arjuno, dan Gereja Kristen Indonesia Diponegoro 146 di Jalan Raya Diponegoro. (AM)
Ketua Kwarnas, Adhyaksa Dault Bersama Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa (3/4/2018)
Malang (SL) – Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka akan menggelar Karang Pamitran Nasional di Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 13-19 Agustus 2018. Ketua Kwarnas Adhyaksa Dault menjelaskan, kegiatan ini sebagai upaya meningkatkan kualitas para pembina dan pelatih Pramuka.
“Zaman terus mengalami perubahan. Cara mendidik generasi muda pun harus diubah, tidak bisa sepenuhnya memakai cara lama. Para pembina dan pelatih di Pramuka harus terus melakukan inovasi dan kreativitas mereka harus diasah terus,” ujar Adhyaksa Dault di Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Bagi Adhyaksa, kegiatan Karang Pamitran Nasional menjadi tempat yang tepat bagi para pembina Pramuka bertukar pengalaman dalam pembinaan generasi muda melalui Gugus Depan di seluruh Indonesia. Karang Pamitran Nasional, tegas dia, juga menjadi tempat yang cocok bagi para pelatih Pramuka bertukar pengalaman dan metode melatih di tempatnya masing-masing.
“Semua peserta Karang Pamitran Nasional bertemu dengan semua agama, budaya, suku, dan bahasa di Indonesia. Persaudaraan, persatuan, dan Bhinneka Tunggal Ika, mereka temukan sendiri. Mereka juga merumuskan bagaimana metode membina generasi muda zaman sekarang yang akrab dengan teknologi dan metode melatih yang keren, gembira dan asyik,” ungkap pria yang murah senyum ini.
Sementara itu, Wakil Ketua I Karang Pamitran Nasional Suyatno menjelaskan, Karang Pamitran berasal dari dua kata, yaitu Karang yang berarti tempat dan Pamitran yang berarti kebersamaan. Jadi, kata dia, Karang Pamitran adalah tempat berkumpulnya para pembina dan pelatih untuk mempererat persaudaraan, peduli pada lingkungan, saling tukar pikiran dan inovasi dalam membina dan melatih.
“Desa ini pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Perkemahan Wirakarya Asia Pasifik tahun 1978 dan World Community Development Camp tahun 1993. Seluruh kegiatan kepramukaan yang diadakan di desa ini telah berdampak sangat positif bagi kehidupan masyarakat setempat sampai desa ini dijuluki Desa Pramuka,” ungkap Ketua Pusdiklatnas Gerakan Pramuka ini.
Karang Pamitran Nasional tahun 2018 diikuti 9.234 peserta utusan dari 514 Kwartir Cabang, 34 Kwartir Daerah seluruh Indonesia, Gugus Depan perwakilan Indonesia di luar negeri, serta undangan Pramuka luar negeri. Mereka adalah para pembina Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega, Pamong Satuan Karya, pembina Pramuka Berkebutuhan Khusus, pelatih pembina Pramuka, Kapusdiklatcab dan Kapusdiklatda se-Indonesia, serta mantan peserta PW Aspac 1978 dan Comdeca 1993.
Pamekasan (SL) – Pulang Sekolah, seorang pelajar Mts, di gilir ipar dan dua temannya, di wilayah Pamekasan, Minggu (1/4) Siswi yang masih berusia 17 tahun sempat pingsan usai diperkosa tiga orang laki-laki yang masih ada ikatan family dengan korban.
Korban warga Desa Tlonto Rajeh, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan. Salah seorang pelaku Sr, adalah saudara ipar.
Orang tua korban, Samsir (50), mengatakan peristiwa perkosaan pada anak terjadi sekira jam 15.00 WIB saat korban hendak pulang dari sekolahnya. “Korban dibujuk oleh pelaku saat pulang sekolah dan dibawa ke salah satu tempat di wilayah Desa Sotaber. Disana korban diperkosa oleh 3 pelaku,” katanya Pada wartawan
Keluarga baru mengetahui korban menjadi koban, saat tiba di rumah korban, mengeluh sakit dibagian alat vitalnya dan sempat tidak sadarkan diri.
“Korban saat ini dibawa ke RSUD Pamekasan bersama keluarganya, untuk dilakukan pemeriksaan dan dilakukan visum, karena terjadi pendarahan bagian vitalnya,” katanya.
Kapolsek Pasean, AKP Sahrawi membenarkan adanya peristiwa itu. Sekitar jam 17.00 WIB ada warga Dusun Bajur, Desa Tlonto Rajeh, datang melaporkan terkait kasus pemerkosaan. “Kami menyarankan untuk dibawa ke Pamekasan untuk dilakukan visum dan langsung melaporkan kejadian ini ke Polres Pamekasa, karena korbanya masih dibawah umur,” kata Kapolsek. (nt/*)