Tag: Kematian Yogi Andika

  • Misteri Kematian Yogi Andhika (5) : Demi Rp5 Juta Ar Biarkan Sahabatnya Dianiaya

    Misteri Kematian Yogi Andhika (5) : Demi Rp5 Juta Ar Biarkan Sahabatnya Dianiaya

    Proses pemakaman Yogi Andika

    Bandarlampung (SL)-Yogi Andhika, pulang dari persembunyiannya di Sukabumi, Jawa Barat, karena terbujuk rayuan Ar teman yang dikenal saat sama sama menjadi sopir salah satu pejabat di Lampung Utara.

    Ar, membenarkan peristiwa jemput paksa yang dilakukan oknum dekat ‘Tokoh Penting’ di Kabupaten Lampung Utara itu. Pengakuan Ar, bahwa dirinya mengetahui adanya sayembara berhadiah uang tunai sebesar Rp.5 juta,- bagi sesiapaun yang dapat memberikan informasi keberadaan almarhum Yogi Andhika.
    “Terkait sayembara itu saya peroleh dari oknum Pr. Saya mengenal Pr saat saya bekerja sebagai sopir pribadi salah seorang pejabat di Pemkab. Lampura. Ketika itu, Pr meminta bantuan saya untuk mencari keberadaan Yogi Andhika. Saya dan almarhum berteman dekat sebagai sesama sopir pribadi di lingkungan orang penting di Kab. Lampura,” ujar Ar, Rabu, (21/03/2018), di kediamannya.
    Menurut Ar, Pr menjanjikan uang Rp5 juta,- sebagai imbalan jika berhasil menemukan Yogi Andhika. Tapi Ar, tidak tahu jika akan terjadi hal hal yang menyakiti Yogi.
    Meski diminta mencari Yogi, tapi secara kebetulan Yogi Andhika menghubungi dirinya guna meminta bantuan untuk dicarikan pekerjaan. “Setelah mendapat informasi dari Pr, secara kebetulan Yogi Andhika, menghubungi saya untuk dicarikan pekerjaan. Saya kemudian merayu dan mengatakan bahwa ada pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Saya katakan pada Yogi asal dia kerja yang bener,” tutur Ar tanpa memberitahu kepada korban jika ada sayembara berhadiah yang ditujukan untuk menemukan dirinya.
    Tak dinyana, gayung bersambut, Yogi Andhika dan Ar membuat perjanjian bahwa akan kembali ke Bandarlampung. “Dia mengatakan jika saat itu ia sedang berada di Sukabumi Jawa Barat,” jelas Ar.
    Ar, sahabat yang menangkan sayembara Yogi
    Mendengar pengakuan dan rencana kepulangan Yogi, Ar lantas menghubungi Pr bahwa Yogi Andhika telah sepakat untuk menemuinya. Waktu yang dijanjikan Yogi pun tiba. Setelah dipastikan keberadaan Yogi yang mendekati kediaman Ar. Mereka selalu berhubungan melalui ponsel. Yogi mengatakan sudah berada di sekitar TK Pertiwi, Bandarlampung, dan Ar kemudian menghubungi Pr.
    “Saya langsung menelpon Pr bahwa Yogi Andhika sudah dekat menuju rumah saya. Pr lalu menyuruh saya agar Yogi tetap berada di rumah saya dan seolah tidak terjadi apa-apa,” urai Ar.
    Sesampai Yogi di kediamannya, mereka pun lantas bersenda-gurau. Dan duduk di teras depan rumah Ar. Kemudian, Yogi Andhika mandi ke dalam. Pada saat mandi, Ar kembali menghubungi Pr dan memberitahu jika Yogi Andhika, telah tiba dan sedang mandi.
    “Saat Yogi mandi saya kembali menelpon Pr, dab Pr menyarankan agar tetap menjaga situasi tenang agar Yogi tidak menyadari kedatangan mereka. Setelah selesai mandi, kami pun duduk kembali sambil minum kopi,” tutur Ar.
    Di saat itulah, Pr beserta tiga orang rekannya, yakni Bw, An, dan seorang lain yang tidak dikenalnya tiba. Hal itu membuat Yogi kaget dan berusaha melarikan diri masuk ke dalam rumah Ar.
    “Yogi lari masuk ke dalam rumah. Pr dan rekannya langsung mengejar dan berhasil menangkap Yogi di ruang tamu. Mereka lalu memukul dengan membabi-buta selama hampir 15 menit. Pr sempat mengeluarkan senpi saat mengejar dan memukul Yogi. Saya hanya bisa melihat saja karena saat pengeroyokan terjadi, Bw menyuruh saya untuk menjauh,” terang Ar.
    Pengeroyokan terhadap Yogi Andhika terhenti saat Ar berusaha melerai. “Lalu, mereka pergi dengan mengikat kedua tangan Yogi. Pengeroyokan itu menyisakan ceceran darah Yogi di ruang tamu,” lirihnya.
    Dua pekan kemudian, Ar pun mendapatkan hadiah uang yang dijanjikan yaitu sayembara Rp5 juta. Pr mengirimkan uang melalui Bw yang menyerahkan uang Rp5 juta. (bersambung)
  • Polres Lampura Mulai Kembangkan Kasus Kematian Yogi Andika

    Polres Lampura Mulai Kembangkan Kasus Kematian Yogi Andika

    Kapolres AKBP Eka Mulyana Dan Sejumlah Wartawan, Rabu (21/3) (Foto/Dok/Jun)

    Lampung Utara (SL) – Polres Lampung Utara (Lampura) mulai melakukan penyelidikan untuk mengungkap kematian Yogi Andika (32). Remaja yang dikabarkan pernah bekerja sebagai sopir pribadi Bupati Lampung Utara yang diduga tewas akibat dianiaya.

    Dasar dilakukannya penyelidikan itu, yakni adanya laporan Fitria Hartati (56) (Ibu kandung Yogi) warga Perum Waykandis, Tanjung Senang, Bandar Lampung, ke Polres Lampura dengan nomor laporan : LP/237/III/Polda Lampung/SPKT Res Lam Ut tanggal 20 Maret 2018.

    Kapolres AKBP Eka Mulyana kepada sejumlah wartawan, Rabu (21/3) membenarkan jika pihaknya telah menerima laporan Fitria yang didampingi kuasa hukumnya.

    Pasca adanya laporan itu, pihaknya akan membentuk tim guna melakukan penyelidikan, mengingat peristiwa yang dilaporkan itu terjadi sekitar 7 bulan lalu.

    “Kami tidak mau gegabah untuk menentukan siapa pelaku maupun dalangnya, karena kejadian ini sudah lumayan lama sedangkan baru dilaporkan kemarin,” kata Kapolres

    “Dalam penyelidikan kasus ini tentunya memakan waktu lama. Sebab, kita sudah menerima laporan peristiwa pembunuhan, tetapi tidak memiliki saksi apalagi tersangkanya belum ada. Untuk itu, kami akan mendalami dulu sejauh mana kebenaran peristiwa tersebut,”kata dia lagi.

    Fitria usai memberikan laporan menceritak sedikit kronologis pristiwa yang dialami anaknya.

    “Peristiwa nahas itu terjadi sekitar 7 (tujuh) bulan yang lampau. Ketika itu, anak saya Yogi Andhika pulang ke rumah dengan sekujur tubuh penuh luka dan memar. Kepala bagian belakangnya pecah. Di punggungnya penuh dengan luka semacam sundutan api rokok. Bahkan ketika itu, anak saya sempat mengeluarkan muntah dengan darah yang mengental,”tutur Fitria

    Lebih lanjut Fitria membeberkan, dengan perasaan yang hancur lebur dan penuh tanda tanya, dirinya bersama dengan keluarga dengan serta-merta mengantarkan almarhum Yogi Andhika ke Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek guna memberikan pertolongan pada anaknya tersebut.

    “Almarhum Yogi hanya mampu dirawat selama 5 (lima) hari. Karena kami tidak memiliki biaya untuk pengobatan, maka diputuskan untuk merawat almarhum di rumah. Meskipun pihak rumah sakit melarang karena kondisi almarhum Yogi saat itu sangat parah dan masih membutuhkan perawatan intensif,” ujar ibunda almarhum.

    Menurut keterangan keluarga almarhum yang disampaikan saat almarhum Yogi Andhika dirawat di rumah bahwa dirinya sempat mengalami penganiayaan yang dilakukan sejumlah oknum dekat dalam lingkaran ‘Tokoh Wahid’ dimaksud. (jun/*)