Tag: Kemenkopolhukam

  • IPW Kantongi Daftar Nama Penerima Setoran Judi, Kalau Dibuka Mabes Polri Bisa Kolaps?

    IPW Kantongi Daftar Nama Penerima Setoran Judi, Kalau Dibuka Mabes Polri Bisa Kolaps?

    Jakarta, sinarlampung.co-Judi online saat ini mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah, bahkan Presiden Joko Widodo telah mengangkat Hadi Tjahjanto yang merupakan Menkopolhukam sebagai kepala Satgas Judi online. Namun Ketua Indonesia Police Watch atau IPW Sugeng Teguh Santoso menyebutkan pemerintah belum serius melakukan penindakan judi online dan terkesan seolah-oleh.

    “Pembentukan Satgas tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 21 Tahun 2024 tentang Satuan Tugas Pemberantasan Perjudian Daring. Dengan dibentuknya Satgas baru masuk yang namanya rencana kerja dan sebuah tuguran bagi Polri,” kata Sugeng dalam podcast di akun @Forum Keadilan TV.

    Sugeng juga menyinggung bahwa IPW mengantongi nama-nama penerima setoran judi. IPW juga telah mencoba melakukan menelusuran terhadap beberapa nama yang ada dalam daftar itu. “Tapi itu tidak saya buka, karena kalau dibuka Mabes Polri bisa kolaps. Satu hingga tiga nama sudah saya cocokan dan ternyata cocok,” ujarnya.

    Sugeng menjelaskan bahwa daftar nama-nama itu sempat diinformasikanya pada kasus Sambo, namun dirinya tidak membuka ke publik nama-nama tersebut. “Saya tidak membukan karena mempertimbangkan kegoncangannya dan data itu belum terefikasi juga, meskipun satu hingga 3 nama saya cocokan dan ternyata cocok. Data itu hingga saat ini ada dalam data base saya dan saya juga dapat datanya dari orang dalam,” ungkapnya.

    Dengan kondisi yang ada dan dari laporan yang diterimanya, menurut Sugeng negara Indonesia penegakan hukumnya ‘seolah-olah’ dan kenapa judi tidak dilegalkan saja. Karena jika dilegalkan maka pemerintah bisa mengontrol bandar-bandar sehingga mereka tidak bisa memainkan sistem. Selain itu juga dapat membatasi siapa saja yang bisa bermain dan membuat berbagai regulasi yang ketat dalam mengatur perjudian.

    Sedangkan menyinggung tentang Satgas Judi yang dibentuk pemerintah, menurut Sugeng jika pemerintah tidak punya akuntabilitas publik, di mana akuntabilitas mereka hanya pada pimpinannya saja. “Jika pemerintah tidak memiliki akuntabilitas publik yang baik, saya tidak percaya ini akan bisa selesai,” tegasnya.

    Sugeng berharap jika Satgas Judi yang dibentuk dapat membeberkan ke publik apa saja yang telah dikerjakan sehingga masyakarat mengetahui perkembangnnya.

    Ribuan Rekening Diblokir

    Tak lama setelah dibentuk Satgas langsung mulai bergerak dan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) telah mencatatkan terdapat 4.000 sampai 5.000 rekening yang mencurigakan terindikasi judi online. Ribuan rekening tersebut telah dilaporkan PPATK ke penyidik Bareskrim Polri.

    Menurut Hadi PPATK sendiri juga memiliki kewenangan untuk memberku ribuan rekening itu selama 20 hari. “Setelah dilaporkan kepada penyidik Bareskrim, tim dari Bareskrim akan membekukan rekening tersebut,” terang Hadi.

    Hadi juga menjelaskan bahwa kepolisian memiliki waktu 30 hari untuk mengumumkan terkait pembekuan rekening tersebut. Nantinya setelah 30 hari pengumuman pihaknya akan melakukan penelusuran serta kepolisian juga dapat memanggil pemilik rekening.

    “Hal itu dilakukan untuk pendalaman dan diproses secara hukum bahwa nyata-nyata itu adalah pemilik, di mana mereka adalah bandar. Apabila setelah 30 hari tidak ada yang melaporkan pembekuan tersebut, pemerintah akan menarik aset itu,” katanya.

    Sebelumnya, Ketua Satuan Tugas Pemberantasan Judi Online Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto mengatakan, dari data yang diperoleh Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Judi Daring, klaster tertinggi transaksi candu permainan haram tersebut dengan nilai omzet pada rentang Rp10 ribu sampai Rp40 miliar. (Red)

  • 18 Negara Tawarkan Bantuan ke Indonesia

    18 Negara Tawarkan Bantuan ke Indonesia

    Jakarta (SL) – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo memutuskan untuk menerima bantuan dari luar negeri terkait penanganan bencana gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Dikatakan bahwa ada 18 negara yang sudah menawarkan bantuan tersebut.

    “Di sini saya mencatat sudah ada 18 negara yang menawarkan bantuan untuk membantu penanganan bencana di Palu, antara lain dari Amerika Serikat, Prancis, Ceko, Swiss, Norwegia, Hungaria, Turki, Uni Eropa, Australia, Korea Selatan, Arab Saudi, Qatar, New Zealand, Singapura, Thailand, Jepang, India dan China. Juga termasuk UNDP dan kelompok organisasi internasional Asean sendiri juga sudah menawarkan,” ujar Menko Polhukam Wiranto di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (1/10/2018).

    Menko Polhukam mengatakan, ada beberapa alasan mengenai keputusan menerima bantuan dari luar negeri tersebut. Menurutnya, keputusan itu tentu berdasarkan satu pertimbangan bahwa Indonesia sudah menjalin hubungan persahabatan dan kerja sama dengan banyak negara. Bahkan, kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke negara-negara sahabat itu juga dalam rangka menjalin dan mempererat hubungan bilateral maupun multilateral.

    “Di sanalah kemudian terjalin satu hubungan yang saling menguntungkan dan membantu. Sehingga pada saat tawaran-tawaran dari negara-negara sahabat untuk membantu penanganan bencana di Palu itu sudah begitu banyak maka tentu kita mengapresiasi bantuan itu, sebab bantuan itu adalah buah kunjungan dari Presiden kita ke negaranegara lain yang kemudian membuahkan satu perasaan partisipasi, perasaan solidaritas antar negara, dan ini tentu tidak bisa ditolak,” kata Menko Polhukam Wiranto.

    Menko Polhukam mengatakan, pertimbang lain Indonesia menerima bantuan dari luar negeri itu adalah karena Indonesia sudah seringkali berikan sumbangan dan bantuan ke negara yang mengalami musibah. Dalam catatan Menko Polhukam, Indonesia telah memberikan bantuan musibah yang terjadi di Bangladesh seperti pengungsi Rohingya. Kemudian gempa bumi di Nepal, kekeringan di Somalia, dan bantuan untuk Papua Nuginie.

    “Artinya soal bantu membantu merupakan satu tradisi internasional yang perlu kita apresiasi. Maka atas kebutuhan
    adanya mobilisasi beberapa kebutuhan untuk meringankan saudara-saudara kita di Palu dan sekitarnya maka diputuskan untuk kita menerima bantuan,” kata Menko Polhukam Wiranto. Namun, Menko Polhukam mengatakan bantuan-bantuan itu akan diarahkan supaya tepat barang, tepat kebutuhan dan tepat waktu. Dijelaskan bahwa arah bantuannya yaitu pertama adalah negara yang menawarkan. Kemudian, negara tertentu yang punya kapasitas untuk sesuatu yang dibutuhkan. Bantuan tersebut bisa juga berwujud barang, alat, dan keahlian tertentu. Karena yang terpenting adalah timeframe nya tepat, tepat waktu datangnya sehingga saat dibutuhkan betul-betul ada nilai gunanya.

    “Kemudian saat ini yang dibutuhkan adalah bantuan-bantuan untuk tanggap darurat, bantuan yang langsung untuk
    masyarakat. Di sini saya mencatat beberapa bantuan yang bisa segera diterima pertama adalah berupa alat angkut
    udara,” kata Menko Polhukam Wiranto. Menko Polhukam mengatakan, saat bencana terjadi kondisi PLN mati, kemudian bahan bakar minyak langka, komunikasi seluler mati, dan beberapa jalan darat terputus. Sehingga yang paling efektif adalah bantuan cepat dari udara. Namun, diakui bahwa ada keterbatasan angkatan udara untuk secara volume besar harus dipindahkan dari satu tempat ke daerah bencana. Maka tentu kebutuhan utama adala alat angkut udara dan di sana yang bisa mendarat adalah jenis pesawat angkut besar C 130 Hercules. Kalau pesawat Boeing pun itu Boeing tipe 737 dari seri 400 dan 500.

    “Lion dan Garuda yang seri 800, 900 tidak mungkin bisa mendarat tapi pesawat C 130 itu bisa. Oleh karena itu kita
    mengharapkan adanya angkutan udara C 130,” kata Menko Polhukam Wiranto. Kemudian juga masalah tenda yang masih banyak dibutuhkan. Selain itu, water treatment karena dilaporkan bahwa air bersih sulit didapat di sana. Sumber-sumber air bersih itu tidak banyak, sumur pun membutuhkan listrik dan listrik pasokannya sangat rendah sehingga akan diminta bantuan mengenai genset-genset dari negara-negara itu. Kemudian juga rumah sakit lapangan dan tenaga medis. Dan juga alat fogging untuk menetralisir kemungkinan adanya jenazah-jenazah yang terlambat dikubur dan bisa menimbulkan adanya penyakit. Menko Polhukam berharap agar jangan sampai peristiwa di Aceh terulang kembali, dimana jenazah yang terlambat dikubur kemudian menyebabkan adanya epidemic penyakit tertentu yang bisa menyerang manusia.

    “Saya kira rencana koordinasi untuk menerima bantuan ini sedang dibicarakan pukul 5 sore ini. Wakil Menteri Luar
    Negeri sedang mengumpulkan para Duta Besar negara donor atau yang sudah menyiapkan dan menawarkan untuk
    membantu,” kata Menko Polhukam Wiranto.