Tag: Ketum JMSI

  • Ini Kata Ketum JMSI Soal Prabowo Tegur Direksi BUMN dan Wartawan Diminta Keluar

    Ini Kata Ketum JMSI Soal Prabowo Tegur Direksi BUMN dan Wartawan Diminta Keluar

    Jakarta, sinarlampung.co – Town Hall Meeting Danantara hari Senin (28/4) kemarin, dimana pembawa acara meminta agar wartawan meninggalkan ruangan sebelum Presiden Prabowo Subianto memberikan sambutan, menjadi bahan pembicaraan dikalangan pewarta, termasuk tanggapan dari Ketum JMSI Teguh Santosa.

    Tidak sedikit yang mengkritik hal itu dan menilainya sebagai upaya untuk menutup-nutupi informasi publik. Namun, menurut Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa, permintaan itu tidak dapat dikatagorikan sebagai tindakan menutup akses pers terhadap informasi yang perlu diketahui publik.

    “Permintaan agar wartawan keluar ruangan saat Presiden berbicara bukan berarti menutup informasi publik,” kata Teguh Santosa menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, Rabu, 30 April 2025.

    JMSI adalah organisasi perusahaan pers yang merupakan konstituen Dewan Pers.

    Dalam Town Hall Meeting itu, wartawan sempat menonton film pencapaian pemerintah dalam enam bulan pertama dan menyimak sambutan dari CEO Danantara sekaligus Menteri Investasi Rosan Roeslani. Namun sesaat sebelum Prabowo berbicara, awak media diminta meninggalkan ruangan.

    Dalam penjelasan usai acara, Prabowo menyebut langkah itu diambil karena ia ingin menegur langsung para direksi. “Saya banyak negur juga direksi-direksi, enggak enak kan ditunggu di depan kalian,” ujarnya kepada wartawan.

    Meski demikian, Prabowo tetap memberikan penjelasan umum. Ia menyebut Danantara sebagai kekayaan bangsa yang harus dikelola dengan sistem transparan dan profesional. Bahkan, menurut Prabowo, aset Danantara bisa tembus 1 triliun dolar AS jika dikelola benar.

    Lebih lanjut, Prabowo memerintahkan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh direksi BUMN, mulai dari kinerja, prestasi, hingga akhlak.

    “Kalau tidak profesional, malas, menyalahgunakan wewenang, harus diganti. Jangan pilih berdasarkan suku, agama, atau partai politik,” tegasnya.

    Menurut Ketum JMSI Teguh Santosa, kontrol komunikasi wajar dilakukan pemerintah agar informasi tersampaikan secara jelas dan terukur. Namun di sisi lain, ia mengingatkan bahwa pers tetap punya tanggung jawab menggali informasi lebih dalam pasca acara.

    “Itu menjadi kewajiban media. Bahkan harus ditindaklanjuti dengan investigasi dan pengecekan terhadap BUMN yang dinilai bermasalah,” ujar Teguh yang juga wartawan senior ini.

    Lebih lanjut Teguh mengatakan, pernyataan Prabowo menjadi sinyal bahwa ada banyak hal yang perlu ditelusuri. Wartawan tetap berhak bertanya: siapa saja yang dievaluasi, apa catatan buruknya, dan sejauh mana koreksi dilakukan?

    Di sinilah peran penting media sebagai pengawas publik terus relevan. Meski pintu rapat sempat ditutup, agenda transparansi tak boleh ikut tertutup.

    “Informasi akurat tentang itu dapat diperoleh dari banyak sumber. Tidak hanya dari sosok presiden,” kata Teguh. (Red)

  • Ketum JMSI Pimpin Delegasi Wartawan Indonesia ke Maroko

    Ketum JMSI Pimpin Delegasi Wartawan Indonesia ke Maroko

    Jakarta, sinarlampung.co – Kunjungan delegasi wartawan Indonesia ke Kerajaan Maroko diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat pers Indonesia mengenai beragam aspek pembangunan yang sedang terjadi di Maroko dan di benua Afrika umumnya. Harapan ini disampaikan Presiden Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Maroko (PPIM) Teguh Santosa setelah delegasi yang terdiri dari tujuh wartawa itu tiba di tanah air, Selasa malam, 22 Juli 2024.

    “Saya berharap kunjungan barusan memberikan gambaran yang lebih luas mengenai berbagai upaya yang dilakukan Kerajaan Maroko untuk tidak hanya membangun Maroko, tetapi juga menjadi inspirasi dan motor pembangunan di benua Afrika. Maroko juga memberikan sumbangan yang tidak kecil pada kebutuhan energi ramah lingkungan bagi Eropa,” ujar Teguh Santosa yang juga Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).

    Selain Teguh, turut dalam rombongan antara lain wartawan senior dan mantan Pimred Kompas Budiman Tanuredjo yang kini mengelola program “Satu Meja” di KompasTV dan Pemimpin Redaksi Jakarta Post Taufiq Rahman. Juga Redaktur Senior Rakyat Merdeka Muhammad Rusmadi, Pemimpin Redaksi Kumparan Arifin Asydhad yang juga Ketua Forum Pimred, Pemimpin Redaksi Duta Masyarakat Eko Pamuji yang juga Sekjen JMSI, dan Veeramalla Anjaiah mantan wartawan Jakarta Post yang kini menjadi peneliti di Center for Southeast Asian Studies (CSAS).

    Kunjungan yang berlangsung antara tanggal 12 sampai 21 Juli dimulai dari Kasablanka yang merupakan kota bisnis dan industri Maroko. Dalam kunjungan ke Kasablanka, delegasi wartawan Indonesia selain melihat pembangunan Kasablanka yang semakin pesat, juga mendengarkan penjelasan dari Casablanca Fainance City (CFC), sebuah organisasi yang didirikan atas inisiatif Raja Mohammed VI untuk mendorong Maroko menjadi pemain kunci dalam pembangunan Afrika dan kawasan.

    Organisasi ini berusaha mewujudkan visi Raja Mohammed VI yang ingin mengubah citra Afrika yang sebelumnya dipandang sebagai benua tanpa harapan (the hopeless continent) menjadi benua penuh harapan (a hopeful continent).

    Visi Raja Mohammed VI inilah yang mendorong CFC tumbuh menjadi penghubung bisnis dan keuangan tidak hanya bagi Afrika, tetapi juga bagi Timur Tengah dan Eropa, dan mendapatkan kepercayaan dari berbagai perusahaan papan atas dunia dan lembaga keuangan internasional.

    Delegasi wartawan Indonesia juga mengunjungi University of Mohammed VI Polytechnic (UM6P) di Benguerir untuk melihat bagaimana dunia pendidikan dikembangkan untuk mengoptimalkan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Universitas yang dibangun oleh perusahaan phospat Maroko, d’Office chérifien des phosphates atau OCP.

    Universitas ini memberikan beasiswa kepada banyak mahasiswa dari berbagai negara di Afrika sebagai wujud dari pelibatan masyarakat Afika yang lebih luas dalam proses pembangunan benua Afrika. UM6P tumbuh menjadi platform eksperimen yang membuka diri pada berbagai peluang yang ada di Afrika demi wujudkan “abad Afrika”.

    Tempat lain yang dikunjungi delegasi wartawan, sambung Teguh, adalah Region Dakhla Oued Ed Dahab yang berada di wilayah Sahara Maroko di selatan.

    “Mengunjungi Dakhla memberikan kesempatan kepada kita untuk melihat bagaimana pembangunan sebuah kawasan dari titik nol dilakukan dengan begitu cepat dan terarah. Kini Maroko berencana membangun sebuah pelabuhan raksasa Dakhla Atlantik Airport yang akan menjadikan Dakhla sebagai penghubung dengan kawasan barat Afrika di selatan dan benua Amerika di seberang Samudera Atlantik,” urai Teguh.

    Teguh yang pernah ke Dakhla pada tahun 2010, atau 14 tahun lalu, mengatakan, pembangunan di Dakhla sangat mengesankan. Pemerintah Maroko berhasil mengubah citra Dakhla dari kawasan terbelakang yang terlantar di era kolonialisasi Spanyol menjadi kota yang kini bernilai strategis di kawasan. Kepercayaan dunia internasional pada pembangunan Dakhla lanjut Teguh dapat dilihat dari banyaknya negara sahabat Maroko yang membuka konsulat di kota itu.

    “Ada 17 negara membuka konsulat di Region Dakhla Oued Ed Dahab, dan 12 negara membuka konsulat di Region Laayoune Sakia El Hamra. Ini juga memperlihatkan kepercayaan dunia internasional pada proposal otonomi khusus yang ditawarkan Maroko dalam pembicaraan damai mengenai sengketa Sahara Barat di PBB,” ujar Teguh yang juga merupakan salah seorang pemetisi konflik Sahara Barat di Komisi IV PBB di New York.

    Tempat lain yang dikunjungi delegasi wartawan Indonesia adalah pelabuhan raksasa Tanger Mediteranian di utara Maroko yang berada persis pada pertemuan Samudera Atlantik dan Laut Mediterania atau Laut Tengah. Tanger Med secara nyata menjadi pintu masuk yang menghubungk Afrika, Eropa, dan Timur Tengah.

    Tanger Med berada di posisi ke-18 dalam indeks Konektivitas Maritim Dunia yang diterbitkan UN Trade and Development (UNCTAD) tahun 2023 lalu.

    Lembaga terakhir yang dikunjungi delegasi wartawan Indonesia adalah Universitas Al Qarawiyyin di Fes yang merupakan universitas tertua di dunia. Universitas ini didirikan tahun 859 M oleh Fatima Al Fihria, putri seorang pedagang bernama Muhammad Al Fihria yang pindah dari Kairouan di Tunisia kini. Universitas ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama, namun juga membumikan kalamullah menjadi cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti tata bahasa, retorika, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, geografi, juga musik.

    Dari penjelasan Rektor Universitas Al Qarawiyyin, Dr. Amal Jalal, yang menerima delegasi wartawan Indonesia, diperoleh informasi bahwa di masa lalu pemahaman mahasiswa universitas ini pada salah satu disiplin ilmu diletakkan setelah aspek etika dan moral.

    Tidak lupa dalam kunjungan ke Maroko, delegasi wartawan Indonesia juga berkunjung ke Wisma Duta dan bertemu dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Maroko Hasrul Azwar.

    “Dubes Hasrul Azwar sangat berharap kualitas hubungan kedua negara yang sudah sangat baik sejak era Ibnu Batutah dan era Presiden Sukarno dapat ditingkatkan menjadi lebih signifikan lagi,” demikian Teguh. (Red/*)

  • Ketua Umum JMSI Teguh Santosa Raih Gelar Doktor di Unpad

    Ketua Umum JMSI Teguh Santosa Raih Gelar Doktor di Unpad

    Bandung, sinarlampung.co – Ketua Umum Jringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, berhasil meraih gelar doktor bidang hubungan internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung.

    Gelar akademik itu diperoleh mantan Wakil Presiden Confederation of ASEAN Journalist (CAJ) ini usai mempertahankan disertasi pada ujian promosi doktor di Gedung Pasca Sarjana FISIP Unpad di Bandung, Sabtu (6/7/2024).

    Disertasi dengan judul “Reunifikasi Korea Dengan Keterlibatan Multipihak: Suatu Studi Melalui Game Theory” itu dipertahankan Teguh di hadapan penguji yang terdiri dari Prof. Mohmmad Benny Alexandri, Taufik Hidayat, PhD, dan Dr. Arifin Sudirman.

    Adapun tim promotor Teguh terdiri dari Prof. Arry Bainus, Prof. Widya Setiabudi Sumadinata, dan Dr. Wawan Budi Darmawan. Pada akhir sidang, Teguh dinyatakan lulus dengan predikat yudisium sangat memuaskan.

    Teguh menamatkan pendidikan sarjana S1 di universitas yang sama, dan kemudian melanjutkan studi S2 di University of Hawaii at Manoa, Amerika Serikat.

    Judul disertasi yang diangkat Teguh Santosa, sepintas, memaparkan proses dan isu reunifikasi Semenajung Korea yang telah berlangsung selama tujuh dekade sejak perang Dunia Kedua berakhir.

    Teguh menyampaikan bahwa, selain faktor dinamika lingkungan domestik Korea Utara dan Korea Selatan, reunifikasi Semenanjung Korea tidak terlepas dari keterlibatan lingkungan internasional.

    Dengan sendirinya wacana reunifikasi Semenanjung Korea lebih mudah dibicarakan jika hanya melibatkan Korea Selatan dan Korea Utara. Walau ada tantangan dan perbedaan sistem ideologi dan politik di antara keduanya.

    Wacana reunifikasi Semenanjung Korea menjadi lebih sulit dibicarakan bila melibatkan multipihak atau negara-negara lain yang memiliki kepentingan di kawasan, terutama Amerika Serikat, Jepang, Republik Rakyat China, dan Rusia.

    Perkembangan terbaru terjadi setelah pada pertengahan Januari lalu pemimpin Korea Utara Kim Jong Un meminta agar gagasan reunifikasi dihapus dari Konstitusi Korea Utara.

    Mantan Ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ini, menyebut apa yang disampaikan Kim Jong Un itu sebagai proposal two states solution atau solusi dua negara.

    Bila proposal ini disetujui dan diikuti Korea Selatan dengan melakukan hal yang sama, yakni juga menghapuskan reunifikasi dari Konstitusi Korea Selatan, maka kedua negara dapat melangkah ke arah perdamaian permanen dan peaceful coexistance atau hidup berdampingan secara damai.

    Teguh juga berpandangan perdamaian di Semenajung Korea bukan hanya kewajiban Korea Utara semata, melainkan juga tanggungjawab kedua korea dan masyarakat internasional. (Red/*)

  • Ketum JMSI Pusat Daftar Cagub Pilkada Sumut

    Ketum JMSI Pusat Daftar Cagub Pilkada Sumut

    Medan, sinarlampung.co Ketua Umum (Ketum) Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa mendaftarkan diri sebagai calon gubernur (Cagub) Sumatera Utara (Sumut) dalam Pilkada serentak 2024 mendatang.

    Teguh Santosa didampingi pengurus JMSI Sumut mendatangi kantor DPD Partai Demokrat Sumut yang berada di Jalan Sudirman No 12, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan Medan, Provinsi Sumatera Utara, Rabu siang, 22 Mei 2024.

    “Saya melihat masih ada waktu untuk mencalonkan diri sebagai Cagub, makanya saya langsung ke Partai Demokrat untuk mendaftarkan diri,” ujar Teguh kepada wartawan.

    Teguh mengatakan dirinya ingin mengikuti bursa Cagub Sumut mengingat dirinya juga merupakan putra daerah yang lahir di Sumatera Utara.

    “Saya sudah melanglang buana dan mencari ilmu di luar daerah Sumut. Saya rasa, sudah waktunya bagi saya untuk memajukan tempat lahir saya, tanah kelahiran saya agar bisa lebih baik lagi. Sumatera Utara harus bangkit,” ujarnya pasca menerima surat pendaftaran dari DPD Partai Demokrat Sumut.

    Teguh Santosa menyatakan dirinya akan mendatangi tiga partai yang menurutnya sudah mumpuni untuk mencalonkan dirinya sebagai Cagub Sumut. Ketiga partai itu yakni, Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai Gerindra.

    “Sejauh ini, ketiga partai ini yang menurut saya bisa mengusung saya pada kontestasi Cagub Sumut,” beber Teguh yang juga merupakan CEO RMOL Network itu.

    Teguh juga sempat mengutarakan sekilas tujuannya sehingga memutuskan untuk turut berkontribusi pada pesta demokrasi kali ini sebagai Cagub Sumut.

    “Saya mengambil formulir pendaftaran untuk menggapai impian saya, yakni memperbaiki Provinsi Sumut yang merupakan tanah kelahiran saya menjadi lebih baik dari sebelumnya,” pungkasnya. (Red/*)

  • Sejarawan Australia Bersama Ketum JMSI Kunjungi Museum TMTB di TPU Karet Bivak Jakpus 

    Sejarawan Australia Bersama Ketum JMSI Kunjungi Museum TMTB di TPU Karet Bivak Jakpus 

    Jakarta (SL) – Tahun lalu, 13 Oktober 2022, atau tiga hari sebelum mengakhiri tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan meresmikan Museum Taman Makam Tokoh Bangsa di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat. Nama itu diberikan karena begitu banyak tokoh yang berperan besar dalam perjalanan kemerdekaan bangsa yang dimakamkan di pemakaman yang berada di pojok pertemuan Jalan KH Mas Mansyur dan Jalan Penjernihan 1.

    Anies berharap, Museum TMTB dapat digunakan generasi penerus bangsa untuk mempelajari kisah hidup para tokoh bangsa, memetik hikmah dan inspirasi dari perjuangan mereka.

    Bangunan museum yang berada di sisi Jalan Penjernihan 1 ini memiliki galeri seluas 435 meter per segi. Sebanyak 24 monitor yang dipasang di dinding bagian dalam menampilkan tokoh-tokoh bangsa yang dimakamkan di TPU Karet Bivak. Mereka antara lain adalah Fatmawati Soekarno, Pramoedya Ananta Toer,  MH Thamrin, H. Benyamin Sueb, Iswadi Idris, Firman Muntaco, Chairul Saleh, Chairil Anwar, Ismail Marzuki, SM Ardan, Soerjadi Soerjadarma, Kusuma Atmadja, Abu Hanifah, Roehana Khoedoes, dan Mohammad Natsir.

    “Taman Makam Tokoh Bangsa ini kini diaktifkan kembali sebagai ruang kontemplasi memori kolektif bangsa dan tempat untuk merawat ingatan kisah perjalanan dan perjuangan para Tokoh Bangsa yang terbaring di dalamnya. Walau usia hidup mereka telah berhenti, izinkan taman makam ini menjadikan usia teladan dan inspirasi mereka melaju abadi,” tulis Anies Baswedan pada plakat peresmian Museum TMTB di bagian depan.

    Sejarawan dan Indonesianis dari Australia, Greg Poulgrain, hari Minggu kemarin (20/8) mengunjungi Museum TMTB bersama Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa. Penulis buku “Incubus Intervention” dan “Genesis of Konfrontasi” ini mengagumi keseriusan Pemprov DKI Jakarta di era Anis Baswedan dalam merawat memori kolektif perjuangan bangsa.

    “Museum ini sangat menginpirasi. Tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia dimakamkan di tempat ini, tidak hanya politisi, tapi juga wartawan, budayawan, dan tokoh-tokoh penting lainnya. Museumnya dibangun dengan sangat baik,” ujar Greg Poulgrain.

    Sebelum memasuki Museum TMTB, Greg Poulgrain dan Teguh Santosa lebih dahulu mengunjungi makam pendiri Universitas Bung Karno (UBK) Rachmawati Soekarnoputri yang berada tidak jauh dari museum. Rachmawati meninggal dunia pada 3 Juli 2021 dan dimakamkan di sebelah makam ibunya, Fatmawati Soekarno, yang meninggal dunia tahun 1980.

    Teguh yang pernah menjadi Wakil Rektor UBK mengatakan, Greg Poulgrain pernah mengusulkan kepada Rachmawati pembuatan film semi dokumenter yang diangkat dari salah satu buku yang ditulis Poulgrain, “Incubus Intervention” yang antara lain mengisahkan persahabatan Bung Karno dan Presiden AS John F. Kennedy. Juga konflik antara Kennedy dan Direktur CIA pada masa itu, Allen Dulles, mengenai kebijakan Paman Sam di Indonesia.

    Pembicaraan mengenai pembuatan film sempat dilakukan beberapa kali. Namun sebelum membuahkan hasil, pandemi Covid-19 melanda dan Rachmawati meninggal dunia. Pembicaraan mengenai pembuatan film itu pun tertunda untuk waktu yang cukup lama.

    Adapun Greg Poulgrain secara khusus menuliskan kisah perseteruan antara Kennedy dan Dulles dalam buku “JFK vs Allen Dulles: Battleground Indonesia” yang dirilis November 2020 lalu. (*)

  • Bertemu Ketum JMSI Pusat, Dubes Sudan Ingin Tingkatkan Hubungan Antar Bangsa

    Bertemu Ketum JMSI Pusat, Dubes Sudan Ingin Tingkatkan Hubungan Antar Bangsa

    Jakarta (SL)-Pemerintah Republik Sudan sedang berusaha meningkatkan kerjasama dengan Republik Indonesia, baik kerjasama ekonomi berupa perdagangan dan investasi, maupun kerjasama politik di forum-forum internasional, dan kerjasama kebudayaan yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat kedua negara satu sama lain.

    Untuk itu, Sudan membutuhkan dukungan dari masyarakat pers nasional di Indonesia. Hal ini disampaikan Duta Besar Sudan, Yassir Mohammed Ali, ketika bertemu Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, di Kedubes Sudan di Kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat siang, 24 Maret 2023.

    Dubes Ali mengatakan, dirinya menyadari bahwa pemahaman masyarakat Indonesia mengenai Sudan masih rendah. Begitupun pemahaman masyarakat Sudan terhadap Indonesia.

    Oleh Karena itu, menurut Ali, dibutuhkan strategi khusus untuk meningkatkan saling pemahaman diantara masyarakat kedua negara.

    Dubes Ali merasa sangat senang dapat bertemu dengan Teguh yang selain seorang wartawan senior dan pengelola media juga dikenal aktif di berbagai organisasi, seperti di PP Muhammadiyah dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES).

    Di samping itu, Teguh juga merupakan pengajar di prodi Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

    Teguh juga tercatat pernah menjadi Ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Ketua Bidang Luar Negeri Pemuda Muhammadiyah.

    Menurut Dubes Ali, potensi ekonomi kedua negara saling melengkapi. Bagi Sudan, misalnya, Indonesia merupakan sumber bagi sparepart atau suku cadang kendaraan bermotor, obat-obatan, dan berbagai produk furnitur. Salah satu produk unggulan Indonesia yang dikenal luas di Sudan adalah kertas.

    Sementara Sudan dapat menjadi alternatif supplier daging bagi Indonesia. Sudan juga merupakan produsen kacang-kacangan dan gom atau getah Arab yang dibutuhkan dalam industri makanan dan produk olahan lainnya.

    “Tentu hubungan ekonomi, baik perdagangan maupun investasi, membutuhkan banyak aturan pendukung. Sudan berharap Preferential Trade Agreement (PTA) kedua negara dapat segera disusun untuk mempermudah hubungan ekonomi,” ujar Teguh Santosa dalam keterangannya.

    “Terlepas dari itu, menjadi kewajiban bagi kita masyarakat pers nasional untuk ikut mempromosikan hubungan antar bangsa yang positif, saling mengenal dan saling memahami. Hubungan people to people yang baik adalah syarat utama bagi hubungan-hubungan lain kedua negara,” sambungnya.

    Hubungan Indonesia dan Sudan telah terjalin sejak lama. Di awal abad ke-20, ulama Makah yang berasal dari Sudan, Syeikh Ahmed Surkati Al Anshori, berkunjung dan menetap di Indonesia atas undangan Jamiat Kheir di Tanah Abang, Jakarta. Ia datang bersama dua sahabatnya, Syeikh Muhammad Tayyib Al Maghribi dan Syeikh Muhammad bin Abdulhamid Al Sudani.

    Di Indonesia, Syeikh Ahmed Surkati Al Anshori mendirikan organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. Pada tahun 1914 organisasi itu diresmikan dengan nama Al Irsyad Al Islamiyyah, dan masih eksis sampai saat ini.

    Di antara ulama Indonesia yang mendukung kehadiran Syeikh Ahmed Surkati pada masa itu adalah pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, dan pendiri Persatuan Islam (Persis) KH Zamzam dan KH Ahmad Hassan.

    Presiden Sukarno juga memiliki simpati tersendiri pada Sudan. Ketika Konferensi Asia Afrika (KAA) di bulan April 1955, delegasi Sudan yang dipimpin Ismail Al Azhari hadir sebagai bagian dari delegasi Mesir.

    Di arena KAA, Bung Karno menyediakan meja khusus untuk Sudan yang terpisah dengan Mesir. Di atas meja itu panitia KAA memasang bendera putih bertuliskan Sudan. Setahun setelah KAA, Sudan merdeka dari Mesir dan Ismail Al Azhari menjadi presiden pertama negara di timur Afrika yang bersisian dengan Laut Merah itu. (Red)