Bandarlampung (SL) – Tubuh Gunung Anak Krakatau (GAK) ‘menciut’ dari sekitar 150-180 juta m3 diperkirakan saat ini antara 40-70 juta m3. Tingginya juga sudah kalah dengan pulau yang ada di dekatnya, ketinggiannya 110 meteran DPL. Hal ini berdasarkan pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara visual, Jumat ( 28/12), pukul 00.00-12.00 WIB.
Tampak, GAK yang difoto oleh @syarif_jagaselaluhatimu dari Desa Waymuli, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Jumat (28/12), pukul 15.00 WIB, lebih tenang dan lebih rendah dari dua pulau di sampingnya.
Perbandingan tubuh GAK, menurut pengamatan lapangan, dari tinggi semula 338 meter sekarang tingginya tinggal 110 meter berdasarkan perbandingan dengan dua pulau di dekatnya. GAK kini lebih lebih rendah dari kedua pulau tersebut, yakni Pulau Sertung yang memiliki ketinggian 182 meter sedangkan Pulau Panjang memiliki ketinggian 132 meter.
Asap maksimum 200-3000 meter di atas puncak kawah Gunung Anak Krakatau. Letusan tersebut dengan abu vulkanik bergerak ke arah timur-timurlaut, sedangkan cuaca teramati berawan-hujan dengan arah angin dominan ke timur-timur laut.
Selanjutnya, pada pukul 14.18 WIB, cuaca cerah dan terlihat asap letusan tidak berlanjut. Terlihat tipe letusan surtseyan, terjadi karena magma yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakatau bersentuhan dengan air laut. Pada saat tidak ada letusan, teramati puncak Gunung Anak Krakatau tidak terlihat lagi. Berdasarkan hasil analisis visual, terkonfirmasi bahwa Gunung Anak Krakatau yang tingginya semula 338 meter, sekarang tingginya tinggal 110 meter.
PVMBG juga mencatat adanya perubahan pola letusan pada Kamis (27/12), pukul 23.00 WIB. Saat ini, letusan bersifat impulsif, sesaat sesudah meletus tidak tampak lagi asap yang keluar dari kawah GAK. Potensi bahaya dari aktivitas letusan GAK dengan kondisi saat ini yang paling memungkinkan adalah terjadinya letusan-letusan surtseyan, terjadinya pertemuan magma dengan permukaan air laut.
Meskipun bisa banyak menghasilkan abu vuklanik, tapi tidak akan menjadi pemicu tsunami. Potensi bahaya lontaran material lava pijar masih ada dengan jumlah volume yang tersisa tidak terlalu besar. (Rml)