Corona atau Covid-19, adalah jenis virus menyebabkan penyakit pernapasan menyebar melalui kontak manusia ke manusia, di mana kuman dan percikan melalui bersin serta batuk bisa tertinggal pada benda sekitar.
Covid-19 pertama kali muncul Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, Tiongkok, pada Desember 2019. Virus ini menyebabkan batuk, flu, demam dan gangguan pernapasan akut parah (SARS-Cov-2) yang menyebabkan kematian. Peneliti WHO Kerkhove, menyebutkan, Virus corona dapat bergerak di udara, tetap menggantung di udara tergantung pada faktor-faktor seperti panas dan kelembaban.
Kondisi lingkungan yang berbeda dapat dipertahankan oleh Covid-19. Secara khusus mereka melihat bagaimana kelembaban, suhu dan pencahayaan ultraviolet mempengaruhi penyakit serta berapa lama dia hidup di permukaan yang berbeda, termasuk baja. Para peneliti menyimpulkan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan penyakit baru Covid-19, dapat terdeteksi di udara hingga 3-4 jam pada tembaga, hingga 24 jam pada karton, dan hingga 2-3 hari di plastik dan stainless steel.
Beberapa gejala awal orang yang terinfeksi virus corona Covid-19, yaitu demam, kelelahan, dan batuk kering. Beberapa pasien juga mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala ini biasanya ringan dan mulai secara bertahap.
Beberapa orang bisa terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun dan merasa tidak enak badan. Kebanyakan orang (sekitar 80%) pulih dari penyakit tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang yang terinfeksi Covid-19 sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas.
Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis penyerta seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung atau diabetes, lebih mungkin untuk berkembang menjadi penyakit serius. Orang dengan demam, batuk dan kesulitan bernapas harus mencari perhatian medis.
Wuhan China, adalah yang pertama terjangkit, dan menimbulkan banyak korban. Dunia menyaksikan keganasan penyebaran Covid-19. Kemudian menyebar ke ratusan Nagara, bahkan Dunia. Uniknya, Rusia Negara yang berbatasan dengna China, justru lolos dari penyebaran virus.
Dari beragai refrensi salah satu alasan mengapa virus Corona tidak menyebar di Rusia, meskipun ada di perbatasan China, ternyata dokter-dokter di bandara Moskow, menunggu setiap pesawat dan memeriksa penumpang yang datang. Karena mereka paham Virus Corona bukan untuk lelucon.
Agak berbeda dengan Italy, yang kini hanya dalam waktu sebulan sejak kematian pertama akibat virus corona terjadi di Italia, potret kehidupan di Negeri “Pizza” langsung berubah drastis. Ketika kasus kematian itu terjadi, situasi di Italia masih normal seperti biasanya. Kafe-kafe dan bar penuh sesak, tempat-tempat wisata ramai pengunjung, dan kehidupan politik masih sedramatis biasanya.
Namun sekarang situasinya berbeda jauh. Jalanan di Italia sepi, dan para politisi sangat sibuk, dalam perjuangan negara menahan pandemi global terburuk selama hampir seabad ini. Jumlah kematian akibat Covid-19 di Italia sekarang yang tertinggi di dunia, menyalip China tempat wabah ini pertama kali muncul akhir tahun lalu.
Kematian pertama, seorang pensiunan pekerja bangunan di dekat Padua, diiringi peningkatan yang stabil dalam penambahan kasus. Pemerintah kemudian melakukan isolasi di beberapa kota di wilayah tersebut. “Semuanya terkendali,” kata Perdana Menteri Giuseppe Conte, setelah penutupan pertama dilakukan.
Dia berharap bisa membendung kekhawatiran atas penyebaran virus corona di Italia, tapi terbukti keyakinannya masih prematur. Sekarang, lebih dari 4.800 orang telah meninggal karena virus corona di negara Mediterania itu, dan lebih dari 53.000 orang terinfeksi. Hal ini memicu krisis kesehatan masyarakat, dan membuat sistem perawatan kesehatan di Italia sangat kewalahan.
Di Indonesia, justru diawali dengan banyak tokoh politik hingga pejabat negara lebih dulu sibuk dengan eyel eyelan, adu argumen, dan itu di pertontotankan kepada Publik. Dunia bahkan menggunjing Indonesia dengan berbagai anekdot, atas sikap main main menangani Covid-19.
Tiba-tiba Negara Arab menutup Umroh, Bandara Bandara Negara negara lain menolak pesasawat Indonesia, termasuk warning WHO, satu warga tewas positif Covid-19, dan terus bertambah, baru seolah olah sudah mengantisipasi. Dengan berbagai cara, dan kini hanya daalam hitungan hari kini korban terus bertambah yang dalam persentase jumlah kita tertinggi di Asean.
Hari ini, Jubir Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto dalam pernyataannya di Graha BNPB, Jakarta, Minggu Sabtu 22 Maret 2020 menyebutkan jumlah warga yang meninggal total menjadi 48 orang, dengan positif Covid 19 514 orang. Penambahan kasus meninggal dari perjalanan penyakit ini sebanyak 10 orang. Total meninggal sekarang pada posisi sekarang adalah 48 orang.
Hingga per 22 Maret, Kasus Positif Corona di Indonesia Jadi 514, Sementara itu, pasien yang sembuh bertambah 9 orang. Total pasien yang sembuh saat ini 29 orang. dengan dua kali pemeriksaan negatif dan dinyatakan sembuh dan dibolehkan pulang sebanyak 9 orang sehingga totalnya menjadi 29 orang.
Jika melihat persentase Jumlah Hingga hari ini, Ahad, sudah 514, ada potensi sebulan ke depan mencapai ribuan orang. Seorang teman, menghubungi saya, dia cerita kekagetanya saat dia melakukan perjalanan ke Hong Kong-Kuala Lumpur-Jakarta-Lampung. Saat di Hongkong, Bandara Internasional Hong Kong memberlakukan pengawasan ketat terhadap warga negara asing karena wabah virus Covid-19 menyebar ke berbagai negara.
Di Hong Kong, pendatang wajib melewati thermal scanner dan thermo gun serta memakai masker dan diberi buku kecil alur penanganan Covid-19 oleh petugas bandara. Pihak bandara juga melakukan pencegahan dengan menyemprotkan disinfektan selama dua jam sekali di sudut ruangan. Mereka membersihkan lebih sering tombol lift dan pegangan eskalator.
Di Bandara Internasional Kuala Lumpur, pengawasan ketat hampir serupa. Bedanya, penumpang masih ada yang tidak menggunakan masker. Bagaimana dengan Bandara Internasional Raden Intan, Soekarno Hatta??
Presiden Joko Widodo mengumumkan pasien 01 dan pasien 02 positif Corona di Indonesia, teman itu tidak melihat petugas bandara yang memeriksa suhu tubuh secara manual dengan thermo gun. Lalu, pengisian data tidak diperiksa seperti nomor telepon penumpang. Padahal bersama rombongan pesawat itu baru saja dari Hong Kong dan Malaysia, dua negara yang terpapar Covid-19.
Brosur Malaysia, kalau datang dari negara terpapar Covid-19, disuruh pakai masker selama 14 hari di publik. Di Indonesia, brosurnya ngomongin lain. “Ini kebijakan pemerintah kita gimanaya, Malah lebih ketat urusan bagasi dan cukai dibandingkan soal Corona,”
Saat dunia heboh dengan wabah Corona, tapi data Badan Pusat Statistik Nasional per Januari 2020 menyebut 796.934 wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia melalui 32 bandara internasional. Bandara Internasional Ngurah Rai di Denpasar menjadi pintu masuk tertinggi (526.823 orang), berikutnya Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang (173.453 orang), Bandara Internasional Juanda, Surabaya (17.047 orang), dan Bandara Internasional Kualanamu, Medan (19.327 orang).
Dua warga Indonesia dinyatakan positif Covid-19 pada 2 Maret lalu oleh Presiden Joko Widodo. Panularan terhadap pasien 01 dan 02 terkait kasus ke-24 Malaysia yang dinyatakan positif Corona pada 27 Februari lalu setelah pulang dari Indonesia. Bahkan media menulis kasus warga negara asing positif Corona setelah pulang dari Indonesia bukan kali pertama terjadi. Ada delapan kasus lain.
Warga negara Tiongkok asal Wuhan positif Covid-19 setelah berkunjung ke Bali selama seminggu. Ia dinyatakan positif pada 4 Februari. Lalu warga Jepang berusia 60 tahun positif Corona pada 22 Februari setelah berkunjung ke Bali selama tiga hari.
Tiga kasus lain, yakni warga negara Singapura dan Myanmar positif Corona, setelah tiga hari berkunjung ke Batam. Pasien 101 Singapura dinyatakan positif pada 25 Februari; pasien 103 dan 104 dinyatakan positif pada 1 Maret lalu. Kasus warga Singapura lain atau disebut pasien 107 positif Corona setelah berkunjung ke Jakarta selama empat hari.
Perempuan 68 tahun dinyatakan positif pada 2 Maret oleh Kementerian Kesehatan Singapura. Selandia Baru mengonfirmasi kasus pertama virus Corona pada 28 Februari. Riwayat perjalanan pasien 01 itu dari Iran, yang transit di Bandara Ngurah Rai. Ada sekitar dua jam pasien itu transit sebelum terbang ke Auckland, kota Metropolitan terbesar di Selandia Baru.
Begitu pula warga Australia, perempuan 30 tahun yang positif Corona setelah kembali dari Iran melalui Denpasar. Pemerintah Negara Bagian Victoria sedang mencari data seluruh penumpang pesawat Malindo Air nomor penerbangan OD 177 rute Denpasar-Melbourne pada 28 Februari 2020. Kepala otoritas kesehatan Victoria Dr Brett Sutton mengatakan perempuan itu sudah merasakan gejala-gejala sakit ketika akan menaiki pesawat dari Denpasar.
Lalu, bagaimana dengan di Lampung, yang sudah menyatakan 1 orang postif Covid-19, dengan riwayat kontak dengan rekannya yang meninggal di Solo dan Jakarta, usai mengikuti kegaiaatan di Bogor, yang juga positif Covid 19. Terhitung tanggal 29 Maret 2020 kembali ke Lampung, tentunya telah melakukan intraksi, di rumah, tetangga, bahkan mungkin kelompok.
Apalagi pasien Corona-01 Lampung ini, adaalah tokoh di salah satu kelompok masyarakat, Dinas kesehatan menyebut telah mentraking 65 orang, diantaranya ada 7 petugas medias Puskesmas, dan Rumah Sakit. Dan tentunya ke tujuh petugas medis itu juga punya keluarga, kerabat, teman dan lain lain. Yang saat ini baru di karantina di rumahkan.
Pertanyaannya, kenapa tidak langsung di karantina di Rumah Sakit? Kenapa menunggu Positif dulu baru rawat isolasi di Rumah Sakit. Harus jika ingin memutus penyebaraan, siapa siapa yang masuk daftar tracking langsung di karantina di rumah sakit, dan dilakukan sterilisasi wilayah dan rumah, serta kantor.
Melihat karakter masyarakat, yang cenderung bandel, harusnya, daerah yang terinfeksi positif, dapat segera melakukan lockdown atau isolasi terbatas, agar mudah bagi pemerintah dan tidak menyebar ke daerah lainnya. Tinggal minta restu ke pusat.
lockdown secara minor di areal yang positif. Sehingga tidak menunggu jatuh banyak korban. Dan orang orang yang terkait dengan pasien (contact tracing) melapor ke rumah sakit, ada baiknya jangan biarkan pemerintah sendiri berpacu dengan Corona. Semoga Lampung dijauhkan dari penyebaran covid-19.***