Tag: Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN)

  • Gerhana Bulan 28 Juli 2018 di Indonesia

    Gerhana Bulan 28 Juli 2018 di Indonesia

    Jakarta (SL) – Gerhana bulan terakhir yang dapat diamati tahun ini adalah gerhana bulan total tanggal 28 Juli nanti. Uniknya, gerhana bulan tersebut akan menjadi gerhana bulan dengan durasi gerhana total terlama dalam abad ke-21, yaitu selama 1 jam 43 menit.

    Hal ini dapat disebabkan karena lintasan bulan hampir mendekati garis tengah lingkaran bayangan gelap (umbra) bumi pada saat itu. Sehingga bulan akan berada dalam bayangan tersebut dalam waktu yang relatif lebih lama.

    Selain itu, jarak bumi-bulan juga berpengaruh, lintasan bulan mengelilingi bumi tidaklah lingkaran sempurna, tetapi berbentuk sedikit lonjong.

    Sehingga ada kalanya bulan berada dekat dengan bumi dan ada kalanya Bulan berada lebih jauh dari bumi. Saat 27 Juli nanti, bulan akan berada di titik terjauhnya dari bumi (apoge).

    Hal ini menyebabkan bulan akan terlihat sedikit lebih kecil bila diamati dari bumi dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk melewati bayangan gelap bumi tersebut. Untuk faktor yang kedua inilah bulan purnama yang terjadi ketika bulan berada di titik terjauhnya dari bumi disebut juga micro moon.

    Salah satu fenomena yang menarik saat gerhana bulan total terjadi adalah berubahnya warna bulan menjadi kemerahan. Perubahan warna ini diakibatkan oleh adanya cahaya matahari yang dibiaskan oleh atmosfer bumi.

    Bulan menjadi berwarna kemerahan karena warna-warna lain dihamburkan oleh atmosfer bumi, sedangkan cahaya berwarna merah lebih mudah untuk diteruskan. Warna ini juga dipengaruhi oleh banyaknya debu dan partikel di atmosfer bumi.

    Semakin banyak debu, semakin gelap warna bulan. Jika bumi tidak memiliki atmosfer, maka bulan akan menjadi gelap total ketika gerhana bulan total terjadi. (lapanRI)

  • LAPAN dan BMKG Bantah Suhu Dingin di Pulau Jawa Akibat Fenomena Aphelion

    LAPAN dan BMKG Bantah Suhu Dingin di Pulau Jawa Akibat Fenomena Aphelion

    Bandarlampung (SL) – Dalam beberapa hari terakhir ramai perbincangan di media sosial tentang cuaca dingin yang dirasakan di Tanah Air. Bahkan di Kota Bandung, Jawa Barat, suhunya mencapai 18 derajat celsius. Benarkah kabar tersebut atau hanya omongan tanpa dasar semata? Kemudian sebuah broadcast message menyebut hal ini disebabkan oleh fenomena aphelion.

    Berita tersebut kemudian dibantah oleh pihak Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kendati demikian, penurunan suhu yang sekarang terjadi tidak ada kaitannya sama sekali dengan fenomena aphelion tersebut.

    Hal ini ditegaskan oleh Kepala Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional ( LAPAN) Thomas Djamaluddin. Ia menjelaskan, suhu udara dipengaruhi oleh distribusi panas di bumi akibat perubahan tahunan posisi matahari. “Angin dari Australia yang sedang musim dingin bertiup ke Indonesia. Itu sebabnya, beberapa kota di pulau Jawa mengalami udara yang dingin,” imbuhnya.

    Namun hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan, apa sebenarnya titik aphelion itu? Marufin Sudibyo, seorang astronom amatir, menjelaskan bahwa aphelion atau aphelium adalah titik terjauh (apoapsis) Bumi terhadap Matahari (helion). “Gabungkan apoapsis dengan helion, maka ketemulah aphelion. Aphelion adalah konsekuensi langsung dari bentuk orbit Bumi yang lonjong (ellips). Dalam bentuk ellips ini terdapat dua titik pusat (fokus) dan salah satunya ditempati oleh Matahari kita,” kata Marufin.

    Marufin juga menjelaskan, ada konsekuensi dari bentuk orbit bumi tersebut. “Konsekuensi dari bentuk orbit yang ellips maka ada titik yang terdekat terhadap Matahari (disebut perihelion) dan ada titik yang terjauh, ya si aphelion itu,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Marufin menegaskan bahwa setiap tahunnya Bumi akan berada di titik terjauh dan terdekatnya dengan Matahari. “Bumi menempati perihelion pada setiap awal Januari, tepatnya sekitar 14 hari setelah Matahari berada di titik balik selatan (solstice Desember). Sebaliknya Bumi juga menempati aphelion setiap awal Juli, yakni sekitar 14 hari pasca Matahari berada di titik balik utara (solstice Juni),” katanya.

    Pendapat senada juga diungkapkan oleh Rukman Nugraha, peneliti muda BMKG. “Betul bahwa hari Jumat, 6 Juli 2018 pukul 23:47 WIB, Bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari, yang dikenal sebagai titik aphelion. Pada saat tersebut, jarak Bumi-Matahari adalah 152,1 juta km,” kata Rukman.

    Menurut Rukman, berkebalikan dengan aphelion, titik terdekat Bumi dan Matahari (perihelion) telah terjadi pada 3 Januari 2018 pukul 12:34 WIB. Menurutnya, saat itu jarak Bumi-Matahari adalah 147,1 juta km. Semua jarak tersebut diukur pusat Matahari ke pusat Bumi atau dikenal dengan istilah centre-to-centre.

    “Berubahnya posisi Bumi relatif terhadap Matahari tersebut karena bentuk orbit Bumi yang bukanlah berupa lingkaran, tetapi berupa ellips, dengan nilai eksentrisitasnya sebesar 0,0167. Sebagai catatan, jika nilai eksentrisitasnya orbit suatu benda adalah 0, maka bentuk orbitnya adalah lingkaran,” jelas Rukman.

    Hal yang sama pun diungkapkan oleh Mulyono R. Prabowo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG menambahkan, tidak hanya pulau Jawa saja yang mengalami penurunan suhu. Hal yang sama juga dirasakan di Bali, NTB, dan NTT.

    Sementara, Prakirawan BMKG Klas 1 Bandung, Iid Mujtahidin, di Bandung, Jumat (6/7) mengatakan, dari pantauan alat pengukur suhu udara, tercatat dalam bulan Juli suhu minimum hingga mencapai 16,4 derajat celcius pada Jumat (16/7), dengan kondisi kelembapan yang relatif rendah berada pada nilai 38 persen.

    Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung memprediksi suhu dingin yang terjadi di sebagian wilayah Jawa Barat akan berlangsung hingga September 2018. “Selama periode musim kemarau Juni-September suhu udara relatif lebih dingin bila dibandingkan periode musim hujan,” ujar Iid Mujtahidin, di Bandung.

    Fenomena suhu dingin ini, kata dia, disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya di wilayah Benua Australia sedang terjadi musim dingin terutama puncaknya terjadi di antara bulan Juli, Agustus, September.(net)