Tag: Lion Air

  • DPR Panggil Manajemen Lion Air Terkait Kebijakan Bagasi Berbayar

    DPR Panggil Manajemen Lion Air Terkait Kebijakan Bagasi Berbayar

    Jawa Tengah (SL) – Dipastikan minggu ini manajemen Lion Air segera dipanggil komisi V dalam rangka mengklarifikasi kebijakan bagasi berbayar. Mengingat, kebijakan ini memberatkan masyarakat juga kalangan pengusaha.

    Hal ini dikatakan Bambang Haryo Soekartono dari komisi V DPR RI saa melakukan kunjungan dadakan di Bandara Internasional Adi Soemarmo, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (23/1).

    Bambang mengatakan, bagasi berbayar seperti yang diberlakukan Lion Air dan Wings Air memang dibolehkan oleh undang-undang. Namun, maskapai harus tetap mempertimbangkan kondisi masyarakat. Jika memang memberatkan, Menhub wajib untuk mencegah atau mengatur besaran tarifnya. (net)

  • Lion dan Wings Air Kenakan Biaya Tambahan Bagi Penumpang Bawa Bagasi Lebih Dari 7 Kg

    Lion dan Wings Air Kenakan Biaya Tambahan Bagi Penumpang Bawa Bagasi Lebih Dari 7 Kg

    Jakarta (SL) – Lion Air dan Wings Air akan mengenakan biaya tambahan bagi penumpang domestik yang membawa barang bawaan atau bagasi lebih dari tujuh kilogram. “Biaya kelebihan bagasi disesuaikan tarif yang berlaku pada hari keberangkatan,” kata Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, Jumat (4/1).

    Kebijakan kedua maspakai berlaku efektif per 8 Januari 2019 sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Bagi penumpang yang sudah membeli tiket sebelum 8 Januari 2019, Danang mengatakan aturan baru tidak berlaku. Penumpang tetap memeroleh bagasi cuma-cuma 20 kg untuk Lion Air dan 10 kg untuk Wings Air.

    Aturan lain yang juga diberlakukan penerbangan Lion Air Grup, setiap calon penumpang, kecuali bayi, diperbolehkan membawa satu bagasi kabin (cabin baggage) dengan berat maksimum tujuh kg dan satu barang pribadi (personal item) seperti tas laptop, perlengkapan bayi, bahan membaca, binocular, tas jinjing wanita (hand luggage).

    Ketentuan maksimum ukuran dimensi bagasi kabin adalah 40cm x 30cm x20 cm. Penerbangan Lion Air Group juga memberlakukan bahwa beberapa barang yang diikat atau dibungkus jadi satu tidak akan dianggap sebagai satu buah bagasi kabin.

    Bagi calon penumpang dalam hal ini pengguna jasa Lion Air dan Wings Air yang akan membawa bagasi, Danang menjelaskan dapat melakukan pembelian voucher bagasi (pre-paid baggage) melalui agen perjalanan (tour and travel), website Lion Air dan kantor penjualan tiket Lion Air Group.

    “Penerbangan Lion Air dan Wings Air menawarkan kapasitas bagasi ekstra atau kelebihan atas bagasi yang ditetapkan (excess baggage ticket). Hal ini sebagai bagian upaya membantu setiap pelanggan dalam meminimalisir biaya tambahan yang relatif tinggi karena kelebihan bagasi,” paparnya.

    Terkait pre-paid baggage, kata dia, setiap calon penumpang dapat membeli dengan harga terjangkau dan lebih hemat bersamaan pembelian tiket (issued ticket) atau sesudah pembelian tiket dengan batas waktu enam jam sebelum keberangkatan.

    Danang juga menjelaskan aturan soal penggunaan baterai daya tambahan portabel (powerbank). Dia menjelaskan perangkat daya dengan kapasitas maksimum 100 Wh (atau 20.000 mAh) hanya diperbolehkan untuk dibawa ke kabin, dan tidak diizinkan di dalam bagasi terdaftar.

    Untuk powerbank berkapasitas 100-160Wh (20.000 hingga 32.000 mAh), masih kata Danang, harus melalui persetujuan dari Lion Air Group. Adapun baterai portabel atau baterai lithium cadangan yang mempunyai daya jam lebih dari 160 Wh sama sekali dilarang dibawa ke pesawat. “Selama penerbangan, setiap pelanggan dilarang menggunakan powerbank,” demikian kata Danang. (RmolLpg)

  • Pilot Lion Air: Kami Tak Akan Terbangkan Pesawat yang Tak Laik Terbang

    Pilot Lion Air: Kami Tak Akan Terbangkan Pesawat yang Tak Laik Terbang

    Tangerang (SL) – Beberapa perwakilan dari pilot dan instruktur Lion Air Grup menggelar konferensi pers mengenai penjelasan standar operasional dan kegiatan sehari-hari biasa para pilot sebelum menerbangkan pesawat.

    Konferensi itu dilakukan untuk menyikapi insiden jatuhnya Lion Air PK-LQP rute Jakarta-Pangkal Pinang beberapa waktu lalu di Tanjung Pinang, Karawang, Jawa Barat. Insiden itu menewaskan seluruh penumpang dan kru pesawat.

    Konferensi pers dilakukan di area Lion Simulation Center, Tangerang, Banten, Sabtu (1/12). Ada enam perwakilan yang hadir dalam acara ini yakni Captain Rusmanur Effendy, Captain Sogii Prakoso, Captain Audi Punuh, Captain David Edwin Simajuntak, Captain Talal Hamad, dan Captain Yusni Maryan.
    Captain Rusmanur yang sudah selama 34 tahun menjadi pilot mengungkapkan bahwa hampir 82 persen kegiatan yang dilakukan oleh para pilot yang bernaung dalam Lion Group beraktivitas di tempat itu. Jadi semua pilot, pemula maupun expert, bertukar pikiran dan melakukan diskusi di Lion Simulator Center.
    “Fasilitas di sini cukup baik. Di mana kami juga ada beberapa warga negara asing, semua dididik di sini untuk disiplin untuk menerbangkan pesawat dengan mengutamakan keselamatan agara bisa sampai tujuan,” kata Rusmanur di lokasi, Sabtu (1/12).(kumparan)
  • Lion Air Bermasalah Sebelum Jatuh, KNKT Beberkan Data FDR

    Lion Air Bermasalah Sebelum Jatuh, KNKT Beberkan Data FDR

    Karawang (SL) – Komite Nasional Keselamatan Transpotrasi (KNKT) menyimpulkan pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT610 tidak mengalami kerusakan atau bermasalah sebelum jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) lalu.

    Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo mengatakan dugaan itu berdasarkan analisa atas parameter mesin yang direkam Flight Data Recorder(FDR) milik Lion Air PK-LQP. “Kami bisa simpulkan bahwa mesin tidak menjadi kendala dalam penerbangan ini,” ujar Nurcahyo dalam raker antara Komisi V DPR dengan Kemenhub, KNKT, Basarnas, Polri, dan BMKG di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (22/11).

    Nurcahyo menuturkan parameter mesin bagian kanan dan kiri milik Lion Air PK-LQP hampir seluruhnya menunjukkan angka yang konsisten. Hal itu terlihat dari grafik dalam FDR yang diunduh KNKT.

    Meski mesin tak bermasalah, Nurcahyo menyampaikan ada perbedaan penunjuk kecepatan antara pilot dan co-pilot sejak awal pesawat bergerak saat lepas landas di Bandara Soekarno-Hatta. Hal itu terlihat dari indikator angle of attack (AOA) sisi kiri dan kanan pesawat Lion Air PK-LQP yang berbeda sejak awal bergerak. “Indikator yang kanan lebih tinggi daripada yang kiri. Kemudian pesawat mulai bergerak, kecepatan mulai naik, kemudian kecepatan berpisah. Jadi antara kiri dan kanan tidak sama,” ujarnya.

    Pada saat menjelang terbang, Nurcahyo menuturkan pesawat Lion Air PK-LQP juga mengalami stick shaker atau kemudi pada pilot bergetar. Hal ini merupakan indikasi bahwa pesawat akan mengalami kehilangan daya angkat. “Kemudian pesawat tetap terus terbang, kemudian sempat turun sedikit, kemudian naik lagi dan kira-kira berada di ketinggian 5.000 ribu kaki,” ujar Nurcahyo.

    Saat kondisi pesawat di atas ketinggian 5.000 kaki, Nurcahyo menyampaikan Automatic Trim Down atau Manuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) secara otomatis menggerakkan hidung pesawat untuk turun. Ia berkata, MCAS merespons karena pesawat akan kehilangan daya angkat lantaran terjadi perbedaan pada AOA.

    Namun, ia menuturkan pergerakan otomatis MCAS dilawan oleh pilot hingga ‘akhir’ penerbangan. Ia berkata pilot melakukan trim up saat pesawat trim down. “Tercatat di akhir penerbangan Automatic Trimnya bertambah namun trim dari pilotnya durasinya semakin pendek. Akhirnya jumlah trimnya mengecil, jumlah beban di kemudi makin berat dan pesawat turun,” ujarnya.

     

    Kerusakan yang Sama Saat Denpasar-Jakarta

    Dalam penerbangan Lion Air PK-LQP dari Bali menuju Jakarta malam sebelumnya, Nurcahyo menuturkan kondisi pesawat memiliki kendala yang sama dengan yang terjadi saat penerbangan dari Jakarta menuju Pangkalpinang. Hal itu terlihat dari perbedaan AOA dan kecepatan pada sisi kiri dan kanan pesawat Lion Air PK-LQP. Ia juga menyebut penerbangan sebelumnya juga terjadi stick shaker menjelang lepas landas.

    Namun kondisi MCAS pada penerbangan dari Bali-Jakarta tidak terjadi hingga mendarat di Bandara Soetta karena sempat dilawan oleh pilot. “Jadi ada sesuatu yang dilakukan oleh pilotnya untuk menghentikan MCAS,” ujar Nurcahyo.

    Terkait dengan munculnya pergerakan MCAS itu, pihaknya menduga karena ada empat kesalahan atau kegagalan sistem yang terjadi dalam satu waktu. Namun pilot melakukan prosedur pertama dalam empat prosedur yang mesti dilakukan, yakni mematikan stabilizer trim guna menghentikan pergerakan MCAS. “Dan pilot harus melakukan empat prosedur. Namun demikian pilot melakukan prosedur yang pertama, yaitu mematikan stabilizer trim sehingga MCAS tidak lagi bergerak,” ujarnya. (djitoenews.com)

  • Empat Dari Enam Korban Lion Air Asal Lampung Sudah Dimakamkan

    Empat Dari Enam Korban Lion Air Asal Lampung Sudah Dimakamkan

    Bandarlampung (SL) – Empat dari enam penumpang Lion Air yang jatuh berhasil diidentfikasi Tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Polri Kramat Jati Jakarta Timur.

    Terakhir, tim berhasil mengidentifikasi tiga penumpang Lion Air JT-610, Sabtu (17/11), yakni Xherdan Fachridzi (4), putra Wahyu Alldila asal Kabupaten Pringsewu.

    Wahyu Alldila sudah dimakamkan di kampung halaman Kelurahan Pringsewu Selatan, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, sepekan lebih lalu (7/11). Jenazah dikenali sehari sebelumnya, 6 November 2018. Sedangkan putranya, hasil kesepakatan keluarga besar, dimakamkan di daerah asal ibunya, Wahyu Alldila, di Pangkalpinang, Bangka Belitung. Jenazah Xherdan Fachridzi berangkar dari Jakarta Sabtu (18/11), pukul 06.20 WIB.

    Sebelumnya, Tim DVI berhasil mengidentifikasi empat penumpang asal Lampung yakni Wahyu Alldila, Xherdan Fachridzi, Robert Susanto (56) dan anaknya Wendy (29).

    Dua penumpang asal Lampung yang masih belum teridentifikasi yakni Arfiandi asal Metro dan Hendara Tanjaya (65) asal Kotabumi, Lampung Utara
    Robert Susanto dan Wendy dimakamkan di Kotabumi, Lampung Utara.

    PT Jasa Raharja Cabang Lampung telah menyerahkan santunan untuk Wahyu Alldila kepada istrinya di Pangkalpinang, Bangka Belitung, sedangkan santunan untuk Robert Susanto dan Wendi diserahkan di Lampung Utara. Tim identifiksi sudah berhasil mengidentifikasi 98 orang : 72 llaki-laki dan 26 perempuan. (Rmollampung)

  • Repdem Riau : Evaluasi Lion Air, Jangan Biarkan Nyawa Rakyat Terancam

    Repdem Riau : Evaluasi Lion Air, Jangan Biarkan Nyawa Rakyat Terancam

    Riau (SL) – Organisasi Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) menegaskan agar pemerintah segera melakukan pembekuan izin kepada PT Lion Mentari Airlines sebagai operator yang mengoperasikan pesawat Lion Air. Lantaran layanan pesawat Lion Air dinilai semakin mengkhawatirkan nyawa bagi pengguna jasa angkutan udara tersebut.

    “Harus segera dilakukan tindakan tegas karena menyangkut nyawa manusia, ini menyangkut keselamatan rakyat Indonesia yang menggunakan jasa angkutan udara tersebut” ungkap aktifis Repdem Provinsi Riau, Ricky Januari Nainggolan Kamis (8/11/2018).

    Pasalnya kata Ricky, belum selesai tragedi kemanusian karena jatuhnya Lion Air JT-610 yang menewaskan 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak dan 2 bayi dengan 2 Pilot dan 5 FA yang jatuh di laut Karawang pada Senin (30/10/2018).

    “Ini sudah kembali membuat nyawa terancam karena insiden Lion Air JT 633 tujuan Bengkulu-JKT pada Rabu 7 November 2018” tegas Ricky.

    Hal tersebut, tegas Ricky menjadi landasan bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap maskapai penerbangan PT Lion Mentari Airlines.

    “Evaluasi izin operasi Lion Air secara menyeluruh, pemerintah jangan biarkan nyawa rakyat terancam, harus ditindak tegas minimal dibekukan dulu izinnya sampai benar-benar manajemen mereka membenahi internal maupun meningkatkan standar keselamatan jasa penerbangan mereka” tukas Ricky.

    Sebelumnya pada Rabu malam (7/11/2018) sekitar pukul 18.20 Wib, pesawat Lion Air JT 633 tujuan Bengkulu Jakarta menyenggol tiang titik koordinat yang ada didepan gerbang VVIP Bandara Fatmawati Sukarno.

    Kejadian tersebut, menurut Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro,  Rabu malam (7/11/2018) menyampaikan kronologis terkait layanan bernomor JT-633 rute Bandar Udara Fatmawati Soekarno, Bengkulu (BKS) menuju Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang (CGK) yang mengalami keterlambatan terbang.

    “Pesawat Boeing 737-900ER registrasi PK-LGY yang sedianya lepas landas pukul 18.20 dari Bengkulu dibatalkankan keberangkatannya” kata Danang.

    “Ketika pesawat bergerak menuju landas pacu (runway) ternyata ujung sayap menyenggol tiang lampu koordinat landas parkir (apron) bandar udara, sehingga mengalami kerusakan” terangnya.

    Menurut Danang bahwa pesawat digerakkan oleh pilot dengan panduan dan petunjuk serta tanda yang diberikan oleh petugas Aircraft Movement Control (AMC).

    “Petugas AMC tersebut merupakan personel dari pengelola bandar udara dan sedang diperiksa oleh pihak terkait” ujarnya.

    “Sebagai informasi, penerbangan JT-633 mengangkut tujuh kru pesawat dan 143 penumpang telah diberangkatkan dengan menggunakan pesawat registrasi PK-LHM serta kru yang berbeda. Pesawat mengudara pukul 22.48 WIB dari Bengkulu dan sudah mendarat di Soekarno-Hatta, Tangerang pukul 23.50 WIB, Rabu (07/ 11)” tutup Danang. (bukamata.co)

  • Obral Tiket Jakarta Singapura Rp100 Ribu Pasca Pesawatnya Jatuh, Lion Air Sebut Itu Promo Yang Terjadwal

    Obral Tiket Jakarta Singapura Rp100 Ribu Pasca Pesawatnya Jatuh, Lion Air Sebut Itu Promo Yang Terjadwal

    Jakarta (SL) – Lion Air angkat suara soal kabar penjulan tiket pesawat Jakarta – Singapura dengan harga murah. Bahkan, tiket Lion Air Jakarta-Singapura bisa didapatkan dengan harga Rp100.000. Kabar itu dibenarkan oleh Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro.

    “Harga tersebut sebagai bagian salah satu harga promo yang sudah terjadwal,” kata Danang,di  Jakarta, Jumat (2/11/2018). Danang mengatakan, penjulan tiket Jakarta-Surabaya mulai dari Rp 100.000 dilakukan lantaran saat ini memasuki masa low season. Low season adalah periode permintaan untuk berpergian ke suatu tempat rendah. Pemilihan Singapura sebagai destinasi yang dipilih Lion Air juga bukan tanpa alasan.

    Menurut Danang, Singapura adalah salah satu destinasi favorit penumpang. “Singapura menjadi salah satu destinasi internasional terbaik (yang diminati penumpang),” kata dia. “Kita perlu mengakomodir kebutuhan masyarakat untuk traveling,” ujarnya. “Tetapi tadi itu tidak semua seat dijual begitu. Artinya kita menjual itu karena ada komponen harga tiket itu ada sub kelasnya. Sub kelas yang paling bawah itu kami publish sebagai harga promo,” sambung Danang.

    Danang membantah penjualan tiket murah oleh Lion Air ada hubungannya dengan kejadian kecelakan pesawat Lion Air PK-LQP di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. “Tidak ada dampak dari kejadian seminggu ini yang menimpa kami,” ucap dia.

    Pesawat Lion Air JT 610 dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat pada Senin (29/10/2018). Pesawat itu jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Tangerang, Banten. Pesawat yang baru beroperasi pada 15 Agustus 2018 itu diketahui membawa 189 orang, yang terdiri dari 178 penumpang dewasa, 1 orang anak, 2 bayi, dan 8 awak pesawat. Hingga Jumat (2/11/2018),  baru satu jasad yang teridentifikasi atas nama Jannatun Cintya Dewi dan sudah dikebumikan di kampung halamannya, Sidoarjo.

    Mesin Lion Air PK-LQP ditemukan

    Terbaru, tim komando pasukan katak TNI Angakatan Laut berhasil menemukan benda yang diduga mesin Pesawat Lion Air yang jatuh pada Senin lalu di kedalaman 30 meter. Visual penemuan puing-puing yang merupakan bagian dari bangkai pesawat berhasil direkam oleh petugas.

    Puing-puing serpihan tersebut ditemukan pada Kamis (1/11/2018) pagi hingga sore hari. Penemuan puing badan pesawat tersebut disiarkan langsung KOMPAS TV. Cuplikan video tersebut turut diunggah pada laman Youtube KOMPASTV pada 1 November 2018. Dalam video tampak puing pesawat Lion Air JT 610 berserakan di dasar laut.

    Salah satu benda cukup berukuran besar turut ditemukan tim penyelam di dasar laut. Benda tersebut diduga mesin pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT-610. Tampak pada video, puing diduga mesin pesawat tersebut diikat oleh petugas menggunakan tali. Rencananya pada Jumat (2/11/2018) pagi ini benda diduga mesin tersebut akan diangkat.

    Sebelumnya, Kamis (1/11/2018), satu kotak hitam atau black box pesawat Lion Air sebelumnya sudah berhasil ditemukan di dasar perairan Karawang. Black box ditemukan di kedalaman 30 meter oleh tim penyelam TNI AL dari Batalyon Intai Amfibi (YonTaifib) TNI AL pukul 10.05 WIB. Black box yang ditemukan ini kemungkinan besar berisi rekaman data penerbangan atau flight data recorder (FDR).Black box tersebut kini sudah berada di Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT). KNKT akan langsung mengunduh data yang ada dalam black box tersebut. (rls/red)

  • Roda Pesawat Lion Air di Perairan Tanjung Karawang Berhasil Ditemukan Prajurit TNI

    Roda Pesawat Lion Air di Perairan Tanjung Karawang Berhasil Ditemukan Prajurit TNI

    Tanjung Karawang (SL) – Prajurit TNI dari satuan Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) yang dipimpin oleh Kadislambair Kolonel Laut (E) Monang Sitompul berhasil menemukan Roda Pesawat Lion Air JT-610 di perairan Tanjung Karawang, Laut Jawa, Jawa Barat, Jumat (2/11/2018).

    Penemuan Roda Pesawat Lion Air JT-610 oleh tim penyelam TNI AL membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam baru sampai ke permukaan laut dan dinaikkan ke Landing Craft Utity (LCU) 593-II KRI Banda Aceh 593. Selanjutnya dari LCU 593-IIRoda Pesawat Lion Air JT-610 dipindahkan ke KRI Banda Aceh 593 yang sedang lego jangkar di perairan Tanjung Karawang, Laut Jawa, Jawa Barat.
    Menurut Kadislambair Kolonel Laut (E) Monang Sitompul bahwa penemuan hotspot ini berdasarkan data deteksi dari KRI Rigel 933 milik Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal)yang ditindaklanjuti tim penyelam TNI AL.  “Walaupun gelombang di atas permukaan laut terdapat 1 sampai 1,5 meter, namun roda Pesawat Lion Air JT-610 tersebut dapat diangkat dari dasar laut ke atas LCU 593-II KRI Banda Aceh 593,” katanya.(wartalika)
  • Anak Anggota DPRD Bangka Belitung Korban Lion Air JT 610 Dapat Beasiswa Pendidikan

    Anak Anggota DPRD Bangka Belitung Korban Lion Air JT 610 Dapat Beasiswa Pendidikan

    Bangka Belitung (SL) – DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan memberikan beasiswa pendidikan bagi anak lima anggota dan staf DPRD Babel yang menjadi korban Lion Air JT 610 register PK-LQP. Diketahui ada sembilan orang keluarga besar DPRD Babel yang menjadi korban, yakni enam orang anggota DPRD Babel, dua orang staf, dan satu istri anggota DPRD Babel.

    Ketua DPRD Babel, Didit Srigusjaya mengatakan beasiswa yang akan diterima anak-anak korban berkisar Rp 4-5 juta per bulan. Ini merupakan sumbangan dari 39 angota DPRD Bangka Belitung yang diambil dari gaji masing-masing anggota dewan.

    “Berdasarkan hasil inventarisir setwan dari 8 orang, ada lima yang anaknya masih sekolah Pak Mughni, Pak Dolar, Pak Murdiman, Tessa, dan Muhammad Syafi’i. Beasiswanya per bulan satu orang sekitar 4-5 juta,” kata Didit, Jum’at (2/11/2018). Santunan ini diberikan hingga berakhirnya masa jabatan anggota DPRD Bangka Belitung yakni September 2019 mendatang.

    “Mereka adalah keluarga kami, dan kami ingin melanjutkan cita-cita mereka agar anak mereka bisa mengenyam pendidikan dan tidak putus sekolah. 39 anggota DPRD Bangka Belitung sepakat untuk gajinya dipotong mulai bulan ini dipotong sampai akhir masa jabatan kami,” tambahnya.

    Disinggung untuk santunan purna bakti, bagi anggota DPRD Bangka Belitung, ia menyebutkan saat ini sedang diurus. “Pak setwan yang mengurus dan menginventarisir,” ujarnya.(bangkapos)

  • Boeing 737 MAX Lion Air yang Jatuh Ternyata Milik China

    Boeing 737 MAX Lion Air yang Jatuh Ternyata Milik China

    Jakarta (SL) – Media terbesar kedua milik pemerintah China, China News Service (CNS), mengatakan sebuah perusahaan asal negara itu, China Minsheng Investment Group Leasing Holdings Ltd (CMIG), adalah pemilik pesawat Lion Air yang jatuh hari Senin dengan membawa 189 penumpang.

    Perusahaan itu menyewakan pesawat berjenis Boeing 737 MAX 8 itu ke maskapai Lion Air, tulis The Washington Post, yang dikutip Kamis (1/11/2018). CNS mengutip CMIG Leasing yang mengungkapkan kesedihan mendalamnya atas kecelakaan itu dan menyatakan telah berkomunikasi dengan Lion Air, Boeing, serta organisasi lainnya.

    Perusahaan mengatakan ini adalah praktik umum bagi maskapai penerbangan untuk menyewa pesawat besar melalui perjanjian leasing dengan perusahaan ketiga. Pernyataan ini tidak ada di situs web perusahaan dan panggilan untuk berkomentar belum dijawab pada Senin sore.

    CMIG Leasing adalah bagian dari kelompok CMIG yang memiliki banyak jenis usaha, seperti logistik, energi, dan perawatan kesehatan.(cbncindonesia)