Tag: LRT

  • Kemenhub Hentikan Sementara Proyek Pembangunan LRT dan Kereta Cepat

    Kemenhub Hentikan Sementara Proyek Pembangunan LRT dan Kereta Cepat

    Jakarta (SL) – Kementerian Perhubungan menghentikan sementara proyek pembangunan kereta ringan (LRT) Jabodetabek dan kereta cepat Jakarta-Bandung. Penundaan dilakukan di area Jakarta-Cikampek (Japek), mulai dari kilometer 11 hingga 17.

    Kemacetan menjadi pemicu pemerintah menyetop sementara proyek ini. Alasan lainnya, seperti diungkapkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, waktu pengerjaan proyek lebih panjang dari target penyelesaian. Sekadar mengingatkan, target penyelesaian proyek LRT Jabodebek Tahap I adalah Mei 2019, yaitu jurusan Cawang-Dukung Atas, Cawang-Bekasi Timur, dan Cawang-Cibubur. Jurusan Cawang-Bekasi Timur merupakan bagian dari pembangunan proyek LRT yang melintasi rual tol Japek.

    Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menuturkan “pengerjaan proyek infrastruktur bernilai triliun-an rupiah bukan seperti menggoreng kacang yang bisa dihentikan secara tiba-tiba. Karena, kerugiannya akan berlipat-lipat”, ujarnya.

    Eko mencontohkan menyusun ulang jadwal pengerjaan proyek, bahan material yang terlanjur dipesan berpotensi nganggur, dan jadwal pengembalian investasi yang kemungkinan molor. Belum lagi, biaya pinjaman membengkak. “Bukan hanya aspek mereka yang sudah mengeluarkan uang harus berhitung dengan pengembalian investasinya, tapi juga ongkos yang lebih besar adalah image investasi Indonesia yang mahal,” katanya, Kamis (22/11).

    Berdasarkan catatan, nilai proyek LRT Jabodebek mencapai Rp29,9 triliun. Di antaranya Rp4,2 triliun dibiayai oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan Rp25,7 triliun dibiayai PT KAI (Persero). Untuk mengongkosi proyek tersebut, KAI dibantu oleh bank BUMN lewat kredit sindikasi sebesar Rp19,25 triliun.

    Sementara, pendanaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung juga mengandalkan dari pinjaman bank. Untuk proyek ini, China Development Bank (CDB) mengucurkan dana 75 persen dari total nilai proyek yang diperkirakan mencapai US$6,07 miliar.

    Tak Konsisten

    Menurut Eko, penundaan proyek adalah bentuk ketidakkonsistenan pemerintah terhadap kepastian berinvestasi di dalam negeri. Padahal, baru-baru ini pemerintah berupaya mendongkrak investasi dengan berbagai cara, mulai dari insentif perpajakan hingga revisi Daftar Negatif Investasi (DNI). “Di satu sisi, pemerintah mengeluarkan kebijakan relaksasi DNI, tetapi ada kementerian yang menunda-nunda pekerjaan proyek ini. Ujung-ujung zero sum game. Orang siapa yang mau masuk?” ujarnya heran.

    Selain itu, ‘mengkambing-hitamkan’ kemacetan dianggap kurang wajar. Toh, kemacetan bisa diantisipasi dengan pengalihan jalur. “Mereka kan tahu arus kendaraannya berapa setiap hari. Kalau ada pembangunan itu, harusnya dampaknya sudah tahu,” imbuh dia.

    Hal senada juga disampaikan Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal. Penundaan pengerjaan proyek membuktikan kelemahan perencanaan dan pengawasan pemerintah.

    Bahkan, ia menyebut bahwa penundaan itu telah mencoreng wajah investasi di Tanah Air. Makanya, daripada membanjiri investor dengan beragam insentif, ia mengusulkan ada baiknya pemerintah konsisten dalam menerapkan kebijakan. “Karena, umumnya, investor melihat konsistensi kebijakan pemerintah,” katanya.

    Suara lain datang dari Bambang Haryo Soekartono, Anggota Komisi V DPR. Menurut dia, seharusnya pemerintah mendorong percepatan penyelesaian proyek. Bukan menunda. Sebab, penundaan berisiko terhadap kualitas material yang sudah kadung dipasang, termasuk risiko proyek mangkrak.

    Makanya, ia berniat memanggil Budi Karya untuk meminta penjelasan. “Banyak sekali proyek pemerintah yang ditunda. Kami juga perlu tahu penyebabnya apa, karena tidak punya uang, biaya yang membengkak, atau karena memang untuk mencegah macet,” jelasnya.

    Terkait hal itu, operatora proyek, yakni KCIC mengaku masih akan berkoordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait pada pekan ini juga. Direktur Utama KCIC Chandra Dwiputra enggan berkomentar lebih banyak mengenai instruksi penundaan. “Kami belum tahu hasil koordinasinya seperti apa,” tandasnya.

    Direktur Keuangan Adhi Karya Entus Asnawi bilang sebetulnya pengerjaan proyek LRT ada di luar ruas tol. Sehingga, dampak kemacetannya kecil. Untuk itu, perwakilan perusahaan akan menemui Kemenhub untuk membahas kembali instruksi penundaan. (djitonews)

  • Menhub Budi Karya Sumadi: LRT Solusi Pemerintah Mengatasi Kemacetan

    Menhub Budi Karya Sumadi: LRT Solusi Pemerintah Mengatasi Kemacetan

    Jakarta (SL) – Pembangunan Light Rail Transit (LRT) merupakan bagian dari sistem angkutan massal dan salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi kemacetan. Nantinya, interkoneksi LRT dengan moda lainnya bisa berjalan baik. Hal ini disampaikan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi usai meninjau pembangunan LRT di Stasiun LRT Kelapa Gading Boulevard, Minggu (15/7).

    “LRT adalah bagian dari sistem angkutan massal. Selain itu, adapula Mass Rapid Transit (MRT), Bus Rapid Transit (BRT), juga Kereta Rel Listrik (KRL). Bahkan, rencananya pada pembangunan LRT fase kedua akan sampai Tanah Abang. Jadi kita harapkan interkoneksi terjadi antarmoda, dengan MRT, Bus, KRL, dan sebagainya. Ini langkah kita ke depan untuk mendorong warga Jakarta menggunakan angkutan massal,” jelas Menhub.

    Lebih lanjut, Menhub menyampaikan bahwa berbagai persiapan sedang dilakukan untuk mewujudkan kota Jakarta menjadi kota yang warganya gemar menggunakan angkutan massal. Menhub berharap warga Jakarta bisa segera beralih menggunakan angkutan massal untuk mengurangi kemacetan.

    “Membangun angkutan massal ini banyak sekali yang harus kita persiapkan. Bapak Presiden Republik Indonesia menyampaikan kita harus menciptakan lifestyle baru. Proyek pembangunan LRT merupakan program pemerintah untuk mendidik masyarakat menggunakan angkutan massal, meninggalkan angkutan pribadi dan harapannya Jakarta tidak macet,” tukas Menhub.

    Menhub melaporkan bahwa progress pembangunan LRT Jakarta Koridor I Fase I (Kelapa Gading-Velodrome) telah mencapai 75 persen. Menhub juga meminta untuk melakukan sertifikasi secara berangsur dan bisa segera digunakan untuk Pelaksanaan Asian Games 2018.

    “Progress pembangunan LRT Jakarta Koridor I Fase I sekarang sudah 75 persen. Dari 75 persen,15 persen itu progress pembangunan Stasiun Depo. Namun bila secara keseluruhan beserta sarana dan prasarana LRT kisaran 92 persen. Saya juga telah perintahkan Direktur Prasarana Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk lakukan sertifikasi secara berangsur.
    Nantinya, ini bisa dioperasikan untuk Asian Games 2018,” ujar Menhub.

    Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT. Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Daryoto menegaskan bahwa untuk Asian Games 2018 akan menggunakan 3-4 trainset dan proses sertifikasi hingga 10 Agustus 2018.

    “Kemarin datang 8 unit kereta dan untuk Asian Games akan menggunakan 3-4 trainset. Terkait sertifikasinya dari sekarang sampai dengan tanggal 10 Agustus. Tahap awal operasi dari Stasiun LRT Kelapa Gading Boulevard menuju Velodrome. Lima stasiun beroperasi,” ujar Dwi Wahyu.

    Saat peninjauan, Menhub juga berkesempatan mencoba kereta LRT. Menhub menuturkan LRT tersebut akan diresmikan pada 10 Agustus 2018. Selain itu, Menhub mengingatkan bahwa dalam pembangunan LRT unsur keselamatan harus diutamakan.

    “LRT ini akan diresmikan 10 Agustus 2018 dan tadi saya rasa keretanya sudah bagus. Namun, saya berpesan dalam pembangunan ini karena menyangkut angkutan massal dan publik kita sedang finalisasi terkait unsur keselamatan. Keselamatan itu harus diutamakan dan diperhatikan sekali,” imbuh Menhub.

    Mengakhiri peninjauan, Menhub menuturkan akan membangun integrasi antar moda. Harapannya bisa terus berlangsung dengan baik. Berbagai trase seperti LRT dan MRT akan dikembangkan lebih panjang.

    “Integrasi yang direncanakan saat ini, sampai ke Tanah Abang akan crossing di Dukuh Atas. Nanti dari Dukuh Atas bisa terus mengunakan MRT ke Selatan bisa menggunakan LRT di Jabodebek bisa sampai Cibubur dan Bekasi. Itu yang mendasar sekarang. Tapi kita akan ada trase-trase LRT dan MRT yang lebih panjang,” tutup Menhub.

    Sebagai informasi, saat ini 16 kereta LRT Jakarta telah tiba seluruhnya di Jakarta dari Korea. Kereta LRT berjarak tempuh sekitar 5,8 km dari Kelapa Gading menuju Velodrome. Ini merupakan tahap awal pembangunan jangka panjang LRT sebagai transportasi massal di Indonesia.

    Turut hadir dalam peninjauan LRT adalah Kepala BPTJ Bambang Prihartono, Direktur Utama PT. Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Daryoto, Project Director LRT Jakarta Allan Tandiono. (rls)