Tag: Natar

  • Lapor Pak Bupati ! Sejak Zaman Soeharto Jalan Kabupaten di Desa Rulung Mulya Lamsel Belum Diaspal

    Lapor Pak Bupati ! Sejak Zaman Soeharto Jalan Kabupaten di Desa Rulung Mulya Lamsel Belum Diaspal

    Lampung Selatan (SL) – Warga Rulung Mulya, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, nampaknya sangat ingin pemerintah memberi perhatian lebih terhadap dua ruas jalan penghubung di desanya.

    Pasalnya, dua jalan kabupaten yang ada di desa setempat sudah setengah abad belum pernah tersentuh pembangunan sejak difungsikan.

    Sehingga warga berkeinginan kuat dua jalan tersebut dapat dibangun agar bisa merasakan halusnya aspal seperti daerah lainnya di Lampung.

    Dua jalan yang dimaksud antara lain, Jalan Gajah yang berada tepat di dusun Margo Makmur, Desa Rulung Mulya, Kecamatan Natar Lama, Kabupaten Lampung Selatan.

    Jalan sepanjang 4 kilometer itu merupakan jalur penghubung antara Lampung Selatan dengan Kabupaten Pesawaran.

    Hot News : Sindikat Ginjal International Tim Bareskrim dan Polda Metro Jaya Geledah Imigrasi Denpasar dan Tangkap Tersangka Baru

    Kemudian, ruas penghubung Lampung Selatan – Lampung Timur, tepatnya di Jalan Inpres, Dusun Margo Mulyo, Desa Rulung Mulya, Kecamatan Natar, Lampung Selatan dengan panjang 3 km.

    Jalan tersebut umumnya digunakan warga Rulung Mulya sebagai akses ke Desa Sumber Agung, Kecamatan Metro Kibang, Kabupaten Lampung Timur.

    Menurut warga, realisasi pembangunan dianggap penting mengingat dua ruas jalan tersebut merupakan jantung dari perputaran roda perekonomian, pertanian hingga pendidikan.

    Sukino (60), tokoh masyarakat Desa Rulung Mulya mengatakan, jalan yang sudah ada sejak era presiden Soeharto itu sama sekali belum tersentuh program pembangunan.

    “Dari dulu memang kondisinya seperti itu. Dari saya lahir ga pernah diaspal. Ya tanah begitu saja. Pokonya sudah lama lah dari zaman bapak Soeharto dulu,” kata Sukino, Sabtu, 29 Juli 2023.

    Padahal, kata Sukino, dua jalan tersebut menjadi akses utama bagi warga di setiap aktivitasnya, mulai pertanian, perekonomian, pendidikan dan lain sebagainya.

    “Ya kadang ada urusan-urusan penting di luar daerah, jalan ini yang dipakai warga sini. Kita juga serba salah ya, pas musim panas kita debuan, musim hujan licin kadang sampai banjir. Jadi susah dilewati kalau penghujan,” tutur pria yang dianggap sesepuh oleh warga setempat.

    Hal senada diungkapkan Salamun (59). Dia menjelaskan, dua jalan kabupaten yang kondisinya masih tanah tersebut biasa digunakan para pelajar sebagai akses utama menuju sekolah. Mirisnya, para pelajar terkendala dan sulit ke bangku sekolah hanya karena jalan.

    Saat penghujan dua jalan tersebut akan sangat licin bahkan sulit untuk dilalui. Sehingga, para pelajar terpaksa harus mencari jalan lain yang jaraknya relatif lebih jauh dan memutar agar sampai ke sekolah.

    “Terutama jalan Gajah, itu klo ujan, walah susah banget dilewatin. Sampai-sampai anak-anak sini (pelajar,red) cari jalan lain untuk bisa ke sekolah,” kata mantan Kadus Desa Rulung Mulya itu.

    Selain sektor pendidikan, dua jalan kabupaten tersebut juga sangat berpengaruh besar terhadap keberlangsungan roda perekonomian di desa setempat.

    “Di sini kan mayoritas tani sawit mas. Nah, kalo musim hujan, hilir mudik kan jelas terhambat. Gak cuman terhambat jalannya saja, harga hasil bumi juga bisa turun mas. Coba kalau jalan bagus, ya minimal ga terlalu rugi kita,” kata Salamun.

    Disambung Suroto (54), warga yang pernah menjabat RT itu juga menyebut, keluh kesah warga Rulung Mulya soal kondisi jalan tersebut sebenarnya sejak lama disampaikan. Namun, warga merasa bingung kemana harus mengadu.

    “Dari dulu sih mas, semua warga sini pingin jalan itu dibangun. Yaa mereka juga mau merasakan halusnya aspal. Ga mau makan debu dan lumpur setiap hari,” imbuhnya.

    Baca Juga : SPBU 24.354.124 Sidomulyo Bantah Ngecor, Empat Wartawan Korban Tunggu Proses Hukum

    Menurut Suroto, dua jalan kabupaten yang diminta dibangun tersebut baru sekali ditimbun bebatuan atau onderlagh.

    “Itu juga sudah lama banget sekitar tahun 2000-an. Baru sekali itu saja, dari situ gak ada tindak lanjut, sampai onderlaghnya ketutup tanah lagi,” sesalnya.

    “Ya harapan kita sama dengan warga lainnya, khususnya warga Rulung Mulya, yang kepengen jalannya diaspal supaya lancar,” tandasnya.

    Sementara itu, Kades Rulung Mulya Maryoto (48) membenarkan bahwa warganya meminta jalan tersebut dibangun. Bahkan, keluh kesah warganya itu sudah ia dengar sebelum menjabat kepala desa setempat.

    “Iya, memang dari dulu warga kita ini meminta jalan ini supaya diaspal, sebab pengaruhnya besar di semua sektor. Jadi, pada intinya warga ingin pemerintah bisa membangun dua jalan tersebut,” tutup Maryoto.

    Berdasarkan penelusuran media ini, kondisi dua jalan penghubung antar Kabupaten di Provinsi Lampung itu terlihat masih berlapiskan tanah dengan kondisi berdebu. (Heri/Badrun/Red)

  • Perangkat Desa Candi Mas Tarik Pungli Peserta PTSL Hingga Rp840 juta?

    Perangkat Desa Candi Mas Tarik Pungli Peserta PTSL Hingga Rp840 juta?

    Bandar Lampung (SL)-Aparatur Desa Candi Mas, Natar, Lampung Selatan, diduga menikmati uang pungutana liar hingga mencapai Rp840 Juta dari uang setoran Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Tiap warga ditarik Rp1,4 juta, dari total 600 sertifikat kuota untuk Desa Candi Mas. Padahal seharusnya gratis, beban biaya hanya untuk materai, fotocopi ataupun biaya saksi.

    Seperti diketahui prorgam PTSL Presiden Jokowi itu gratis karena ditanggung oleh pemerintah. Peserta PTSL hanya dibebankan untuk membayar Bea Perolehan atas Tanah dan Banguanan (BPHTB) jika terkena, dan biaya lain seperti materai, fotocopi ataupun biaya saksi.

    Data wartawan menyebutkan, untuk Desa Candi Mas Natar, Lampung Selatan mendapatkan kuota PTSL sebanyak 600. Untuk masing -masih RT mendapat kurang lebih 15 sertifikat. Jika di total satu sertifikat Rp1.400.000 x 600 = Rp840.000.000. Sumber wartawan mengatakan, bahwa untuk pembuatan satu buah sertifikat melalui program PTSL, dirinya harus membayar uang sebesar Rp1,4 juta kepada oknum aparatur desa setempat.

    “Saya dimintai uang Rp1.400.000., saya juga gak tau kalau gratis dan gak pernah di jelaskan dari orang kantor desanya. Padahal saya sampai pinjam uang karena ingin punya sertifikat tanah,” kata salah satu warga yang enggan disebut namanya, dilangsir transsumatera.id.

    Ketua RT 10, Siswoyo membenarkan adanya penarikan sejumlah uang kepada warga untuk pembuatan setifikat program PTSL, bahkan dirinya juga ikut membayar. “Pembuatan sertifikat tanah tersebut hanya di pungut biaya senilai Rp1 juta. Itu pun uangnya langsung di serahkan kepada Kadus. RT hanya menerima saja dari masyarakat dan uangnya langsung di serahkan ke kadus. Bahkan saya sendiri buat surat tanah pun sama saja bayar Rp1 juta,” kata Siswoyo.

    Kepala Dusun setempat juga membenarkan adanya pungutan sejumlah uang kepada warganya. Dia berdalih bahwa pungutan tersebut sudah disepakati bersama antara masyarakat dan desa. Sementara Masyarakat berharap aparat penegak hukum dapat menindak lanjuti pungli tersebut, serta memberikan keadilan bagi masyarakat. (transsumatera.id)

  • SMSI Lamsel Salurkan Bantuan ke Penderita Hernia Munasir

    SMSI Lamsel Salurkan Bantuan ke Penderita Hernia Munasir

    Natar (SL)  – Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Lampung Selatan, Vivo Trialito menyambangi kediaman Munasir (31) warga Dusun Kandis, Desa Muara Putih, Natar, pasca viral di media sosial beberapa hari lalu, lantaran penyakit usus yang dideritanya pasca operasi sejak tiga bulan lalu justru semakin memperburuk kondisinya.

    Menindaklanjuti pemberitaan yang sempat jadi bahan perbincangan awak media di kota Bandarlampung beberapa waktu lalu, Ketua SMSI Lampung Selatan, Vivo Trialito langsung bertandang ke kediamannya, langsung memberikan santunan untuk meringankan beban keluarga Munasir.

    Vivo Trialito mengatakan, SMSI Lampung Selatan berusaha akan mendorong dan support pengobatan pak Munasir, agar mendapat perhatian dari pemerintah setempat terutama Pemkab Lampung Selatan.

    “Kita berusaha akan menindaklanjuti ke dinas kesehatan, juga akan menyampaikan ke Bupati bahwa salah satu warganya ada yang sakit membutuhkan bantuan melanjutkan berobat serta mendapat perhatian dari pemerintah,” jelas Vivo kepada seluruh famili dan disaksikan oleh kepala Dusun (Kadus), Kamis (6/2/2020).

    Usai bertandang ke kediaman Munasir sekaligus mendapatkan informasi penyebab sakitnya hingga munculnya benjolan diperutnya sampai hari ini. Serah terima bantuan sembako langsung diterima keluarga Munasir dihadiri kepala Dusun, Hasan.

    “Cuma itu yang mampu diberikan oleh SMSI Lampung Selatan pemberian ala kadarnya. Jangan berkecil hati, mohon diterima,” ucap Vivo saat menyerahkan bantuan.

    Sementara, Hasan, selaku Kepala Dusun (Kadus), mewakili warga masyarakat Dusun Kandis, Desa Muara Putih, Natar berterimakasih kepada SMSI Lampung Selatan atas perhatian kepada salah satu warganya yang sampai saat ini masih berusaha berjuang untuk penyembuhan penyakit Hernianya agar mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.

    “Terimakasih atas bantuannya dari SMSI Lampung Selatan, dan mudah-mudahan ada tindaklanjut yang real dari pemerintah demi kesembuhan pak Munasir, atas kunjungannya hari ini ke kediaman Pak Munasir,” harap Kadus.

    Diberiatakan sebelumnya, Munasir (31) warga Dusun Kandis, Desa Muara Putih, Natar, Lampung Selatan hanya menunggu belas kasihan warga sekitar. Lantaran penyakit usus yang dideritanya pascaoperasi sejak tiga bulan lalu justru semakin memperburuk keadaannya.

    Himpitan ekonomi yang makin memperburuk kondisi keuangan Munasir, semakin parah lantaran tidak bisa bekerja untuk menafkahi kedua anaknya yang masih kecil-kecil.

    Di rumah papan beralaskan tanah ukuran 4×8 inilah, Munasir hanya bisa menghitung hari, berharap penyakitnya bisa sembuh dan kembali beraktifitas seperti dulu lagi.

    Ia mengeluhkan, penyakit di bagian perutnya yang membengkak, ternyata berdampak di pencernaannya.

    “Dalam satu hari BAB bisa sampai12 kali mas,” keluhnya, Rabu, 29 Januari 2020.

    Meski mengandalkan Kartu Indonesia Sehat yang dikeluarkan oleh presiden Jokowi, tak cukup untuk membiayai biaya perjalanan kerumah sakit serta lainnya, lagi-lagi faktor ekonomi yang menjadi penyebab pesimisnya Munasir. Apalagi jangkauan di tempat tinggalnya menempuh perjalanan sampai 1 jam lebih menuju kota Bandar Lampung.

    “Saya berharap terutama untuk kesembuhan saya saja. Yang penting saya sembuh mas,” ujarnya.

    Sementara Muslim salah satu keluarga yang saat mendampingi Munasir di kediamannya mengatakan, sekiranya pihak-pihak yang akan membantu demi kesembuhan saudaranya, pihak keluarga siap menerima uluran tangan dari berbagai pihak demi kesembuhan saudaranya.

    “Kita dari pihak keluarga siap menerima uluran tangan dari segala pihak yang akan membantu saudara saya Munasir,” jelasnya sembari memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi. 0853-6948-1074.(*)

  • Dana Desa di Kecamatan Natar Terindikasi Korupsi

    Dana Desa di Kecamatan Natar Terindikasi Korupsi

    Lampung Selatan (SL) –  Realisasi Dana Desa (DD) di 26 desa yang ada di Kecamatan Natar, Lampung Selatan, diduga sarat dengan indikasi korupsi, kolusi dan nepotisme. Para kepala desa disana kompak dalam menyelewengkan manfaat dana bantuan pemerintah pusat itu demi kepentingan pribadi.

    Padahal sejak digulirkan pada 2015 lalu, pemerintah telah menggelontorkan anggaran hingga Rp186 triliun untuk 74.954 desa di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun ternyata dalam realisasinya dana yang diperuntukan bagi percepatan pembangunan desa itu justru dimanfaatkan para oknum kepala desa untuk memperkaya diri sendiri dan menguntungkan segelintir golongan.

    Seperti halnya hasil investigasi yang dilakukan terhadap realisasi Dana Desa yang terjadi di Kecamatan Natar. Dimana dari hasil investigasi itu diketahui jika 26 desa yang ada di Kecamatan Natar, Lampung Selatan, terindikasi korupsi, kolusi dan nepotisme. Para kepala desa dari 26 desa itu terindikasi menyelewengkan dana bantuan pemerintah pusat untuk memenuhi hasrat pribadi dalam mengejar kekayaan.

    Kepala desa dalam aturan Permendagri No. 113/2015 diposisikan sebagai pemegang kuasa pengelolaan keuangan desa justru dengan sewenang-wenang menggunakan anggaran yang seharusnya untuk membiayai administrasi program pemerintahan desa. Dalam melancarkan aksinya, para oknum kepala desa korup itu melakukan penyimpangan APBDes dengan memainkan proyek pada kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan fisik.

    Modus yang digunakan adalah dengan mengurangi volume anggaran untuk butir-butir kegiatan, atau melakukan efisiensi dalam plafon anggaran yang tak sesuai perencanaan yang tertuang dalam APBDes atau RKPDes. Mau tahu 26 desa di Kecamatan Natar yang diduga korupsi anggaran DD maupun ADD. Edisi mendatang akan dibeberkan nama desa berikut gambar yang terindikasi korupsi dalam pengerjaan anggaran DD atau ADD.

    Berikut daftar nama desa yang ada di Kecamatan Natar, Lampung Selatan :

    Desa Bandar Rejo
    Desa Banjarnegeri
    Desa Beranti Branti Raya
    Desa Bumisari
    Desa Candi Mas
    Desa Haduyang
    Desa Hajimena
    Desa Krawang Sari
    Desa Mandah
    Desa Merak Batin
    Desa Muara Putih
    Desa Natar
    Desa Negara Ratu
    Desa Pancasila
    Desa Pemanggilan
    Desa Purwosari
    Desa Rejosari
    Desa Rulung Herok/Helok
    Desa Rulung Raya
    Desa Sidosari
    Desa Sukadamai
    Desa Tanjungsari

  • Tim Harda Satuan Reserse Polres Lamsel Tinjau Lokasi Sengketa Lahan di Mandah

    Tim Harda Satuan Reserse Polres Lamsel Tinjau Lokasi Sengketa Lahan di Mandah

    Natar (SL) – Tim Harda Satuan Reserse Polres Lampung Selatan (Lamsel) meninjau lokasi sengketa lahan di Mandah, Kecamatan Natar, Lamsel, Senin, 6 Agustus 2018.

    Peninjauan lapangan itu merupakan penyidikan lanjutan terhadap sengketa lahan sekitar 600 meter persegi antara Wakidi dan Kepala Desa Mandah Sutrisno.

    Tim yang dipimpin Kepala Unit Harda Iptu Amrizal bersama dua anggotanya meninjau lokasi untuk memastikan fisik lahan yang disengketakan.

    Aparat kepolisian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) berupa lahan yang di atasnya berdiri bangunan milik desa setempat. Sebelumnya, aparat kepolisian telah meminta keterangan saksi, termasuk dari kedua pihak yang bersengketa.

    “Kedatangan kami ke lokasi tanah yang dilaporkan ke polisi ini guna kelengkapan proses penyidikan. Mudah-mudahan perkara penyerobotan dapat digelar,” kata Amrizal.

    Sengketa lahan di Desa Mandah itu terjadi dalam proses panjang dan berlarut-larut. Wakidi mengaku sebagai pemilik sah lahan itu sejak 1974 dengan bukti sertifikat.

    Dalam perjalanannya, menurut pihak Wakidi, lahan miliknya itu sempat dipinjamkan untuk kepentingan desa. Namun, Kepala Desa Mandah menolak menyerahkan ke Wakini dan mengklaim lahan itu milik desa.

    Setelah mediasi secara kekeluargaan tidak tercapai, pihak Wakidi akhirnya membawa sengketa lahan itu ke kepolisian Lampung Selatan. (rls)

  • Toko Saeda Natar Diduga Jual Mesin Cuci Rusak

    Toko Saeda Natar Diduga Jual Mesin Cuci Rusak

    Natar (SL) – Pelanggan Toko Saeda di pasar Natar, Lampung Selatan kecewa usai membeli mesin cuci rusak merek Polytron seharga Rp1.7 juta.

    Pasalnya, setelah beberapa hari dibeli, disaat akan mencoba mencuci justru mesin cuci tersebut dalam keadaan rusak (mati).

    Menurut Rosid, pembeli yang merasa dikecewakan oleh pihak Toko tersebut mengatakan dirinya baru tahu kondisi mesin cucinya tak berfungsi saat akan mencoba mencuci pakaian pada sore tadi Minggu (8/7/2018).

    Padahal menurutnya, sejak dibeli pada Kamis (5/7/2017) kemarin, hingga saat ini kondisinya tidak dibuka sama sekali, tetapi, begitu saat akan mencoba dicuci justru kondisi mesin malah mati.

    “Saya beli kondisi baru, begitu dicoba mati, pas saya datang ke Tokonya pegawainya datang kerumah untuk melihat kondis mesin cucinya.” terangnya.

    Menurut pegawainya yang mengantar mesin cuci kemarin mengatakan jika barangnya sudah dicek terlebih dahulu dalam kondisi menyala. Akan tetapi begitu saat menyaksikan dirumah pelanggan yang merasa dirugikan dirinya mengatakan kondisi mesin hanya timernya saja yang menyala.

    “Harus ke service centernya mas,” jelas pegawai toko Saeda.

    Melihat kondisi mesin cuci yang baru dibeli ternyata rusak, dirinya balik lagi ketoko tersebut untuk mendapat penjelasan dari pemilik toko.

    Saat dikonfirmasi terkait barang rusak yang dijual kepada pelanggan, Yogi selaku pemilik toko mengatakan jika kerusakan yang terjadi setelah dibeli pelanggan itu sepenuhnya tanggungjawab Brand tersebut (Polytron).

    “Kita hanya menjual aja, bukan tanggungjawab toko lagi,” jelas Yogi.

    Dirinya menyarankan jika kerusakan terjadi setelah dibeli, harus menghubungi call center yang tertera di buku garansinya.

    “Nanti tukang servicenya datang kerumah, mau membetulkan,” sambungnya.

    Saat ditanya mesin yang baru dibeli jika diservis berarti sudah menjadi barang rusak, dirinya berkilah karena memang diluar tanggungjawabnya selaku toko.

    “Kita baru pakai, masa harus diservis itu sama saja saya beli barang bekas,” jelas pelanggan yang merasa kecewa sambari pergi dari toko yang menjual mesin cuci rusak. (AR)