Rembang (SL)-Pemilik dan pengusaha gamelan dan sanggar seni tari Anom Subekti berserta anak dan istrinya, serta cucunya, ditemukan tewas penuh luka di dalam rumahnya, Padepokan Seni Ongko Joyo, Desa Turusgede, Kecamatan Kota Rembang, Rembang, Jawa Tengah, Kamis 4 Februari 2021 sekitar pukul 6.00 pagi,
Keempat korban tewas diduga akibat pukulan benda tumpul, adalah sang ayah sekaligus pemilik padepokan seni, Anom Subekti (60), istrinya Tri Purwati (50), anaknya Alfitri Saidatina (13) dan cucu Galuh Lintang Laras (10).
Mayat satu keluarga itu kali pertama ditemukan terkapar di tempat tidur oleh pembantunya, Suti, asisten rumah tangga (ART) yang hendak bekerja di rumah korban sekitar pukul 06.00 WIB. Saat hendak memasuki rumah, Suti melihat pagar padepokan itu sudah terbuka. Suti memanggil-manggil majikan dan tak ada jawaban.
Suti kemudian masuk kerumah dan melihat ada 4 jenazah yang sudah tergeletak di tempat tidur. Suti sempat berteriak minta tolong warga kemudian melaporkan ke ibu RT dan ibu RT melaporkan ke Polres Rembang. Teriakan Suti juga diengar Rukhan, seorang mencari rumput tak jauh dari lokasi kejadian.
“Saya dengar pembantunya minta tolong keluar. Bilang kalau ada pembunuhan di dalam, korbannya bapak, ibu dan ada lainnya juga. Saya belum sampai masuk, langsung pergi laporan ke pak Pj Kades biar laporan ke polisi,” kata Rukhman.
Salah seorang tetangga korban, S, mengaku sempat mencurigai adanya motor yang mondar-mandir di sekitar lokasi kejadian pada tengah malam tadi.
“Sekitar jam 00.00, ada motor lalu lalang, sampai depan rumah saya, balik lagi, terus kembali lagi. Terus gitu terus sampai ada sekitar 15 menit. Saya nggak tahu berapa orang, tapi 1 motor itu, karena suaranya kenceng, knalpotnya brong gitu,” terang S kepada wartawan di lokasi kejadian, Desa Turusgede Kecamatan kota Rembang.
Namun, kala itu warga tak berani menegur pengendara tersebut karena ia sedang sendirian di dalam rumah. Ia pun sempat bersiaga di dalam rumah hingga pukul 02.00 WIB karena gelisah dengan ulah pengendara motor tersebut.
Kapolres Rembang AKBP Kurniawan Tandi Rongre membenarkan adanya kasus tersebut. Menurutnya. penemuan jenazah para korban berawal dari seorang asisten rumah tangga (ART) yang hendak bekerja di rumah korban sekitar pukul 06.00 WIB.
“Jadi ada penemuan mayat yang mana penemuan mayat ini dilaporkan oleh pembantu rumah tangga daripada korban, yaitu ibu Suti. Jadi ini Suti ini datang ke TKP rumah daripada bapak almarhum Anom Subekti,” terang Kurniawan kepada wartawan.
Berdasarkan keterangan saksi, saat hendak memasuki rumah, dia melihat pagar padepokan itu sudah terbuka. Saat ART itu memanggil-manggil pemilik rumah, tak ada jawaban. Melihat adanya jenazah yang tergeletak di dalam kamar masing-masing, ART korban keluar meminta tolong kepada warga lainnya.
“Kemudian ART ini masuk melihat, ternyata ditemukan ada 4 jenazah yang sudah tergeletak di tempat tidur, kemudian melaporkan ke ibu RT dan ibu RT melaporkan ke Polres bahwa adanya 4 jenazah yang ada di dalam rumah. Menerima laporan tersebut, tim Satreskrim Polres Rembang langsung mendatangi lokasi kejadian,” katanya.
Kurniawan Tandi Rongre memastikan para korban meninggal akibat tindak kekerasan dan penganiayaan. Ditemukan sejumlah luka bekas hantaman benda tumpul pada bagian kepala para korban.
“Untuk luka ada keluar darah dari wajah dari hidung dan menggunakan seperti benda tumpul. Untuk motif kami masih dalam pendalaman. Kita melakukan olah TKP sejak jam 7, untuk motif masih dalam penyelidikan tapi korban hasil tindakan kekerasan atau penganiayaan,” jelasnya.
Padepokan Ongko Joyo terletak di Dusun Nrondo, Desa Turusgede Kecamatan Kota Rembang, Rembang, Jawa Tengah. Padepokan itu desainnya berbentuk rumah joglo. Didominasi ornamen kayu jati di setiap sudut ruangannya.
Padepokan ini, terletak di sebuah lingkungan yang sepi yang jauh dari keramaian penduduk. Di samping padepokan itu terdapat kebun dan juga area persawahan. “Ya memang lingkungannya sepi dan jauh dari penduduk karena ini kawasan baru,” kata Penjabat Kepala Desa Turusgede Raslim.
Menurut Raslim, padepokan itu sebagai sanggar tari. Selain sangar tari, padepokan itu juga melayani usaha penyewaan alat musik gamelan. “Mengelola usaha gamelan, jadi ini sanggar untuk latihan tari dan juga latihan gamelan. Saya tahunya baik-baik saja,” kata Raslim.
Raslim mengatakan padepokan itu diperkirakan baru dibangun oleh Anom dan keluarganya pada sekitar tahun 2019. Raslim tak begitu hafal silsilah keluarga Anom. Dia juga tak mau berkata detail soal padepokan itu karena mengeklaim belum lama menjabat sebagai kepala desa.
“Pak Bakti itu kan dulu mantan pegawai penerangan, jadi sekarang mengelola usaha ini, usaha gamelan. Ini tempat juga untuk sanggar latihan tari, latihan gamelan tiap malam Minggu pasti ada latihan disini, tapi hari-hari biasa kadang juga ada,” katanya. (Red)